Keesokan harinya, Keenan tengah mempersiapkan segala barang-barangnya untuk pergi ke bandung.
"Tiket sudah ada, baju-baju siap, laptop, ponsel? nah sudah siap." Keenan yang tengah memastikan beberapa barang-barangnya sudah terpacking aman. Hino masuk ke kamar Keenan, melihat sahabatnya itu tengah bersiap-siap.
"Keen, bagaimana dengan mobilmu?"
Tanya Hino yang membuat wajah berseri-seri Keenan hilang seketika.
"Akhh Shit! aku lupa soal itu astaga" Umpat Keenan mengusap wajahnya kasar, di sela-sela kelegaannya yang telah selesai mempersiapkan barang-barangnya, Keenan lupa soal mobilnya yang harus di Kemanakan, tidak mungkin akan di simpan di apartemen Hino karena tujuan Keenan juga harus menghapus jejaknya semulus mungkin.
"Astaga, terus bagaimana?" Tanya Hino yang ikut panik dibuatnya.
"Ah udahlah, nanti aku cari ide kalau sudah pergi dari sini, kau tenang saja" Ucap Keenan tanpa memperdulikan raut wajah Hino yang bingung juga. Keenan manarik kopernya keluar kamar, Hino melangkah lebih dulu. Tiba-tiba di sela-sela Keenan yang ingin segera pergi, bell tamu berbunyi di luar sana.
*Ting nong...
Seketika langkah keduanya terhenti, Keenan dan Hino saling pandang, penasaran dengan siapa yang ada diluar sana.
"kau memesan makanan?" Tanya Keenan dengan suara pelan.
"Tidak, aku tidak memesan apapun, aku juga tidak ada janji sama orang untuk bertemu" Tutur Hino memberi penjelasan.
"Aaakhh terus ini siapa?" Tanya Keenan frustasi dengan kejadian yang membuang-buang waktu seperti ini, disisi lain ia terburu-buru untuk mengejar jadwal penerbangan.
"Ck, yasudah lebih baik kau sembunyi saja dulu, untuk berjaga-jaga" Ucap Hino berusaha menenangkan sahabatnya itu, Hino menatap Keenan penuh keyakinan, berharap orang yang berada diluar bukan keluarga Keenan, ia juga khawatir sebenarnya.
Dengan perasaan kesal, Keenan bersembunyi, ia masuk kembali ke kamarnya beserta membawa kopernya. Setelah memastikan Keenan sudah kembali ke kamarnya, Hino melangkah menuju pintu, memperbaiki raut wajahnya agar tidak terlihat mencurigakan, perasaan Hino sudah mirip seperti pencuri anak-anak yang berusaha menutupi kesalahannya.
*Ceklek..
Pintu terbuka.
Deg.
Alangkah terkejutnya Hino melihat siapa yang ada di hadapannya setelah membuka pintu. Padahal Ia sudah berharap bahwa itu adalah rekan kerja Hino atau keluarganya, namun. siapa sangka, yang menekan bell pintu apartementnya tidak lain adalah Kevin, adik Keenan.
"Selamat pagi Kak Hino." Sapa Kevin sopan, sedangkan Hino bingung harus bagaimana ia selanjutnya. Hino tahu Kedatangan Kevin tidak lain adalah menanyakan keberadaan sang kakak, tidak diragukan lagi. Walau begitu, Hino dengan segala kemampuannya untuk berakting berusaha untuk meyakinkan setiap pertanyaan-pertanyaan adik sahabatnya itu untuk Ia jawab.
"Kak Hino apa kau melihat Kakakku, Kak Keenan?" Tanya Kevin berusaha se sopan mungkin. Hino memperbaiki raut wajahnya yang sedikit gugup, perasannya sudah seperti diruangan ujian lisan, begitu pikir Hino.
"Kakakmu? aku bertemu dengannya tadi malam di club, memangnya Keenan belum pulang?"
Hino berusaha memulai aktingnya semulus mungkin.
"Belum" Kevin
"Tapi di halaman apartement ada mobilnya kak Keenan. Apa kak Keenan tidak ada disini kak?"
Tanya Kevin berhasil membuat Hino gelagapan, bingung harus menjawab apa.
