Bab 4
Laura juga memanfaatkan teknologi untuk menyusun percakapan palsu antara Amelia dan pihak ketiga yang fiksi. Dia membuat percakapan palsu yang seolah-olah membuktikan keterlibatan Amelia dalam skandal sosial yang dituduhkan.
Dalam percakapan palsu itu, Amelia berbicara dengan seorang lelaki "(pria: "Amelia sayang," sentuhanmu membuat aku sangat terangsang," aku sudah tidak tahan lagi." Amelia: iya sayang aku juga sudah tidak tahan)," terdengar suara dalam rekaman itu mereka sedang bercumbu.
Semua ini dilakukan untuk memperkuat pandangan Elias bahwa Amelia memiliki masa lalu yang kelam.
Laura, dengan keahliannya merancang fitnah, memutuskan untuk memperkuat penipuannya dengan menunjukkan bukti palsunya kepada Elias.
Dia mengundang Elias ke pertemuan pribadi di tempat yang sepi, membawa serta sejumlah bukti yang dirancang dengan cermat untuk memastikan Elias terjebak dalam jaringan kebohongan yang ia bangun.
Dengan senyum licik, Laura meletakkan dokumen-dokumen palsu dan tangkapan layar palsu di meja di depan Elias. Elias," katanya dengan suara lembut, "aku rasa kau harus melihat ini." Dalam bukti tersebut terlihat Amelia sedang bercumbu dengan seorang lelaki, dan wajah lelaki itu di blur, video itu hanya berdurasi tiga detik. "Elias," Amelia mungkin tidak memberitahumu segalanya." kata Laura dengan senyum liciknya.
Elias, terkejut dan bingung, mencoba mencerna informasi yang dia lihat.
Desas-desus yang telah ditanamkan oleh Laura mulai menyatu dengan bukti-bukti ini, menciptakan gambaran palsu yang menggambarkan Amelia sebagai seseorang yang jauh dari apa yang telah dia ketahui.
Laura dengan licik terus menyusun narasinya, "Aku tahu ini sulit dipercaya, Elias. Tapi, aku melakukannya karena aku peduli padamu. Aku tak ingin kau terluka oleh kebohongan."
Elias, terombang-ambing antara keyakinan pada Amelia dan bukti-bukti yang dihadapkan padanya, merasa terjebak dalam labirin yang rumit. "Laura, ini tidak mungkin, ini pasti bohong kan? "Aku butuh waktu untuk memahaminya," ucap Elias dengan wajah yang sangat sedih.
***
Laura, seolah-olah bersedih dan prihatin, mencoba meraih tangan Elias. "Aku hanya ingin melindungi kamu, "Elias. "Kau harus memikirkan apa yang terbaik untukmu," ucapnya dengan suara yang penuh kepalsuan.
Sementara Elias mencoba meresapi informasi yang baru dia terima, Laura melanjutkan upayanya untuk meracuni pikirannya. Dia mengajukan pertanyaan yang meragukan dan mencoba membayangi pandangan Elias terhadap Amelia.
"Apakah kau yakin Amelia benar-benar jujur padamu? "Apakah kau bisa mempercayainya setelah melihat ini? Tanya Laura. Elias hanya diam membisu.
Elias, yang terjebak dalam konflik batin, meninggalkan pertemuan dengan Laura dengan rasa cemas dan keraguan yang mendalam.
Laura, sementara itu, tersenyum puas mengetahui bahwa perangkapnya telah berhasil menyesatkan pikiran Elias. Kini, tinggal waktu yang akan menjawab apakah cinta sejati antara Elias dan Amelia mampu bertahan menghadapi bukti palsu dan fitnah yang dirancang dengan cerdik olehnya.
Setelah menjebak Elias dengan bukti palsu dan berhasil menanamkan keraguan dalam pikirannya, Laura merasa senang dengan kesuksesan rencananya.
Kemenangan jahatnya membawa pada tingkat kepuasan yang tinggi, merasa seolah-olah dia telah berhasil mengambil alih kendali atas nasib hubungan Elias dan Amelia.
Dengan senyum puas, Laura kembali merenungkan upayanya yang cermat dalam menyusun fitnah dan bukti-bukti palsu. Dia melihat Elias terperangkap dalam kebimbangan, mempertanyakan kejujuran Amelia, dan ini memberinya kepuasan tertentu.
