Gus Shabir langsung mundur setelah melihat wajah istrinya. Dia terdiam dan memandangi Hana dengan intens dan wajah pias. Tidak menduga jika dia menikahi wanita yang salah.
Semua mata yang ada di mesjid memandangi Gus Shabir dengan penuh tanda tanya. Kenapa pria itu terlihat syok melihat wajah istrinya. Apakah karena Hana terlihat berbeda? Begitu yang ada dalam pikiran mereka.
Umi Fatimah yang ada di belakang putranya lalu berbisik, "Shabir, jika ingin menatap istrimu lebih lama, nanti di kamar. Sekarang kamu berikan dulu mas kawinnya. Fotografer lagi telah menunggu untuk mengabadikan semua."
Gus Shabir lalu mengucap istighfar, dia tidak boleh begini. Bagaimana pun ini sudah menjadi pilihannya. Dia yang salah, tidak mau bertemu dengan calon istri sebelum menikah. Saat ini, wanita yang ada dihadapan dia adalah istri sahnya.
Dengan langkah pelan, Gus Shabir kembali mendekati Hana dan memberikan mas kawinnya. Kilauan lampu dari kamera memenuhi ruangan mesjid.
Syifa yang melihat bayangan Anin berlari keluar mesjid, mengikuti adiknya setelah memberikan anak pada sang suami. Wanita itu mencoba mencari keberadaan adik yang paling dia sayangi itu.
Syifa mendekati Anin, yang sedang terisak di bangku taman. Dipeluknya dari belakang tubuh gadis itu.
"Anin Sayang. Kakak mengerti dengan kesedihan kamu. Kamu pasti takut setelah menikah Hana tidak lagi bisa bermain denganmu. Selama ini kamu dan Hana selalu bersama. Jangan sedih, kami akan tetap menemani kamu walau telah berkeluarga," ucap Syifa dan mengecup pucuk kepala adiknya.
Tangis Anin makin pecah saat berada dalam pelukan sang kakak. Ingin rasanya dia mengatakan apa yang dirasakan saat ini. Namun, hatinya melarang. Biarlah semua menjadi rahasia antara dirinya dan Allah. Dia akan mencintai Gus Shabir dalam diam tanpa seorang pun tahu.
"Kak Syifa ...." Hanya itu yang terucap dari bibirnya.
"Masuk, yuk. Kita foto bersama. Nanti dikira orang kamu salut hati melihat Hana menikah," ucap Syifa dengan mencubit hidung Anin pelan.
Anin memaksakan senyumnya. Dia menghapus air matanya. Mengambil bedak dari tas dan menyapunya sedikit agar tak terlihat bekas tangisannya. Mereka berdua lalu masuk ke mesjid.
Aisha yang melihat kedatangan putrinya, lalu memeluk dengan erat. Dari tadi dia kuatir karena Anin belum juga sampai.
"Mami kuatir banget, karena kamu belum muncul juga," ujar Aisha.
"Aku sampai saat tadi pengucapan ijab kabul. Agar tidak menggangu, duduk di belakang saja, Mi," balas Anin beralasan.
"Sekarang kita foto keluarga ya," ajak Aisha.
Anin berjalan menunduk, tidak berani menatap wajah sang oom. Saat ini Gus Shabir telah menjadi suami tantenya.
Anin memeluk Hana erat. Tantenya itu membalas pelukan sang ponakan. Dari kecil mereka selalu bersama seperti anak kembar.
"Selamat menempuh hidup baru, Aunty. Semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warahmah," bisik Anin saat memeluk sang Tante.
"Terima kasih ponakanku," balas Hana.
Pelukan keduanya terlepas, lalu setelah itu Anin mengatupkan kedua tangannya di dada sebagai salam untuk Gus Shabir. Dia memberikan senyumannya dan di balas pria itu. Mereka semua berfoto bersama sebagai kenangan.