"Matilah aku"
"Ah iya astaga aku lupa, Kevin. Tadi malam kakakmu sangat terburu-buru, aku pulang bersamanya dari club setelah sampai di apartement, dan... dia menitipkan mobilnya di sini, aku juga tidak mengerti, aku menanyainya tapi mengatakan bahwa kakakmu ada urusan mendadak, dan ya, aku menyimpan mobil kakakmu di apartement saja, nanti aku akan menghubungi satpam dirumahmu. Ah, bukankah kamu bisa membawanya pulang saja, Kevin?, Selagi kau ada disini." Tutur Hino panjang lebar berusaha meyakinkan.
"Kak Hino, aku tidak percaya kak Keenan tidak memberitahumu sesuatu mengapa ia sangat terburu-buru bukan?" Pertanyaan adik sahabatnya kembali membuat Hino kembali gugup.
"Hey anak kecil, aku sudah mengatakan yang sebenarnya" Tutur Hino lagi berusaha meyakinkan adik sahabatnya itu. Tanpa memperdulikan Hino, Kevin menerobos masuk ke dalam apartement Hino, berteriak memanggil kakaknya.
"Kak Keenan! kak aku tahu kakak bersembunyi di sini, keluarlah, kita berbicara sebentar!"
"Hey, apa yang kau lakukan, Kevin?, sudah ku katakan tidak ada kakakmu disini" Hino yang panik dan juga bingung harus melakukan apa untuk adik sahabatnya ini.
"Sayangnya aku tidak mempercayaimu Kak Hino." Ucap Kevin tanpa memperdulikan Hino.
Ucap Kevin tanpa melihat ke arah Hino, Kevin berjalan menuju 2 pintu yang pikir Kevin bahwa itu adalah kamar, Kevin menuju pintu yang merupakan kamar Hino sendiri.
"Memasuki kamar orang lain tanpa izin itu tidak sopan, Kevin!" Ucap Hino yang kini merasa kesal karena melihat Kevin yang hendak membuka handle kamar yang tempatinya. Tidak ada pilihan lain, Hino menarik tangan adik sahabatnya untuk menjauh dari pintu kamarnya, Kevin memberontak, berusaha melepaskan genggaman tangan yang tentu saja lebih kuat dari tenaganya.
"Lepaskan, kak. Aku tidak mencuri, aku hanya mencari kakakku!" Teriak Kevin tidak mau kalah.
"Sudah aku katakan, kakakmu tidak ada disini Kevin, pergilah dari sini! kau sangat tidak sopan"
Hino masih berusaha menarik pergelangan tangan asik sahabatnya.
"Aku tidak mau!! kak...! Kak keenan..!" Teriak Kevin semakin memekikkan telinga Hino.
"Cukup!!"
Hening.
Teriakan seseorang menyadarkan Hino dan Kevin, Keenan keluar dari kamar persembunyiannya dengan wajah datar menatap adiknya.
"Kak?" Gumam Kevin sambil menatap Kakaknya bahagia, akhirnya dugaannya benar bahwa Keenan ada disana.
"Sudah aku katakan, Kak Keenan pasti ada disini, kenapa kak Hino berbohong?" Kesal Kevin sambil menatap Hino dengan kesalnya.
"Cukup Kevin!" Tegas Keenan yang membuat Kevin kembali menatapnya.
"Jangan bilang kalau aku tidak sopan, Kak. Aku hanya ingin mencari kakak atas perintah Mama, aku mohon pulanglah kak, mama terus menangis sampai matanya sembab dan bengkak" Tutur Kevin dengan raut wajah sendu.
Keenan terdiam dengan pernyataan yang di utarakan oleh adiknya. Keenan mendekat ke arah adiknya.
"Kevin, kau tidak mengerti permasalahan orang dewasa, sekarang pergilah." Ujar Keenan kemudian.
"Aku tidak akan pergi tanpa membawa kakak pulang" Tegas Kevin.
"Aku tidak akan pulang"
"Aku akan memaksamu untuk ikut pulang bersamaku, Kak"
"Aku tidak akan pulang lagi ke rumah itu, Kevin". Tutur Keenan sekali lagi menekan nada bicaranya. Kevin mengeryitkan alisnya, terkejut dengan perkataan kakaknya.
