Bab 2

Setelah kepergian Kalaya dari sana, sosok Pria tersebut, nampak mulai melirik ke arah sekitar seakan mencoba untuk melihat situasinya dan memastikan segalanya aman.

"Aku rasa jika melakukannya sekarang, tidak akan ada yang melihatnya, bukan?" ucapnya sambil mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Perempuan tersebut berada.

Pria itu melangkahkan kakinya semakin dekat dan semakin dekat seiring dengan pintu lift yang kian semakin menutup beberapa detik lagi.

"Apa yang akan dia lakukan? Jangan bilang..." ucap Wanita tersebut dalam hati sambil menatap aneh ke arah Pria tersebut.

Raut wajah wanita itu semakin terlihat tidak nyaman, ketika mendapati jika teman sekantornya mendekat ke arahnya dengan raut wajah yang cabul.

"Permisi... Sepertinya saya tidak jadi turun di lantai ini!" ucap sebuah suara yang berasal dari pintu lift.

Suara Kalaya yang menggelegar tentu saja membuat keduanya terkejut saat itu. Tanpa rasa sungkan sama sekali, Kalaya terlihat mengambil posisi diantara Pria dan wanita itu dan mendorong tubuh Pria tersebut cukup kasar.

"Maaf aku tak sengaja.." ucap Kalaya sambil tersenyum dengan garing.

"Syukurlah..." ucap sebuah suara yang lantas membuat Kalaya tersenyum, ketika mengetahui isi hati Wanita di sebelahnya.

"Sial!" ucap Pria tersebut dengan nada yang lirih, sambil mulai membawa langkah kakinya menjauh dari keduanya.

Mengetahui hal tersebut tentu saja membuat Kalaya bersyukur, setidaknya ia berhasil membuat Pria itu tidak bisa melakukan aksi bejatnya saat ini. Seulas senyum bahkan nampak mengembang diwajahnya, ketika Kalaya menyadari raut wajah tak enak dari Pria tersebut karena gagal menjalankan aksinya.

***

Area basement

Kalaya dan Wanita tersebut terlihat melangkahkan kakinya keluar menuju ke area B1, sesekali wanita itu nampak melirik ke arah Kalaya yang ia rasa sengaja mengikuti dirinya sedari tadi.

"Bukankah kamu Kalaya? Sekertaris CEO?" ucap Wanita tersebut yang lantas membuat Kalaya menoleh ke arahnya.

"Ya, sepertinya aku cukup terkenal di kantor.. Sampai-sampai semua orang mengenal ku." ucap Kalaya dengan raut wajah yang datar, membuat Wanita tersebut terdiam sejenak.

"Tentu saja, siapa yang tak mengenal wanita aneh yang suka menyendiri sepertimu.. Ah tidak maaf.. Maksud ku tadi hanya..." ucap Wanita tersebut dengan wajah kebingungan.

"Sudahlah tak apa, lagi pula kata aneh juga sering ku dengar meski tanpa kalian sadari jika aku mengetahuinya. Yang jelas, jaga dirimu baik-baik. Jangan terlalu dekat dengan Pria tua tadi karena ia bukan Pria baik-baik." ucap Kalaya sambil terus melangkahkan kakinya, membuat Wanita itu terdiam di tempatnya dengan seketika.

"Ternyata dia benar-benar sedang menolong ku dari Bandit itu..." ucap Wanita tersebut dalam hati.

"Terima kasih banyak Kalaya.. Nama ku Sena ingat itu..." teriak Wanita tersebut membuat Kalaya mengangkat tangannya sambil terus membawa langkah kakinya pergi dari sana. Seakan mengiyakan perkataan Sena barusan.

.

.

.

Kalaya nampak mendengus dengan kesal, ketika ia harus mengambil langkah memutar untuk bisa sampai ke area depan gedung perusahaan tersebut.

Kala itu hujan nampak turun gemericik membasahi jalanan Ibukota, membuat suasana hati Kalaya kian memburuk saat itu ketika sebuah ingatan kelam kembali memenuhi isi kepalanya.

"Ah ayolah jangan sekarang, aku bahkan belum sampai di rumah." ucap Kalaya sambil menengadahkan tangannya ke langit, seakan berusaha untuk mencoba mengukur air hujan saat itu.

