Bab 4 - Melarikan diri

Vanila terbangun dari tidurnya, rupanya ia tertidur bersama putri kecil yang lucu. Vanila menatap pipi tembam Baby, lalu tersenyum.

“Kamu cantik sekali.” Gumam Vanila, ia tidak tau siapa orang tua anak kecil itu satu yang pasti mereka beruntung mempunyai anak secantik Baby. “Tapi Ibu mu sangat bodoh sampai menelantarkan anak secantik dan selucu kamu.” Ucap Vanila lagi.

Namun Vanila tiba-tiba terdiam saat merasa ada sesuatu yang mengganjal. “Kamu anak siapa? Jangan bilang anak Kak Bella?” Tanya Vanila pada anak kecil yang tengah tertidur itu.

Ia lalu menggaruk rambutnya dengan frustasi. “Ah bodoh lah, maafkan aku Baby. Aku harus pergi sekarang, kamu anak baik dan juga cantik aku harap suatu saat nanti kamu memiliki ibu yang jauh lebih baik dari Kak Bella.” Ucap Vanila akhirnya, ia mengecup kening Baby, lalu beranjak dari ranjang itu.

Vanila merapihkan pakaianya dan segera mengambil ranselnya, ia lalu membuka balkon kamar itu dan menatap sekeliling.

Dengan langkah cepat ia segera kembali masuk, ia membuka lemari dan mengambil beberapa sprei dan juga selimut yang ada di dalam lemari itu. Vanila berniat kabur turun dari lantai dua menggukan sprei yang ia ikat dengan sprei lainnya.

“Ah aku memang cerdas, aku memang pendaki handal.” Gumamnya sambil berlari ke arah balkon dan mengikat sprei itu di pagar pembatas balkon, dengan lihai nya ia turun menggunakan bantuan spei itu.

“Ah harusnya sejak semalam aku kabur, gara-gara Baby aku jadi ketiduran.” Gumam Vanila, ia yang sudah sampai bawah langsung mengendap-endap mencari jalan keluar. Vanila bingung dengan denah rumah kedua orang tuanya, saking luasnya halaman itu dia tidak tau arah yang harus dia tuju.

Vanila pun memilih berjalan ke arah kiri, ia mengendap-endap mengitari rumah mewah milik kedua orang tuanya. Namun belum sempat mendapatkan jalan keluar, Vanila justru kaget saat meoihat sosok pria yang tengah berdiri membelakanginya.

Ia hendak melangkah mundur, namun pria bertubuh tegap itu berbalik badan untuk menatap ke arahnya.

Bukannya lari Vanila malah tersenyum kaku. “A-aku, aku punya ini. Apa kamu bisa memberi tahuku jalan keluar agar tidak melewati penjaga?” Tanya Vanila dengan terbata, ia mengeluarkan kalung berharga dari ranselnya. Berharap jika pria yang ada di depannya mengasihaninya.

Calvin menatap Vanila sekilas lalu menatap kalung liontin yang ada di tangan Vanila. Ia pun mengulurkan tanganya untuk mengambil liontin itu, Vanila pun bisa bernafas dengan lega.

“Tolong katakan aku harus lewat mana agar tidak melewati penjaga?” Tanya Vanila. “Itu kalung sangat mahal kamu bisa menjualnya.” Lanjut Vanila.

Calvin tidak menjawab dia terus menatap liontin itu, lalu kembali menatap Vanila saat wanita itu kembali berbicara.

“Hei! Kalau tidak mau ya su—“ Vanila menghentikan ucapannya saat ia tak dapat menarik kalung yang ada di tangan pria di depannya karena Calvin langsung memasukannya ke dalam kantong celananya.

“Kamu bisa pergi ke arah sana.” Ucap Calvin dengan datarnya ia memberi tau jalan keluar pada Vanila, Vanila pun tersenyum senang, ia mengangguk lalu pergi meninggalkan pria itu.

“Huh nyaris saja, sialan tapi dia malah menerima barang berhargaku. Mana mahal banget kalung itu.” Keluhnya kesal, Vanila dengan percaya dirinya berjalan ke arah yang di tunjukan pria berwajah tampan.

“Ngmong-ngomong Papi dan Mami ngapain memperkerjakan orang yang mudah berhianat seperti itu.” Gumamnya, karena hanya dengan di sogok saja pria itu dengan mudah berhianat dari tuannya. “Apa karena tampan jadi dia di pekerjakan.” Gumamnya lagi.