"Apa maksud kakak?"
"Kau tidak mengerti posisiku. Kalau kuceritakan mungkin kau sulit untuk mengerti"
"Aku bukan anak kecil, Kak. Aku sudah tahu permasalahan kakak sama Papa".
"Kalau kau sudah tahu kenapa mencariku dengan cara yang tidak sopan seperti ini?" Tanya Keenan sambil menatap adiknya kesal.
"Karna Mama" Jawab Kevin jujur.
Keenan memijit pelipisnya yang terasa sakit, di sisi lain Ia juga merasa kasihan dengan Mama Rania yang selama ini hanya menjadi pendengar setiap pertengkaran antara dia dan Papanya. Namun Ia juga sudah tidak tahan dengan keegoisan Papanya. Keenan melangkah mendekati sang adik.
"Kevin, dengarkan aku baik-baik" Ucap Keenan sembari menatap mata adiknya dalam.
"Aku akan pergi keluar kota, dan aku tidak bisa berjanji kapan aku akan kembali. Tapi kau jangan khawatir aku masih ingat darimana aku berasal" keenan
"Maksud kakak?" Tanya Kevin dengan tatapan kecewa pada kakaknya, nampaknya misi yang ia lakukan untuk membawa Keenan pulang gagal.
"Sudahlah, aku tidak punya banyak waktu lagi"
"Kak, kau belum memberitahuku kemana kau akan per..."
"Kevin!" Keenan menyela perkataan adiknya.
"Aku mohon mengertilah, aku mohon. Suatu saat aku akan menjelaskannya untukmu, tolonglah mengerti, kau adikku satu-satunya yang bisa ku percayai. Aku berharap kau bisa berada di pihakku, kau tahu? Mama dan juga Papa sama sekali tidak mendukung setiap keputusanku, jadi aku mohon berpihak lah kepadaku" Tutur Keenan panjang lebar sambil menggenggam kedua pundak adiknya, tatapannya sendu. Ini terasa sulit baginya, adiknya memaksanya pulang dengan alasan bahwa Mama Rania menginginkan dirinya untuk pulang, di sisi lain ia juga harus mengejar jam penerbangannya menuju Bandung.
Kevin terdiam, ia menyerah, tatapannya sendu putus asa, ia gagal membawa kakaknya pulang.
"Tolong pergilah dari sini, jangan beritahu mama dan papa tentang Hino yang membantuku untuk bersembunyi" Tutur Keenan lagi melepaskan kedua pundak sang adik
"Kau akan jadi orang hebat kelak, belajarlah yang rajin" Ucao keenan lagi sembari menepuk punggung Kevin.
Kevin masih setia berdiri di tempatnya sambil menatap sang kakak dengan wajah yang memerah.
Hening.
"Kevin, aku mohon pergilah" Ucap Keenan sekali lagi.
"Kakak dan Papa sama saja egois! aku benci kalian! aku sangat benci!" Ucap Kevin dengan teriakan dan suara yang bergetar, ia sangat kecewa dan berbalik badan hendak keluar dari apartement Hino.
"Kevin, tunggu!" Teriak Keenan. Kevin berhenti melangkah tanpa menoleh kebelakang.
"Maafkan aku, suatu saat kau akan mengerti lebih dalam tentang posisiku, Kevin. Dan ingat, jaga mama" Mendengar itu, Kevin pergi dengan langkah lebar menuju pintu keluar dengan perasaan kecewa, sangat kecewa.
Keenan menatap punggung adiknya hingga lenyap dari pintu, entah mengapa ia merasa bersalah dengan keputusannya ini.
Hino yang sedari tadi melihat Keenan bercekcok dengan adiknya ikut diam, tidak berani ikut campur, Hino hanya berusaha membantu setiap rencana yang disusun oleh Keenan.
"Keenan?" Hino membuka suara, Keenan masih bergeming sambil menatap pintu dengan perasaan yang tidak menentu.
"B-bagaimana?" Tanya Hino lagi.
"Ayo berangkat, Hin"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Atha Diyuta
mmpir nih ka smngt y
2024-01-22
0
gegechan (ig:@aboutgege_)
mampir kak, semangatttt🥳
2023-12-22
0