"Selamat menempuh hidup baru, Om," ucap Anin pelan. Gus Shabir hanya membalas dengan anggukan. Namun, matanya tidak lepas memandangi Anin. Keluarga yang lain juga menyalami pengantin, memberikan ucapan dan doa. Setelah itu semuanya kembali ke rumah. Siang akan diadakan syukuran atas pernikahan keduanya.
Sampai di rumah, Anin langsung masuk ke kamar. Kembali tangisnya pecah. Keluarga yang lain sibuk menyambut tamu, sehingga tak menyadari kesedihan gadis itu.
"Ya Allah aku ikhlas dengan semua rasa sakit hari ini, semoga ini bisa menjadi pelebur dosa dan kesalahan yang telah aku perbuat. Aku pasrahkan semuanya pada-Mu. Aku yakin Engkau maha adil. Satu tetes air mata yang keluar karena rasa sakit ini, akan Engkau ganti dengan jutaan kebahagiaan. Aamiin," gumam Anin dalam hatinya.
Anin sadar, jika tidak ada yang salah dalam hal ini. Baik Gus Shabir atau pun Hana. Dia tidak pernah mengatakan rasa sukanya pada pria itu, sehingga tidak ada yang tahu. Lagi pula, jika pun dia mengatakan tapi pria itu lebih memilih Hana, dia juga tidak bisa berbuat apa pun.
"Ya Tuhan, mulai hari ini aku ikhlas melepaskannya. Aku lepaskan walau dengan terpaksa. Aku janji akan mengikhlaskannya seluas aku mencintainya. Aku kembalikan lagi seluruh cintaku pada-Mu Tuhan. Sungguh aku percaya sudah kau atur sebaik-baiknya. Aku akan berusaha menghapus namanya dalam hidupku. Aku akan membunuhnya dalam sejarahku. Aku akan menyingkirkan seluruh ketertarikanku tentangnya. Apakah mudah? Pasti tidak. Itu semua tidak mudah, tapi harus aku lakukan demi kesehatan mentalku. Harus aku lakukan demi kedamaian jiwaku. Walaupun itu harus mengerahkan sisa tenaga yang aku punya. Aku tau, aku yakin aku mampu. Dan Tuhan memilih jalan ini untukku lebih bahagia."
Doa yang sama, yang pernah Aisha utarakan. Mungkin takdir ibu dan anak itu digariskan sama. Tidak bisa bersatu dengan orang yang dicintai. Tapi, yakinlah pasti ada hikmah di balik semua itu.
Rasulullah SAW pernah berpesan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi agar tidak mencintai sesuatu secara berlebihan. Adapun bunyi hadits tentang mencintai seseorang sebagai berikut,"Cintailah orang yang kamu cintai sekadarnya. Bisa jadi orang yang sekarang kamu cintai suatu hari nanti harus kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci sekadarnya, bisa jadi di satu hari nanti dia menjadi orang yang harus kamu cintai.” [HR. At-Tirmidzi no.1997 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 178]
Semua keluarga berkumpul di halaman belakang rumah, semua tampak bergembira menyambut kehadiran anggota baru dalam keluarga besar mereka. Aisha yang tidak melihat kehadiran sang putri, mencarinya hingga ke kamar.
Dia membuka pintu kamar itu dengan pelan. Aisha terkejut melihat sang putri yang tertidur di atas sajadahnya. Mungkin sehabis salat Zuhur tadi. Dia mendekati Anin. Terlihat sisa air mata masih membasahi pipi gadis itu.
Aisha menghapus air mata itu. Dia berpikir Anin menangis karena akan di tinggal pergi Hana mengikuti suaminya nanti. Saat tangan Aisha menyentuh dahi sang putri, dia merasakan suhu tubuhnya begitu panas.
"Sayang, kamu sakit, Nak?" tanya Aisha dengan kuatir.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Alivaaaa
kasihan Anin
2024-05-18
0
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀MD.HIAT💜⃞⃟𝓛
semua cerita bikin tersentuh Thor
2024-04-21
0
bibuk duo nan
jd seperti beli kucing dalam karung ya
2024-02-17
1