Laura terus memantau perkembangan di antara Elias dan Amelia dari kejauhan. Setiap kali dia melihat ketegangan dan keraguan di mata Elias, kepuasannya semakin bertambah. Rasa dendamnya terhadap Amelia memberinya dorongan untuk terus melangkah dalam upayanya untuk memisahkan pasangan itu.
Dalam pertemuan sosial dan interaksi sehari-hari, Laura berusaha memperburuk situasi dengan menyebarkan gosip dan mendiskreditkan Amelia di mata orang lain.
Dia menggunakan setiap kesempatan untuk menciptakan pembelahan dalam lingkaran pertemanan mereka, yakin bahwa semakin banyak orang yang mendukungnya, semakin besar peluangnya untuk merusak hubungan Elias dan Amelia.
Laura juga terus mengirim pesan subtil kepada Elias. isi pesan tersebut, "(Elias, aku peduli padamu, aku tidak ingin kau kecewa." Percayalah Amelia bukanlah wanita yang baik untukmu, dia pandai bersandiwara, seolah-olah dia wanita sempurna nyaris tidak punya kesalahan)." Laura mencoba mempengaruhi Elias agar semakin yakin dengan bukti palsu yang telah dia sajikan.
Setiap kali Elias mencoba mendekati Amelia untuk mencari klarifikasi, Laura secara licik meyakinkan Elias. "Elias, "jangan kamu lakukan! "Percuma, itu hanya sia-sia, bahwa tindakan itu hanya akan membuat kamu semakin terluka, dia tidak akan jujur kepada kamu." ungkap Laura untuk meyakinkan Elias.
Namun, di balik senyum puas dan perasaan kemenangan, Laura mulai merasakan kekosongan emosional. Keinginan untuk membalas dendam ternyata tidak memberikannya kebahagiaan yang sejati, karena Elias juga malah lebih menjauh darinya.
Sementara itu, Amelia, meskipun dilanda kesedihan dan kebingungan, terus berjuang untuk membuktikan kejujurannya pada Elias.
Ini menjadi perang melawan kebenaran dan keadilan, di mana pertarungan antara kebohongan Laura dan kejujuran Amelia menciptakan alur yang rumit dan menyentuh hati.
Hanya waktu yang akan menentukan apakah Elias akan tetap terjebak dalam tipu daya Laura atau akhirnya menemukan kebenaran yang sesungguhnya.
Dengan bukti palsu yang diberikan oleh Laura, Elias terjebak dalam labirin keraguan dan kebingungan. Diamnya yang menyedihkan menjadi bayangan yang tak terucapkan, menggantung di antara mereka seperti awan kelam. Setiap tatapan dan sentuhan penuh keraguannya menyelimuti hubungan mereka.
Amelia, yang merasakan perubahan dalam sikap Elias, merasa kesepian dan cemas. Pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban merayap di antara mereka, menciptakan jarak yang menyakitkan.
Amelia memutuskan untuk berbicara dengan Elias. "Elias," desah Amelia dengan suara yang lemah, "bisakah kita bicara? Aku tidak ingin kita terus begini."
Namun, Elias hanya merespon dengan diam yang menusuk. Matanya yang dulu penuh cinta kini terasa dingin dan jauh. Dia mencoba menutup perasaannya sendiri, membebani dirinya dengan keraguan yang Laura tanamkan.
Amelia, mencoba memahami dan mencari cara untuk menyembuhkan luka ini, bertekad untuk membuka hati Elias.
"Elias, kita melewati begitu banyak bersama-sama, "bisakah kau percaya padaku? "Semua yang dikatakan Laura itu palsu, dan aku takkan pernah menyakitimu." Ucap Amelia dengan suara lembut dan tulus.
Namun, Elias tetap dalam diamnya yang membisu. Rasa kepercayaan yang dulu tak tergoyahkan kini terkoyak oleh bukti palsu dan fitnah yang ditanamkan Laura.
Amelia merasakan perasaan putus asa merayap, menyadari bahwa dia harus melakukan lebih dari sekadar kata-kata untuk meyakinkan Elias.
Namun, Elias tetap dalam diamnya yang membisu. Rasa kepercayaan yang dulu tak tergoyahkan kini terkoyak oleh bukti palsu dan fitnah yang ditanamkan Laura.
