Alina kali ini langsung pulang ke rumah yang sudah disediakan Evan sebagai mahar pernikahannya dengan Laras. Evan nampak dingin dan datar. Alina memahami hal tersebut, pasti Evan belum bisa menerima ini semua dengan lapang dada. Semuanya sangat mendadak.
Apalagi Evan juga harus menghadapi masalah perusahaan Papa nya yang sekarang berada dibawah tanggung jawabnya.
Alina hanya diam duduk tenang dikursi penumpang disebelah Evan. Meski dulunya mereka berteman, namun mereka sudah cukup lama tidak berbicara dan bertemu secara langsung. Karena Alina yang memilih sekolah boarding, sehingga ia jarang pulang dan bertemu Evan.
Sampai disebuah rumah yang terlihat mewah, Alina menatap kagum. Dari dalam keluar seorang ibu-ibu dengan pakaian biasa dan seorang bapak-bapak yang nampaknya sudah berumur.
“Selamat malam Tuan, Nyonya, mari kami bantu bawakan barang-barangnya” pria berumur tersebut membantu membawa dua buah koper.
Serta ibu-ibu tersebut juga ikut membawa beberapa barang berupa kado pernikahan, karena mama dari Evan sengaja menyuruh membawa beberapa kado didalam mobil, sisanya akan diantar oleh pengiriman barang atau mungkin diantar oleh saudara.
Alina membantu memindahkan kado-kado tersebut kedalam rumah. Evan juga membantu membawa koper kedalam. Malam itu lumayan menyita waktu untuk membawa barang kedalam rumah dan meletakkannya di kamar.
Rumah milik Evan hanya terdiri dari satu lantai, namun luas, halamannya juga cukup luas. Setelah meletakkan barang-barang ke dalam kamar, dua orang yang bertugas sebagai pekerja dirumah ini pamit pergi dan meninggalkan Alina dan Evan didalam kamar mereka.
“Biar aku saja yang teruskan, kamu mandi saja dulu” ucap Alina mengambil alih untuk menyusun kado-kado dipinggir ruang kamar. Evan mengangguk, ia membuka kopernya dan mengambil handuk. Alina menatap Evan serius saat pria itu masuk kedalam kamar mandi. Alina melihat koper Evan yang terbuka. Ia putuskan menyiapkan pakaian sambil merapikan pakaian suaminya itu, hitung-hitung langkah awal berbakti sebagai istri.
Alina merapikan pakaian yang masih berada didalam koper ke dalam lemari, menyusunnya dengan rapi dan menyisakan beberapa kemeja. Alina juga mengeluarkan pakaiannya dan merapikannya dibagian sisi lemari lainnya.
Tak berselang lama, Evan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang ia lilitkan di pinggangnya. Ia melihat jika ada pakaiannya diatas kasur. “Pakaian kamu yang ini biar aku setrika kan dulu ya” Alina menunjuk pada pakaian yang disimpan dalam keranjang yang cukup besar.
Evan melihat dan hanya mengangguk saja. “Aku akan setrika nanti, sekarang aku mau mandi dulu” Alina mengambil handuk dan pakaian yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Evan tak ambil pusing, ia mengambil pakaian yang sudah disiapkan sebelumnya oleh Alina dan memakainya disana, toh Alina sedang dikamar mandi jadi tidak akan ada yang melihat ia tanpa busana.
Evan meraih ponselnya yang tadi dia letakkan dinakas kecil dekat kasur. Matanya menatap layar pipih tersebut berkaca. Kontak nomor dengan emotikon love tersebut nampak sudah tidak ada foto profil yang terpajang. Foto yang setiap malam selalu ia pandangi sambil mendengarkan celotehan random, bahkan semalam ia masih mendengarkan celotehan gadis yang dicintainya itu.
Evan menghembuskan nafas kasar, rasa sesak masih memenuhi dadanya mengingat bagaimana perkataan yang diucapkan mantan calon ayah mertuanya semalam.
“Ini bukanlah masalah besar, kenapa papa Laras mengambil langkah besar seperti ini” gumam Evan. Ia memilih tidur lebih dulu, karna sudah lelah. Lelah batin dan fisiknya bercampur jadi satu.
Alina selesai mandi keluar kamar tanpa memgenakan cadarnya, namun ia masih memgenakan hijab instan.
Terasa masih canggung diantara dua teman kecil dimasa lalu tersebut.
Namun, Alina bersyukur, Evan sudah tertidur duluan. Jadi malam ini ia aman dan bisa tidur dengan nyenyak untuk melepas lelahnya.
Sebelum itu Alina langsung mengerjakan setrikaan baju kemeja suaminya dan beberapa bajunya. Ia lakukan sendiri sampai hampir pagi.
Hingga pukul tiga ia baru menyelesaikan pekerjaanya. Serta merapikan baju itu kedalam lemari.
Karna tanggung untuk tidur, Alina duduk sebentar, ia menatap Evan yang tertidur dengan tenang. Rasa kasihan kembali menyelimuti hati Alina, ia sangat mengasihani nasib naas pria yang kini menjadi suaminya itu.
'Ya Allah, kasian Evan, entah apa yang dimasa depan akan engkau berikan padanya, semoga ia mampu melewati ujian dari mu dan memperoleh kebahagian kelak' batin Alina.
Ia mendo'a kan suaminya dengan sungguh-sungguh. Lalu Alina beranjak dan masuk ke kamar mandi. Ia akan melaksanakan sholat Tahajud dan melanjutkan membaca Al-Qur'an.
Alina juga akan meminta pada Tuhan, agar pernikahannya bahagia dan dipenuhi Rahmat. Alina juga meminta agar suaminya itu dikuatkan dalam menghadapi semua masalah kehidupan dan ujian kehidupannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Kak Dsh 14
Baik banget alina
2024-05-13
1
Rose Yura🌹
bagus ceritanya
2024-05-05
0
Amelia
istri yg Soleha ❤️❤️
2024-05-01
0