Bab 4 - Sakit

"Sky, bangun! Sudah waktunya untuk sekolah," teriak seorang pria yang sudah berpenampilan rapi. Seseorang yang di panggil tadi sama sekali tidak terusik dalam tidurnya.

Pria itu sudah jengah dengan kelakuan anaknya dan segera mendekati kasur. "Sky! Nanti kau terlambat," ujarnya dan menepuk pelan pipi anaknya agar segera bangun.

Sky membuka matanya dengan pelan. "Morning, Dad," sapanya kepada ayahnya.

"Morning, Son," jawab sang ayah dan mencium lembut kening anaknya. "Sekarang kau mandi dan bersiap. Daddy akan membuat sarapan terlebih dahulu."

Sky menuruti ucapan ayahnya dan berlari kecil menuju kamar mandi. Ayahnya sudah membiasakannya untuk mandi sendiri, agar dia tidak menjadi anak manja.

Di dapur, seorang pria sedang sibuk membuatkan sarapan serta bekal untuk anaknya. Walaupun apartemen ini jarang ia tempati, tetapi dia selalu mengisi kulkas dengan beberapa makanan siap saji dan juga buah-buahan.

"Makanlah," ujar Sang Ayah saat melihat buah hatinya sudah duduk manis di ruang makan. Mereka menghabiskan sarapannya dengan tenang. Ini juga merupakan ajaran dari ayahnya itu. Tidak boleh berbicara di meja makan.

Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan sepotong roti bakar dan juga segelas susu. Mereka sudah berada di dalam mobil untuk menuju sekolah.

Tidak perlu bertanya dari mana Sky mendapatkan seragam. Di sekolah Sky, tidak di wajibkan memakai seragam. Peralatan sekolah Sky juga sudah berada di mobil ayahnya dari beberapa hari yang lalu.

Sampai sekolah, sepasang ayah dan anak itu turun. Sang Ayah menggenggam tangan putranya menuju guru yang sudah menunggu di depan gerbang.

"Pagi, Sky!" sapa Ayana. Karena setiap anak akan masuk bersama-sama dengan wali kelasnya masing-masing. Jadi tidak usah heran jika Ayana sudah stand by di tempatnya.

"Pagi, Miss Aya!" jawab bocah itu semangat. Ayana tersenyum cerah dan melirik ayah dari anak muridnya itu dan sedikit membungkukkan badannya.

"Jadilah anak yang baik. Daddy akan menjemputmu nanti," ujar Ayah Sky dan mengusak lembut rambut anaknya dan di beri anggukan oleh Sky. Setelahnya dia melangkah pergi untuk menuju kantor tempatnya bekerja.

Ayana melihat semua itu dengan perasaan yang tidak menentu. Dia jadi teringat perlakuan ayahnya dulu yang sama persis seperti adegan di depannya ini.

Sekarang sudah memasuki jam makan siang. Anak-anak di sini di wajibkan untuk membawa bekal. Jadi saat jam istirahat tidak ada satupun anak yang keluar dari kelas.

"Pelit sekali!" ujar seorang anak bertubuh gempal.

"Kau kan sudah memiliki bekalmu sendiri. Bahkan bekalmu lebih banyak dari punyaku!" jawab Sky dengan nada datar. Bukannya Sky pelit, hanya saja anak di depannya ini suka meminta bekal para murid yang lainnya setiap jam makan siang. Sky tidak menyukai perilaku anak itu.

"Memang banyak! Kenapa? Kau iri?" balas anak itu dengan sombong.

"Untuk apa aku iri. Aku sudah cukup dengan bekalku sendiri. Tidak perlu meminta milik orang lain," jawab Sky dan tersenyum remeh.

"Kau!" marah anak itu merasa tidak terima. "Dasar tidak punya Ibu!"

Sky sudah mengepalkan kedua tangannya. Wajahnya memerah karena amarah, dia paling tidak suka jika ada yang menghinanya. Benar-benar turunan ayahnya.

"Kau ingin memukulku! Pukul saja. Aku tidak takut!" tantang anak itu yang mana membuat Sky semakin emosi.

"Ada apa ini?" tanya guru yang mana adalah Ayana.