Amelia merasakan perasaan putus asa merayap, menyadari bahwa dia harus melakukan lebih dari sekadar kata-kata untuk meyakinkan Elias.
Pertemuan demi pertemuan berlalu, dan Elias terus menyimpan hatinya yang retak di dalam diamnya yang menyakitkan.
Kebersamaan yang dulu penuh tawa dan candaan kini menjadi panggung untuk drama kelam yang menghantui mereka. Setiap kali Amelia mencoba mendekati Elias, dia bertemu dengan tembok diam yang tak terkalahkan.
Amelia memutuskan untuk menelusuri sendiri kebenaran di balik fitnah Laura. Dengan penuh keberanian, dia mengumpulkan bukti yang menunjukkan kebohongan dan menyusun rencana untuk membuktikan kesetiaannya pada Elias. Dalam bukti yang di tunjukkan Amelia, bahwa suara rekaman, foto dan video yang di tunjukkan Laura kepada Elias itu hanyalah hasil editan semata.
Suatu hari, ketika Elias kembali dari pekerjaan, Amelia menyongsongnya dengan bukti-bukti yang dia temukan. Matanya yang penuh harapan mencari mata Elias yang kini dipenuhi oleh keraguan.
"Elias, lihatlah ini! "Semua yang dikatakan Laura palsu. "Kita bisa melalui ini bersama-sama." ucap Amelia dengan nada yang penuh harapan.
Namun, Elias masih tetap dalam diam yang menyakitkan. Dalam keputusasaan, Amelia mencoba satu kali lagi, "Elias, "apakah kita tak bisa mengatasi ini bersama-sama? Kita bisa membuktikan bahwa cinta kita lebih kuat dari kebohongan."
Namun, Elias, yang masih terbelenggu oleh keraguan dan luka yang ditanamkan, perlahan menarik diri.
Diamnya menjadi seperti palung yang tak terjembatani, menciptakan jurang yang semakin dalam di antara mereka.
***
Amelia menatap langit dengan mata yang berkaca-kaca merenungi nasib dan kisah cintanya selama ini selalu menyakitkan, kenapa setiap kali dia memulai hubungan selalu saja kandas, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apa salah dosa yang telah dia lakukan, kenapa dia selalu tidak beruntung dalam asmara, usianya sudah tidak muda lagi, sudah sepantasnya dia menemukan pasangan hidup. Tapi, lagi-lagi harus kandas, isaknya dalam tangis
Baginya ini menjadi perjalanan yang menyakitkan di mana diam Elias bukan hanya sekadar keheningan, tetapi juga lambang dari kehilangan dan keretakan dalam hubungan yang sebelumnya indah.
Dalam kebingungannya, Amelia memutuskan untuk menghadapi Laura dan membersihkan namanya dari tuduhan palsu tersebut.
Dengan hati yang berat dan tekad yang kuat, Amelia mencari Laura untuk sebuah klarifikasi.
Amelia menemui Laura di suatu tempat yang tenang, tempat di mana desas-desus dan bukti palsu bermula. "Laura, "kita perlu bicara! Ucap Amelia dengan suara tegasnya, tetapi juga membawa sedikit kesedihan.
Laura, yang sebelumnya merasa puas dengan keberhasilannya menimbulkan konflik, tersenyum licik. "Apa yang ingin kau bicarakan, Amelia? 'Apakah kau akhirnya mengakui kekalahan kamu? Tanya Laura dengan senyum liciknya.
Amelia, tanpa ragu, mulai membuka semua kartu. Dia menyajikan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa fitnah Laura hanyalah kumpulan kebohongan yang direkayasa. "Lihatlah ini, Laura. Amelia menunjukkan rekaman, foto dan video hanyalah hasil editan semata. "Semua bukti palsu yang kau ciptakan, kau telah merusak hubungan kami tanpa alasan yang jelas." ungkap Amelia sambil menunjukkan setumpuk bukti.
Laura, yang awalnya merasa yakin dengan keberhasilannya, mulai merasa gugup. Namun, ia tetap mencoba mempertahankan diri. "Apa yang kau maksud? Itu bisa saja semua rekayasa dari pihakmu," sahut Laura dengan nada yang mencoba menutupi kegelisahannya.
