Kebahagiaan meliputi hati Adis saat mengetahui kalau dirinya hamil. Ia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya ternyata sudah pukul setengah delapan malam.
"Di mana Panji? Kenapa dia belum jemput juga? Sebaiknya aku pulang." Adis memutuskan untuk pulang karena cukup lelah untuk menunggu.
Setibanya di gang rumahnya, Adis begitu kaget melihat di depan rumahnya ada dua mobil mewah terparkir di depannya. Ia memicingkan matanya sambil berpikir keras.
Langkahnya terhenti sesaat untuk menyelinap di antara rimbunan pohon bunga warga untuk melihat siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya.
Rasa penasarannya terjawab sudah karena suaminya diseret keluar dari halaman rumahnya oleh dua orang lelaki bertubuh besar diikuti sepasang suami-isteri.
Tubuh suaminya di dorong ke dalam mobil. Lalu di dampingi kedua orangtuanya. Tubuh Adis seakan kaku di tempat karena ia begitu takut untuk unjuk diri di depan kedua mertuanya.
"Apakah itu kedua mertuaku? Apakah Panji putra seorang konglomerat? Ya Allah...! jadi, aku telah tertipu oleh panji?" lirih Adis sambil berlinang airmata.
Adis memegang perutnya yang masih rata. Dua mobil mewah melesat pergi melewati dirinya. Adis bersembunyi agar tidak terlihat oleh kedua orangtua suaminya. Namun Panji bisa melihat istrinya namun tidak bisa berbuat apa-apa karena ancaman kedua orangtuanya yang akan menyakiti istrinya.
"Adis. Maafkan aku...! Tolong jaga dirimu, sayang. Aku janji akan menjemputmu suatu hari nanti setelah aku sukses," janji Panji.
Panji memang tidak memiliki ponsel selama berada di Bandung. Ia sengaja melakukan itu untuk menghindari semua orang yang berhubungan dengan dirinya.
Panji begitu takut ditangkap oleh polisi saat teman-temannya mengkhianati dirinya sebagai pemakai narkoba.
Itu sebabnya ia kabur ke Bandung dan memilih menetap di Bandung hingga ia melihat sosok Adis yang selalu melintas depan rumah pamannya ketika Adis berangkat kerja.
Adis masuk ke dalam rumahnya dengan perasaan hampa. Seorang lelaki aneh yang datang dan pergi begitu saja dari hidupnya sebagai tempat singgah bukan untuk tinggal.
"Ya Allah. Apakah hanya segini kebahagiaan untukku? Apakah aku akan bertemu dengan suamiku lagi? bagaimana cara aku bertemu dengan suamiku? Apakah aku tanya saja pada paman dan bibinya?" tanya Adis lalu keluar lagi untuk ke rumah paman dan bibinya Panji.
Baru saja Adis membuka pintu rumahnya, Adis sudah dihadang oleh paman dan bibinya Panji.
"Eh, ada paman dan bibi. Silahkan masuk...!" santun Adis melebarkan pintu utama itu.
"Tidak perlu Adis. Ini ada titipan dari kakak iparku." Menyerahkan sebuah amplop coklat yang di dalamnya terdapat sejumlah uang.
"Apa ini bibi?"
"Itu uang untukmu sebagai ucapan terimakasih dari kedua orangtuanya Panji atas jasamu yang telah menyembuhkan putra mereka. Lima ratus juta untuk perempuan miskin sepertimu cukup banyak bukan?
Jadi ambillah sebagai kompensasi karena Panji telah merusak hidupmu dengan menjadikan kamu sebagai istri sirinya," ucap nyonya Lidya.
"Aku harap kamu mulai hidup baru dengan uang itu dan lupakan keponakanku...! Carilah suami yang sederajat denganmu karena kamu tidak cocok dengan keponakanku yang merupakan anak Sultan.
Tidak mungkin kakakku mau menerima menantu sepertimu dalam keluarga besar kami," timpal pamannya panji membuat Adis hanya bisa beristighfar.
Sebenarnya uang yang diberikan ayahnya Panji yaitu dua miliar untuk Adis yang ditransfer ke rekening pamannya panji itu. Namun istrinya yang mata duitan tidak rela uang sebanyak itu untuk diberikan ke Adis. Mereka hanya memberikan uang 500 juta untuk Adis.
"Terimakasih banyak paman dan bibi. Maaf...! Saya tidak bisa menukar hidup saya dengan uang ini. Harga diriku tidak ternilai dengan uang yang terlalu sedikit ini. Nilai harga diriku tanpa batas kekayaan di dunia ini," sarkas Adis mempertahankan harga dirinya.