"Miss! Sky ingin memukulku!" adu anak yang menghina Sky tadi. Ekspresi Sky menjadi datar dan mengendurkan kepalan tangannya.

Ayana menatap Sky. "Benar begitu, Sky?"

"Tidak, Miss! Jerry yang menghina Sky lebih dulu," jawab salah satu murid perempuan yang sedari tadi melihat.

"Jerry. Apa yang kau katakan kepada Sky?" tanya Ayana dengan lembut agar anak muridnya itu jujur.

"Maaf, Miss. Jerry mengatai Sky tidak memiliki ibu," jawab Jerry dan segera menunduk karena takut.

Mendengar jawaban itu, hati Ayana terhenyak. Rasanya seperti pedang tajam menusuk tepat di ulu hatinya. Ayana menetralkan ekspresinya kembali. "Lain kali tidak boleh seperti itu ya. Itu bukan perbuatan yang baik. Sekarang minta maaf," ucap Ayana.

Jerry dengan pasrah mendekati Sky. "Sorry," ucapnya dan menyodorkan tangannya. Sky memandang uluran tangan itu sebelum dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Ya." jawabnya singkat dan segera menarik tangannya.

"Ini pertama dan terakhir kalinya. Jika Miss Aya mendengar ada yang saling menghina maka Miss Aya akan memanggil orang tua kalian, paham?"

"Paham, Miss!" jawab anak di dalam kelas serentak.

"Lanjutkan makan siang kalian. Kelas sebentar lagi di mulai," perintah Ayana dan segera keluar kelas menuju kamar mandi.

Ayana memandang dirinya di depan kaca yang ada di dalam kamar mandi. "Tak berguna," gumamnya pelan dan air mata keluar begitu saja.

...****************...

Ayana sedang memandang langit-langit kamar. Sky yang dia kenal selama 6 bulan ini adalah anak yang cukup pendiam walaupun tergolong anak yang pintar. Pasti anak itu merasakan sakit hati yang begitu dalam hingga emosi seperti itu.

Ponsel Ayana bergetar, menyadarkan dia dari lamunannya. Panggilan telepon dari Sean. Pasti pria itu membutuhkan servisnya karena sekarang sudah jam 10 malam.

"Halo, Tuan." sapa Ayana.

"Baik, Tuan. Saya akan ke sana sekarang." Setelah itu panggilan terputus. Ayana segera bersiap untuk menemui pria itu.

Di dalam apartemen, Zendaya dibuat terkejut dengan perkataan "Tuannya" itu.

"Bantu aku merawat anakku. Ibuku sedang tidak ada di rumah," begitulah yang pria itu ucapkan.

Tanpa di perintah 2 kali Zendaya segera menuju kamar Sean untuk melihat keadaan anak pria itu. Di atas kasur, sosok kecil terbaring lemas dan tampak gelisah, "Mommy," gumamnya beberapa kali dengan mata tertutup. Keringat dingin membasahi dahinya. Melihat itu, Zendaya menjadi tidak tega.

Dia segera melapaskan jaket yang dia kenakan dan segera menuju kamar mandi untuk mengambil peralatan kompres. Dengan telaten, Zendaya mengelap keringat di dahi anak itu dan menempelkan handuk kecil yang sebelumya sudah dia celupkan di air dingin.

Anak itu sedikit tersentak merasakan dingin menjalar di atas dahinya. Sean sedari tadi melihat bagaimana wanita itu merawat anaknya. "Tuan, apakah kau memiliki obat penurun demam untuk anak?"

Sean menggeleng pelan. "Tidak ada. Biasanya Mommy yang merawat Sky saat sakit."

"Bisakah Tuan membelikan obat itu untuk Sky? Jika apotek sudah tutup, Tuan bisa mencarinya di minimarket 24 jam," ujar Zendaya sedikit cemas. Sean kembali mengangguk dan keluar kamar.

Kalian tidak salah. Ini adalah anak yang sama. Dia adalah murid Zendaya. Bukan, lebih tepatnya adalah murid Ayana.

Lalu kenapa Sean tidak menyadari jika wanita yang dia kontrak untuk memuaskan hasratnya adalah guru dari anaknya?

Jawabannya adalah penyamaran. Rambut Ayana yang asli adalah panjang seperti sekarang. Saat mengajar, dia akan mengenakan rambut palsu pendek dan juga mengenakan kacamata, dia juga tidak mengenakan riasan. Dia bahkan selalu memakai pakaian kebesaran dan juga sederhana. Itu semua dia lakukan agar tidak ada yang mengetahui identitasnya yang lain.

Jika dia menjadi Zendaya, dia akan akan berpenampilan yang bertolak belakang dengan penampilannya saat menjadi guru. Rambut berwarna coklat panjang yang di tata sedemikian rupa, serta riasan tipis untuk menyamarkan penampilannya. Jangan lupakan pakaian ketat yang selalu dia kenakan untuk menunjang profesinya. Jadi, ini adalah salah satu rahasia dari wanita itu yang masih tersimpan rapat.

BERSAMBUNG

Jangan sampai keliru antara Ayana sama Zendaya ya☺️

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

apakah nti sky menyadari penyamaran guruny

2024-01-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Permulaan
2 Bab 2 - Pingsan
3 Bab 3 - Pesan singkat
4 Bab 4 - Sakit
5 Bab 5 - Sarapan
6 Bab 6 - Sky
7 Bab 7 - Rasa
8 Bab 8 - Yang Sebenarnya
9 Bab 9 - Pura-pura
10 Bab 10 - Makan Malam
11 Bab 11 - Taktik
12 Bab 12 - Ruang Tamu
13 Bab 13 - Club Malam
14 Bab 14 - Kegilaan Sean
15 Bab 15 - Lupakan
16 Bab 16 - Permintaan
17 Bab 17 - Dejavu
18 Bab 18 - Miss You
19 Bab 19 - Adik Sean
20 Bab 20 - Bajingan
21 Bab 21 - Pagi hari
22 Bab 22 - Amarah Sean
23 Bab 23 - Kerinduan
24 Bab 24 - Kembali
25 Bab 25 - Rumah sakit
26 Bab 26 - Berakhir
27 Bab 27 - ?
28 Bab 28 - Mr. and Mrs. Jerens
29 Bab 29 - Club malam 2
30 Bab 30 - Terjadi lagi
31 Bab 31 - "Anak kita"
32 Bab 32 - Pemeriksaan
33 Bab 33 - Rencana Pernikahan
34 Bab 34 - Sekolah
35 Bab 35 - Curiga
36 Bab 36 - Membutuhkan Ketenangan
37 Bab 37 - Semoga
38 Bab 38 - Siapa?
39 Bab 39 - Kebahagiaan sesaat
40 Bab 40 - A
41 Bab 41 - Anak
42 Bab 42 - 99%
43 Bab 43 - Impas
44 Bab 44 - Kehidupan baru
45 Bab 45 - Pergi
46 Bab 46 - Halang rintang
47 Bab 47 - Pertemuan
48 Bab 48 - A&A
49 Bab 49 - Titik terang
50 Bab 50 - Mungkin?
51 Bab 51 - Meminta izin
52 Bab 52 - Melihat
53 Bab 53 - Foto lama
54 Bab 54 - Poin penting
55 Bab 55 - Dokter Ricky
56 Bab 56 - Berdoa
57 Bab 57 - Tamparan
58 Bab 58 - Flashback
59 Bab 59 - Hipnoterapis
60 Bab 60 - Tugas Sean
61 Bab 61 - Keluarga
62 Bab 62 - Ulang tahun ke-11
63 Bab 63 - Sean Jerensky
64 Bab 64 - Bunga Pernikahan
65 Bab 65 - Parasit
66 Bab 66 - Sedikit demi sedikit
67 Bab 67 - Cafe
68 Bab 68 - Mimpi
69 Bab 69 - Pengganggu
70 Bab 70 - Malam itu