Amelia, tanpa ragu, melanjutkan dengan memberikan klarifikasi atas setiap fitnah yang ditempatkan Laura. Dia menjelaskan asal mula setiap bukti palsu tersebut. Amelia mengatakan, "suara rekaman itu salah suara Rina yang kau bayar, foto aku dengan seorang pria adalah foto editan semata, foto dan video yang kau ambil itu adalah foto saya di media sosial," Amelia pun memperlihatkan salah satu foto dan videonya yang Laura ambil, kamu lihat ini baik-baik, "Laura! "Saya bisa saja melaporkan kamu kepihak yang berwajib, karena pencemaran nama baik."
"Kenapa, Laura? "Mengapa kau melakukan ini? Tanya Amelia, mencoba memahami motivasi kejahatan Laura.
Laura, yang sudah merasa terjebak dalam kebenaran yang terungkap, mengakui niat jahatnya. "Aku iri padamu, "Amelia." "Aku tak tahan melihatmu bahagia bersama Elias." "Aku berpikir, jika aku bisa merusak hubunganmu, mungkin aku bisa memiliki Elias seutuhnya."
Amelia merasa campur aduk antara amarah dan belas kasihan, melihat kejujuran yang keluar dari mulut Laura. "Ini tidak bisa diampuni, "Laura." "Kau telah melukai bukan hanya aku dan Elias, tapi juga dirimu sendiri." Kita harus mengakhiri ini! Ucap Amelia dengan suara yang penuh dengan keputusasaan.
Laura, yang tahu bahwa perbuatan jahatnya kini terbuka, merasa was-was. Amelia meninggalkannya dengan rasa sakit yang membebani hatinya.
Amelia kembali dengan hati yang bercampur aduk, sedih, kecewa, dan marah, bercampur jadi satu, bekas luka yang ditinggalkan oleh fitnah Laura begitu menyakitkan baginya.
Hubungan mereka harus melalui masa pemulihan yang panjang, tetapi kini, setidaknya, kejujuran dan cahaya kebenaran telah menggantikan bayangan kebohongan dan fitnah. Dia berharap dengan itu, Elias bisa mempercayainya.
***
Terpukul oleh gelombang kebingungan dan keraguan yang dihasilkan dari fitnah Laura, Elias merasa perlu untuk menjauh sejenak dari semua ini.
Dengan hati yang terbebani dan pikiran yang terusik, ia memutuskan untuk pergi jauh, mencari kejelasan dan keheningan untuk meresapi segala yang terjadi.
Elias tidak memberi tahu Amelia tentang keputusannya untuk pergi.
Sebaliknya, pada suatu pagi yang sunyi, dia meninggalkan surat kecil yang dia selipkan di bawah pintu rumah Amelia, memberi tahu Amelia tentang kebutuhannya untuk merenung dan mencari jawaban. dalam surat tersebut Elias mengatakan, "Aku butuh waktu untuk diri sendiri, "Amelia." "Jangan khawatir, ini bukan perpisahan, aku hanya mencoba mencari kebenaran dan memahami semuanya."
Amelia, menemukan surat itu saat ia keluar dari dan menuju ruang depan, dia bingung melihat ada selembar kertas di bawah pintu masuk rumahnya, perlahan dia mendekati secarik kertas itu, kemudian dia ambil dan mulai membacanya.
Dunia serasa runtuh saat itu juga, dia merasakan kekosongan yang mendalam. Air matanya turun saat ia membaca kata-kata Elias.
Dia merasa ditinggalkan, meskipun surat itu menjelaskan bahwa ini adalah langkah yang diambil Elias untuk dirinya sendiri.
Di sisi lain, tampak laura duduk termenung dengan wajah penuh dengan kegelisahan dan kesedihan, dia duduk di tepi tempat tidurnya, merenung dengan tatapan yang kosong. Perginya Elias membuatnya terpukul.
Laura merenung tentang serangkaian kejadian yang telah dia ciptakan. Ia menyadari bahwa segala sesuatu berawal dari fitnah yang telah ia sebarkan tentang Amelia.
Dia mengambil ponselnya dan mencoba menelepon Elias, tetapi tidak ada jawaban. Rasa sakit menusuk hatinya, tangisnya pecah, Laura merasakan sedih yang mendalam.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments