Pernikahan antara adik dan kakak ipar pun terjadi, kini mereka sudah sah sebagai suami dan istri. Pernikahan yang di selenggarakan secara sederhana saja hanya keluarga inti dan tamu spesial saja yang hadir di sana, itu keinginan Nabila yang tidak mau orang-orang mengetahui jika dirinya menikah dengan kakak iparnya.
Nabila mencium tangan Rama, hal pertama kalinya ia mencium tangan Rama sebagai suaminya, sedangkan dulu ia mencium tangan Rama sebagai penghormatan karena ia menikah dengan Naura kakak kandungnya itupun jarang ia lakukan paling ketika ia sedang mengunjungi rumah kakaknya itu.
"Rama cium kening Nabila." Titah mama di depan semua orang yang hadir di sana membuat Rama menarik nafas panjang.
"Mah." Balas Rama yang menolak dengan tatapan kepada ibunya.
"Hanya cium keningnya saja kok Ram. Mama mau ambil foto kalian untuk kenang-kenangan nanti." Jelas mama Rama yang membuat Rama melirik ke arah Bila. "Kalau nanti sih bisa lebih dari cium juga tidak apa-apa." Goda mama yang membuat para tamu tertawa.
"Iya Ram, mau seharian di kamar pun kita tidak akan mengganggu kalian." Sahut adik mama Rama ikut menggoda nya.
"Buka puasanya, jangan puasa terus." Celetuk salah satu anggota TNI yang ikut hadir di sana, sehingga membuat para tamu tertawa dan ada yang terkikik. Apalagi di sana ada beberapa anggota yang dekat dengan Rama pun ikut hadir.
Rama melempar sebuah tisu bekas mengelap keringat nya, pada Bimo teman yang menggodanya tadi membuat Bimo cekakakan melihat kesal sahabat nya itu.
"Akhirnya buka puasa juga Ram... Buka puasa!" Bimo bukan nya takut ia malah semakin menggoda Rama sahabat sekaligus komandannya itu.
"Ayo mas ambil foto yang banyak untuk kenang-kenangan nanti." Titah mama pada seorang fotografer yang sudah di siapkan.
"Ayo dong nak, cepat cium kening istri mu, mama mau ambil foto kalian." Kembali sang mama tak sabaran.
Rama beberapa kali menarik nafas, ntah karena gugup atau ia merasa tidak nyaman dengan pernikahan ini.
Rama memutar tubuh menghadap ke arah Bila melihat sisi samping wajah wanita yang kini sudah menjadi istrinya.
"Bila ayo nak putar tubuh nya menghadap Rama suamimu." Titah mama mertua.
Tanpa mau protes karena itu hal yang percuma pikir Bila, ia langsung memutar tubuh nya menghadap Rama yang sudah duduk dengan menghadap ke arah nya, ia tak berani menatap atau pun memandang Rama karena merasa malu dan juga ntahlah kini perasaan nya bagaimana.
Sedangkan Rama memperhatikan gerakan Bila untuk memenuhi keinginan mama nya yang tak bisa terbantahkan itu.
Sebenarnya Bila sama cantiknya dengan Naura, hanya saja Naura memiliki tubuh mungil dengan penampilannya yang berjilbab sedangkan Nabila ia memiliki tubuh tinggi dan penampilannya sedikit terbuka walaupun masih sopan, dan itu membuat Rama sedikit berbeda menilai Bila adik ipar sekaligus istri barunya.
Tak mau berlama-lama menjadi bahan godaan para tamu dan teman-temannya, Rama langsung menarik pelan kepala Bila untuk mendekat ke arah nya, Nabila sempat menatap sebentar pada wajah serius suaminya, sedangkan Rama menatap datar istri yang terlihat sangat cantik itu.
Rama mengecup kening Nabila, namun sekilas membuat sang mama pun protes dan para tamu keheranan melihatnya.
"Rama! Tahan sebentar jangan seperti itu, fotografer nya saja belum siap ambil gambar." Protes sang mama. "Cium istrimu lagi! Tapi ingat sebelum fotografer nya selesai, maka kamu harus tahan dulu." Ujar sang mama membuat Rama menarik nafas nya dalam-dalam.
Rama pun menghela nafasnya sebelum kembali mencium kening Bila, dan seorang fotografer pun memberikan arahan kepada Rama dan juga Bila supaya gambar nya bagus dan menarik.
Berbagai gaya mereka ikuti dari sang fotografer yang sebelumnya sudah di bisikan oleh mama Rama, agar mengambil gambar yang bagus dan terlihat romantis.