71 Bab 71 - Akhirnya bertemu
72 Bab 72 - Selamat datang Sean Jerensky
73 Bab 73 - Sayang semuanya
74 Bab 74 - Miliknya yang paling berharga
75 Bab 75 - ??
76 Bab 76 - Obsesi tak berdasar
77 Bab 77 - Aera
78 Bab 78 - Masih belum mampu
79 Bab 79 - Lokasi
80 Bab 80 - Akhir dari sumber kesakitan
81 Bab 81 - Selamat menempuh hidup baru
82 Bab 82 - Aku dan Rahasiaku
83 Bab 83 - Kebahagiaan yang sempurna (END)
84 Cerita baru - JINGGA SWASTAMITA
85 Cerita Baru - Bukan Pilihan Gila
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1 - Permulaan
2
Bab 2 - Pingsan
3
Bab 3 - Pesan singkat
4
Bab 4 - Sakit
5
Bab 5 - Sarapan
6
Bab 6 - Sky
7
Bab 7 - Rasa
8
Bab 8 - Yang Sebenarnya
9
Bab 9 - Pura-pura
10
Bab 10 - Makan Malam
11
Bab 11 - Taktik
12
Bab 12 - Ruang Tamu
13
Bab 13 - Club Malam
14
Bab 14 - Kegilaan Sean
15
Bab 15 - Lupakan
16
Bab 16 - Permintaan
17
Bab 17 - Dejavu
18
Bab 18 - Miss You
19
Bab 19 - Adik Sean
20
Bab 20 - Bajingan
21
Bab 21 - Pagi hari
22
Bab 22 - Amarah Sean
23
Bab 23 - Kerinduan
24
Bab 24 - Kembali
25
Bab 25 - Rumah sakit
26
Bab 26 - Berakhir
27
Bab 27 - ?
28
Bab 28 - Mr. and Mrs. Jerens
29
Bab 29 - Club malam 2
30
Bab 30 - Terjadi lagi
31
Bab 31 - "Anak kita"
32
Bab 32 - Pemeriksaan
33
Bab 33 - Rencana Pernikahan
34
Bab 34 - Sekolah
35
Bab 35 - Curiga
36
Bab 36 - Membutuhkan Ketenangan
37
Bab 37 - Semoga
38
Bab 38 - Siapa?
39
Bab 39 - Kebahagiaan sesaat
40
Bab 40 - A
41
Bab 41 - Anak
42
Bab 42 - 99%
43
Bab 43 - Impas
44
Bab 44 - Kehidupan baru
45
Bab 45 - Pergi
46
Bab 46 - Halang rintang
47
Bab 47 - Pertemuan
48
Bab 48 - A&A
49
Bab 49 - Titik terang
50
Bab 50 - Mungkin?
51
Bab 51 - Meminta izin
52
Bab 52 - Melihat
53
Bab 53 - Foto lama
54
Bab 54 - Poin penting
55
Bab 55 - Dokter Ricky
56
Bab 56 - Berdoa
57
Bab 57 - Tamparan
58
Bab 58 - Flashback
59
Bab 59 - Hipnoterapis
60
Bab 60 - Tugas Sean
61
Bab 61 - Keluarga
62
Bab 62 - Ulang tahun ke-11
63
Bab 63 - Sean Jerensky
64
Bab 64 - Bunga Pernikahan
65
Bab 65 - Parasit
66
Bab 66 - Sedikit demi sedikit
67
Bab 67 - Cafe
68
Bab 68 - Mimpi
69
Bab 69 - Pengganggu
70
Bab 70 - Malam itu
71
Bab 71 - Akhirnya bertemu
72
Bab 72 - Selamat datang Sean Jerensky
73
Bab 73 - Sayang semuanya
74
Bab 74 - Miliknya yang paling berharga
75
Bab 75 - ??
76
Bab 76 - Obsesi tak berdasar
77
Bab 77 - Aera
78
Bab 78 - Masih belum mampu
79
Bab 79 - Lokasi
80
Bab 80 - Akhir dari sumber kesakitan
81
Bab 81 - Selamat menempuh hidup baru
82
Bab 82 - Aku dan Rahasiaku
83
Bab 83 - Kebahagiaan yang sempurna (END)
84
Cerita baru - JINGGA SWASTAMITA
85
Cerita Baru - Bukan Pilihan Gila

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!