"Tetap disana!"
Perintah Reyhan itu tidak bisa dibantah. Brian yang sudah bangkit kembali duduk di sebelah Shavana.
"Ini silahkan dipakai cincin pernikahannya."
Penghulu menyodorkan kotak perhiasan berukuran kecil dengan isi sepasang cincin kawin yang baru saja Larissa belikan. Semuanya serba mendadak, beruntungnya Larissa memiliki butik sendiri sehingga untuk gaun pengantin Shavana ia ambil dari butiknya. Tubuh Shavana yang ideal membuat Larissa tidak kesulitan memilihkan baju untuk menantunya.
Dengan terpaksa Brian mengambil cincin itu kemudian memasangkan ke jari manis Shavana begitupun dengan Shavana yang memasangkan cincin pernikahan ke jari manis Brian. Larissa benar-benar pandai mencarikan cincin pernikahan untuk mereka, selain modelnya yang indah cincin itu pas di jari manis Brian dan Shavana.
"Mempelai wanita silakan cium tangan suaminya dan mempelai pria silahkan mencium kening istrinya." Penghulu di sana kembali mengarahkan.
Dengan ragu-ragu Shavana meraih tangan Brian lalu mencium dengan takzim. Sementara Brian meraih wajah Shavana lalu mengecup keningnya.
Untuk pertama kalinya Brian menatap lekat wajah Shavana. Gadis itu terlihat cantik dengan make up tipis meski terkesan seadanya. Ia jadi terpikirkan apa memang sebetulnya Shavana itu cantik.
"Jangan ditatap kayak gitu nanti cinta loh," celetuk Shavana membuat Brian tersadar lalu mendorongnya.
"Ck! Nggak usah kepedean. Lu itu bukan selera gue," ucap Brian ketus.
Shavana mencebikkan bibirnya. Brian ini benar-benar menyebalkan. Dalam hati Shavana berdoa semoga suatu saat nanti pria itu akan menjilat ludahnya sendiri.
"Mempelai pria silahkan ini dibaca."
Penghulu menyodorkan selembar kertas berisi tulisan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang suami.
Dengan tangan kiri memegang mikrofon dan tangan kanan memegang selembar kertas tersebut, Brian membacakan tugas dan tanggung jawab seorang suami pada istrinya.
Poin demi poin ia baca membuatnya cukup mengerti apa yang harus ia lakukan sebagai seorang suami pada istrinya. Namun ada beberapa poin yang bagi Brian berat untuk ia lakukan karena pernikahannya dengan Shavana terjadi karena terpaksa.
*
*
"Gue nggak nyangka kalau lu malah nikah sama keponakan bokap lu," ucap Ken.
Saat ini Ken sedang duduk di salah satu meja tamu bersama Alex setelah menyaksikan Brian menikah. Sementara Brian yang sudah selesai dengan pernikahannya segera menghampiri kedua sahabatnya itu.
"Ini gara-gara lu tadi malam datang bawa minuman," ucap Brian kesal. Ia menyandarkan tubuhnya dikursi namun matanya menatap Ken penuh permusuhan.
"Loh kok salah gue? Gue sama Alex kan datang cuma mau ngerayain lu yang mau married."
"Ya ini gara-gara minuman lu itu gue jadi mabok dan salah masuk kamar."
"Gue semalam udah ngingetin, kalo lu minumnya dikit aja kan nggak bakal mabok, tapi lu sendiri yang terus minta gue nuangin minuman ke gelas lu," ucap Alex ikut menimpali.
"Ya, tapi kalau si Ken nggak bawa minuman gue nggak bakal ikutan minum dan berujung gue mabok terus salah masuk kamar."
"Oke sorry gue salah. Gue nggak tahu kalau bakal jadi kayak gini. Tadi malam juga gue udah nawarin diri buat nganter lu sampe kamar tapi lu yang nggak mau," kata Ken dan terdengar helaan nafas keluar dari mulut Brian.
"BTW, lu salah masuk kamar sampe dinikahin gitu berarti lu udah ngapa-ngapain dia?" tanya Alex penasaran.
"Nggak tahu gue nggak inget." Brian memalingkan wajahnya.
"Ya elah, pakai nanya segala lu Lex. Jelas lah si Brian udah ngapa-ngapain kalo dia nggak ngapa-ngapain pasti nggak bakalan dinikahin kayak gini," sahut Ken.
"Aduuhh!"
Brian yang sudah kesal pada Ken menendang kaki pria itu yang ada dibawah meja.