Mama Rama tersenyum puas melihat hasil jepretan fotografer itu.
Namun di tengah sesi pemotretan Bila meminta untuk membawa Nurma kepadanya untuk berfoto bersama mereka.
Sesi foto Bila dan Rama yang mencium pipi Nurma yang berada di tengah nya membuat dua keluarga tersenyum bahagia. Dan Bila merasa Rama terlihat senang saat Nurma berada di antara mereka, berbeda dengan tadi, Bila melihat Rama seakan terpaksa melakukannya.
* * *
Malam pun tiba, Rama kini tengah berada di rumah sang mertua karena acara pernikahan tadi memang di selenggarakan di rumah keluarga Nabila. Para keluarga sudah satu-persatu berpamitan untuk pulang.
Keberadaan nya di rumah istri barunya membuat Rama mengingat akan istrinya yang sudah tiada, apalagi kamar yang dulu di tempati Naura bersebelahan dengan kamar Nabila saat ini.
Ia terpaku menatap kamar yang pernah dulu ia pakai saat bersama Naura ketika menginap di rumah mertuanya itu, mengingatkan ia akan kenangan bersama sang istri, Naura.
"Kak Rama kalau mau istirahat di kamar sebelahnya saja, kamar ini berantakan banyak barang-barang pemberian keluarga." Ucap Bila yang membuat Rama sedikit terkejut dengan suara yang memang hampir sama dengan Naura.
"Hemm." Angguk Rama cepat. "Nurma mana?"
"Nurma sudah tidur, baru saja Bila menidurkan nya." Sahut sang ibu Bila yang tengah melewatinya. "Jangan khawatir, Nurma malam ini bersama ibu, Nurma kalau badannya sehat tidak akan rewel kok." Ujar ibu meyakinkan.
"Sekarang sudah malam, cepat kalian istirahat di dalam kamar." Titah ibu menatap anak dan mantunya itu.
"Bila itu paling pintar menidurkan. Bila, ayo cepat ajak suamimu tidur!" Tatap ibu menggoda Bila yang di balas dengan wajah memberengut Bila. Bila tahu jika ibunya itu sedang menggodanya.
"Tapi aku belum ngantuk Bu. Ini juga baru jam 10, lagi pula aku kan selalu bergadang." Sebal Bila.
"Bergadang nya di kamar saja, ayo sana cepat! Ayo nak Rama istirahat di dalam." Titah ibu seraya mendorong pelan Bila agar mengajak Rama untuk tidur.
*
*
*
Di dalam kamar hanya ada keheningan yang membuat dua sejoli itu bingung untuk melakukan apa.
"Kamu sering bergadang?" Tatap Rama pada Bila. Setelah sekian menitan mereka diam tak ada yang berani berbicara.
"Iya." Angguk Bila membenarkan.
"Nonton drakor?" Tebak Rama tipe wanita seperti Bila seperti nya penyuka drakor.
"Tidak." Jawab Bila cepat.
"Lalu?" Heran Rama.
"Jagain Nurma kalau dia sedang terjaga." Terang Bila menaiki ranjang.
"Tapi karena sekarang aku lelah dan Nurma di jaga sama ibu, aku mau tidur saja." Sambung Bila bersiap diri untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur. Sebagai kode jika dia belum siap untuk belah duren atau malam pertama yang kata Naura kakaknya menyakitkan namun ngeri-ngeri sedap, membuat Bila yang tidak tahu maksud kakak nya bagaimana menjadi bingung. Ntah apa yang di lakukan Rama dulu pada kakak kandungnya itu hingga Naura kakaknya yang alim itu mengeluarkan kata ngeri-ngeri sedap saat malam pertama bersama kakak iparnya itu.
Rama lelaki yang memiliki tubuh atletis itu beranjak tanpa membalas ucapan Bila tadi.
"Kak Rama mau kemana?" Tanya Bila melihat suaminya itu akan pergi.
"Aku ingin merokok." Sahutnya datar seraya membuka pintu kamar tanpa menoleh atau mengatakan apa-apa lagi pada Bila.
Menatap pintu yang tertutup hingga sang suami tak terlihat lagi.
"Dingin sekali sih kak Rama, kalau memang tidak mau menikah denganku kenapa dia tidak menolak saja kemarin, aneh sekali." Gumam Bila sebal dengan sikap Rama padanya.
"Kalau bukan karena Nurma, aku juga tidak mau pernikahan ini terjadi." Kembali Bila bergumam menatap langit-langit kamar. "Sekarang aku harus bagaimana ya Allah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Deasy Dahlan
Sabar sabar bila
2024-03-02
1