"Cih...! Sombong sekali kamu...! gadis miskin sepertimu mana bisa mendapatkan uang sebanyak itu selama hidupmu. Jangankan untuk mendapatkannya, bahkan melihat saja secara langsung mungkin kamu tidak akan pernah bisa," sindir nyonya Lidya.
"Aku memang tidak bisa, bibi. Tapi, Allah bisa dan sangat bisa. Kita tidak tahu bagaimana skenario Allah merancang untuk hidup hambaNya.
Hari ini kalian bisa menghinaku, insya Allah suatu hari nanti, aku akan memastikan kalian sendiri yang akan malu dengan ucapan kalian hari ini padaku," tekan Adis terlihat angkuh.
"Kau hanya gadis angkuh yang tidak tahu asal usulmu. Entah mengapa keponakanku bisa kepincut padamu padahal gadis ibu kota Jakarta dari teman bisnis ayahnya lebih cantik dan jauh di atas rata-rata darimu.
Syukurlah kakak iparku sudah membawa pulang putranya. Dengan begitu, Panji tidak akan berada dibawah pengaruh mu, gadis miskin tapi belagu," sarkas nyonya Lidya seraya menarik lengan suaminya.
"Ayo papa...! Kita pulang..!" Keduanya meninggalkan rumahnya Adis yang hanya bisa beristighfar tanpa memperlihatkan kelemahannya sedikitpun di depan paman dan bibi dari suaminya.
Air matanya tumpah saat pintu rumahnya didorong dengan sangat kencang untuk menggebrak dua orang yang berlalu belum jauh dari rumahnya itu.
Brakkkk....
Membanting pintu dengan sangat kencang." Dasar wanita sialan...!" maki nyonya Lidya yang begitu kaget sambil mengelus dadanya karena jantungnya yang hampir copot. Begitu pula dengan suaminya.
Tubuh Adis langsung luruh jatuh terperosok di balik pintu sambil menangis memeluk kedua lututnya.
"Ya Allah...! Kenapa benih suamiku tumbuh dalam rahimku di saat yang tidak tepat? Aku harus kuat. Aku tidak boleh lemah. Aku yakin kalau suamiku akan kembali kepadaku," lirih Adis meyakinkan dirinya sendiri.
Sementara itu, nyonya Lidya mengirimkan pesan fitnah pada kakak iparnya yang merupakan ibu kandungnya Panji.
"Kak. Aku sudah menyerahkan uang pada gadis itu kak. Dia tidak menolaknya sama sekali. Dia begitu tergiur saat melihat nominal uang yang kakak kasih untuknya," tulis nyonya Lidya.
Senyum remeh terlihat jelas di wajah nyonya Santi saat membaca pesan dari adik iparnya itu.
"Dasar wanita kere...! Lihat uang sebanyak itu langsung gelap mata. Bagaimana kalau nanti dia menjadi istri sah dari putraku? bisa-bisa perusahaan suamiku bangkrut," batin nyonya Santi.
"Lihatlah putraku....! Lihatlah bagaimana istri sirih yang kamu banggakan itu tidak lebih dari wanita gampangan yang hanya bisa dijinakkan dengan uang dan ia mudah menggadaikan cintanya padamu," ucap nyonya Santi seraya memperlihatkan pesan adik iparnya itu pada Panji yang hanya menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin mommy...! Istriku tidak sehina itu hingga mengambil uang yang tidak ada nilai untuknya," bantah Panji ketus. Panji tak percaya dengan pesan dari bibinya itu.
"Jangan naif Panji. Kau baru mengenalnya tiga bulan dan tabiatnya belum terbaca semua olehmu. Lihatlah dengan mata batinmu...!
Bahwa uang bisa merubah nilai seseorang. Dari tak ternilai menjadi wanita rendahan seperti istrimu itu," timpal ibunya makin membuat Panji meradang.
"Tidak mungkin....! Orang yang mengenalkan aku pada Allah dan mengubahku menjadi lebih baik bisa berubah hanya dengan melihat uang yang tidak seberapa?" ragu Panji yang masih mempertahankan kepercayaannya pada istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Paman dan Bibi Panji jg jahat, bersifat tamak dan dgn teganya memfitnah Adis pd mommy Panji...
2023-12-27
2
Noey Aprilia
Hhhmmm.....pntsn panji jd bnci sm adis,d cuci otknya trnyta....pman dn bbinya yg jd biang kerok,d tmbh orng tuanya yg mmang ska mrndahkn orng lain....mngkn mreka jg mmftnah adis kl anknya ank lki2 lain,mkanya panji mkn mmbnci adis....
2023-12-10
5
Angga Gati
ternyata yg mulai panji membenci istrinya smua ulah dr fitnah bibinya..😭😭😭
2023-12-10
3