Vanila yang berjalan dengan percaya diri pun di kejutkan dengan beberapa gerombolan orang yang kemarin menangkap dirinya. “Sialan aku kena tipu.” Pekik Vanila, ia hendak berbalik arah namun rupanya dari arah yang berlawanan sudah ada beberapa orang yang hendak menangkap dirinya.

“Ah sial!” Pekik vanila, tubuhnya meronta saat di bawa paksa okeh orang-orang itu.

Walau sedikit kesusahan membawa Vanila masuk ke dalam kamarnya karena wanita itu terus meronta, akhirnya Vanila pun menyerah setelah berbagai cara ia lakukan kini dirinya duduk dengan pasrah di depan cermin dengan beberapa orang yang sudah mulai merias wajah dirinya.

“Nona, sudah selesai. Kami di suruh mengantarkan anda ke ruang keluarga sebelum Nona melangsungkan pernikahan.” Ucap salah satu perias itu, Vanila pun mengangguk ia berjalan sambil di papah oleh wanita itu.

Vanila terus menghela nafasnya dengan panjang, ia terus merutuki nasibnya yang menyedihkan. Akhirnya ia pun sampai di ruang keluarga, di sana ada kedua orang tuanya, dengan Baby yang sedang duduk di pangkuan seorang pria.

“Kau!” Pekik Vanila saat melihat sosok wajah Calvin, pria yang sudah menipunya dan mengambil liontin miliknya.

“Kalian sudah saling mengenal?” Tanya Mami Citra. “Dia calon suamimu, Vanila.” Ucap Mami Citra.

“Calon suami? Tidak aku tidak mau menjadi istrinya.” Tolak Vanila dengan serius, bagaimana dia bisa menikah dengan pria yang sudah menipunya.

Namun untuk beberapa saat ia terdiam, Vanila bingung seingatnya suami Bella bukan pria ini.

Tiba-tiba Baby menangis membuat ke empat orang itu langsung menatap kearah Baby.

“Baby sayang, kenapa menangis?” Tanya Mami Citra, ia segera mengangkat tubuh cucu nya yang ada di pangkuan Calvin.

Vanila terlihat hawatir melihat Baby yang tiba-tiba menangis, namun ia tak berani menyentuh anak kecil itu.

“Semua olang gak mau jadi Mommy Baby, Nek.” Ucap Baby sambil terisak, ia menunjuk Vanila sambil menyeka air matanya. “Apa Kakak juga membenciku seperti Mommy membenciku?” Tanya Baby, gadis kecil itu kembali mengeluarkan air matanya yang tak dapat ia tahan.

Vanila mematung di tempatnya, entah mengapa hatinya ikut terluka mendengar ucapan Baby. Ia tau bagaimana rasanya di buang, wanita bernama Vanila itu pun mengulurkan tangannya untuk meraih tubuh Baby, ia mengangkat tubuh mungil itu dan memeluknya. “Maaf, bukan begitu maksudku.” Lirih Vanila dengan mata berkaca-kaca, mengingat di mana dirinya pernah merasa sendiri karena di buang oleh kedua orang tuannya.

Calvin tak berbicara sedikitpun, ia hanya diam menatap interaksi Baby dan Vanila dengan hati yang terasa nyeri.

“Iya aku bersedia menjadi Mommy mu, asal Baby jangan nangis lagi. Tidak ada orang yang tidak menyukaimu, kita semua menyukaimu dan menyayangimu.” Ucap Vanila dengan jujur, Vanila langsung menyukai Baby sejak pertama ia bertemu.

Ia pun akhirnya memutuskan menerima pernikahan itu demi Baby, agar anak kecil itu tidak merasakan apa yang ia rasakan dulu. Vanila bersedia mebgorbankan masa depannya demi anak yang baru ia temui.

“Makasih Mommy, Baby senang sekali.” Ucap Baby sambil memeluk erat leher Vanila, Baby sangat bahagia saat Nenek dan Kakek nya bilang jika wanita yang tidur bersamanya semalam adalah Mommy nya. Karena itulah Baby sempat kecewa saata mendengar Vanila menolak pernikahan itu, karena Neneknya bilang dengan pernikahan yang akan di lakukan Daddy nya dengan Wanita yang tidur dengannya itu maka Baby akan memiliki Mommy baru.

Vanila hanya mampu tersenyum saat Baby mencium pipinya yang basah.

.

To be continued…

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trussabar

2024-05-10

3

Titika tika

Titika tika

Penasaran kisah vanilla kecil😌

2023-12-22

3

Miss Typo

Miss Typo

gpp Vanila suatu saat kamu akan bahagia dgn Calvin juga Baby, walaupun mungkin gk akan mudah

2023-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!