Disaat Kalaya tengah dalam posisi terdiam, sorot lampu kendaraan nampak terlihat tajam mengarah kepadanya, membuat Kalaya yang tengah menata hatinya di tengah rintik hujan, lantas langsung menoleh ke arah sumber cahaya.

Tin... Tin....

Ckit...

Flashback on

Beberapa tahun yang lalu Miranda, Alfan dan juga Kalaya remaja nampak asyik bersenda gurau menikmati suasana jalanan Ibukota malam itu.

Terdengar sesekali senandung lagu milik Rosa di putar di mobil yang dikendarai oleh Alfan saat itu.

"Hai ladies jangan mau dibilang lemah..." ucap Kalaya dengan nada setengah berteriak, membuat senyuman terlihat jelas di raut wajah Alfan dan juga Miranda saat itu.

"Kita juga bisa menipu dan menduakan, bila wanita sudah beraksi dunia hancur...."

Hahahaha

"Apakah kalian senang mengatai Ayah dengan lantang seperti itu?" ucap Alfan sambil berpura-pura memasang raut wajah yang cemberut saat itu.

"Ayolah Ayah.. Kita hanya sedang bernyanyi bukan mengatai Ayah, untuk apa Ayah tersinggung, bukan kah begitu Bu?" ucap Kalaya sambil mendekatkan tubuhnya ke arah kursi pengemudi saat itu.

"Tentu saja, lagi pula Ayah tidak pernah melakukan hal aneh-aneh bukan?" ucap Miranda dengan senyum yang mengembang.

"Baiklah baiklah aku hanya...."

Tin tin...

Sebuah suara bunyi klakson disertai sorot lampu yang begitu terang nampak menembus retina Alfan dengan kuat. Alfan yang mendapati sebuah mobil keluar dari jalur lintasan, lantas langsung membanting stir ke arah kanan begitu pula pengemudi di depannya yang ikut membanting stir ke arah sebaliknya.

"Ayah awas...." pekik Kalaya ketika mendapati sebuah mobil truk melaju kencang ke arah ketiganya.

Brak....

Alfan yang tak bersiap dengan kendaraan yang ada di depannya tepat setelah ia membanting stir, lantas mengakibatkan mobil miliknya tertabrak truk muatan dengan kecepatan yang tinggi.

Mobil milik Alfan terpelanting sejauh hampir 5 meter, truk yang berkecepatan tinggi tak bisa menghentikan laju mobilnya ketika mobil milik Alfan mendadak membanting setir ke arahnya.

Dunia Kalaya benar-benar berputar detik itu juga, seiring dengan mobil Ayahnya yang beberapa kali berputar dan berhenti dalam posisi terbalik.

Ditengah rintik air hujan kala itu, manik mata Kalaya menangkap kedua orang tuanya yang saat ini sudah bersimbah darah. Setetes air mata jatuh membasahi pipinya, ketika ia merasakan rasa sakit yang teramat.

Entah karena tubuhnya yang dalam kondisi terjepit atau karena menyaksikan kedua orang tuanya terbaring tak berdaya tepat di depan matanya.

"Ay....ah... Ib...u....." ucapnya dengan lirih sebelum manik mata Kalaya tertutup dengan sempurna.

Flashback off

Tubuh Kalaya nampak bergetar dengan hebat, ketika manik matanya tak sengaja menangkap sorot lampu mobil yang begitu menyilaukan menerpa dirinya. Jantungnya berdebar dengan hebat, membayangkan setiap kejadian yang menimpanya beberapa tahun silam.

"A...yah... Ibu..." ucapnya dengan manik mata yang berair.

Dalam keadaan shock berat suara langkah kaki dan teriakan seseorang, nampak terdengar dengan samar memenuhi gendang telinganya. Sayangnya suara itu tak terlalu jelas di dengar oleh Kalaya saat itu.

"Apa kau sudah gila! Untuk apa kau berada di jalanan seperti ini? Hei.. Apa kau mendengar ku! Apa kau bisu ha?" pekik seseorang yang nampak kesal akan kehadiran Kalaya yang entah datang dari mana, mendadak muncul dan menghalangi jalannya.

Sampai pada akhirnya pandangan Kalaya nampak perlahan-lahan mengabur kemudian menggelap dengan sempurna.

Bruk...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!