"Sekali lagi lu ngomong Ken, gue nggak segan-segan ngerobek mulut lu!" ancamnya.
"Widiihh, sadis amat. Kasian tuh kaki si Ken lu tendang Ian," ucap Alex pada Brian namun tidak diheraninya.
Brian masih kesal pada teman laknatnya itu gara-gara Ken ia jadi gagal nikah dengan Vera padahal pernikahan itu sudah ia rencanakan sejak 1 tahun terakhir.
"Lu nikah sama keponakan bokap lu, terus si Vera gimana?" tanya Alex setelah cukup lama mereka terdiam.
"Dia marah sama gue, bahkan nggak mau natap gue lagi. Dia juga nggak mau ngasih gue kesempatan. Argghh! Gue bener-bener pusing."
Brian memukul-mukul kan kepalanya di meja. Beruntungnya hari sudah sore dan tamu undangan sudah banyak yang pulang sehingga tidak banyak yang melihat Brian sefrustasi itu.
"Gue turut prihatin sama lu Ian." Alex menepuk punggung Brian. Persahabatan yang sudah terjalin puluhan tahun membuat mereka bisa merasakan apa yang dirasakan sahabatnya.
"Tapi istri lu nggak kalah cantik sama si_" ucapan Ken terpotong karena Brian lebih dulu bicara.
"Diem lu! Gue robek beneran mulut lu!"
Seketika Ken kembali mengatupkan bibirnya tak lagi berani bicara. Sahabatnya itu kalau sedang mode marah sangat mengerikan.
*
*
"Shava panggil Brian suruh ke sini kita foto bersama dulu," titah Larissa pada Shavana yang sejak tadi duduk diam memperhatikan Brian yang sedang mengobrol dengan kedua temannya.
"Tapi Bukde aku_"
"Nggak apa-apa panggil aja," ucap Larissa memotong ucapan Shavana seolah ia tahu apa yang ada di pikiran gadis itu.
"Iya Bukde," ucap Shavana patuh kemudian menghampiri Brian.
Kedua sahabat Brian lebih dulu melihat Shavana yang sedang berjalan ke arah mereka. Keduanya menatap penuh kekaguman pada istri sahabatnya itu.
Meski Shavana berasal dari kampung namun ia memiliki wajah cantik, kulit putih dan tinggi semampai.
"Hai." Ken melambaikan tangannya pada Shavana yang sudah berada di dekatnya membuat gadis itu tersenyum canggung.
"Kenalin gue Ken." Pria itu mengulurkan tangannya ke hadapan Shavana.
Awalnya Shavana tidak ingin membalas uluran tangan Ken tapi ia merasa tidak enak hati bila tidak membalasnya.
"Shava." Pada akhirnya ia pun membalasnya.
"Kenalin gue Alex." Alex tak mau kalah dengan Ken ia juga mengulurkan tangannya pada Shavana namun belum sempat Shavana membalasnya, Brian lebih dulu bersuara.
"Ganjen!"
Sontak saja Shavana mendelikan mata menatap Brian yang sedang memalingkan wajah. Ia mengurungkan niatnya menjabat tangan Alex.
"Siapa yang Mas Brian katain ganjen?" tanya Shavana.
"Lu lah emang siapa lagi."
"Bisa nggak, Mas Brian kalau ngomong itu mulutnya dijaga sedikit?" tanya Shavana.
"Nggak bisa! Gue kalau sama lu bawaannya pengen maki-maki mulu," sahutnya.
Shavana menarik nafasnya kemudian ia hembuskan. Kalau saja tidak ingat bila Brian anak pakdenya, ia pasti sudah meremas mulut pria dihadapannya itu.
"Mas Brian tadi dipanggil bukde katanya disuruh foto," ucap Shavana setelah rasa kesalnya sedikit mereda.
"Manggilnya tadi kan? Berarti sekarang nggak," sahutnya.
"Sekarang maksudnya, Mas. Ayok." Shavana sudah hendak menggandeng tangan Brian namun pria itu menangkisnya.
"Nggak usah gandeng-gandeng gue nggak mau dipegang cewek kampung kayak lu." Brian bangkit dari duduknya, berjalan lebih dulu meninggalkan Shavana yang misuh-misuh sendiri.
"Buruan siput!"
"Iya iya!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
🌺awan's wife🌺
tak sumpahin kamu cinta mati bucin akut sama sava ya Brian,,,trus sava nya biasa aja ma kamu,,,,
2023-11-04
0
As Lamiah
melasmen to sava
2023-11-04
0