Mogi menunjukkan jam tangan yang sebelumnya pernah dilihat oleh Nagi. "Kamu menggunakan teknik teleportasi ... selain itu, juga menggunakan kotak besar yang terhubung ke komputer dan jam tangan ini. Lihat lah!"
Mogi menunjukkan jam tangannya kepada Nagi, dan menggerakkan jarum-jarumnya. Ia juga menunjukkan kotak teleportasi.
"Kotak ini akan membawa jiwa seseorang kembali ke masa lalu sesuai setting. Waktunya bisa diatur menggunakan jam tangan ini.
"But, this box is very big! So, we will make it smaller (Tapi kotak ini sangat besar! Jadi, kami akan membuatnya lebih kecil)."
"Hm ... kotak sebesar ini, lalu jadi kecil? Jangan bilang, Mas Gi ingin membuatnya seperti chip? tanya Nagi penuh selidik.
Mogi membalasnya dengan senyum sumringahnya. "One hundred for you, love (Seratus untukmu, cinta!) Haha!"
Nagi mengumpat dan bertanya kembali. "Eh tapi, tadi Mas Gi bilang bakal memakai senyawa nano? Tapi ini semua hanya sekedar teleportasi jiwa, ya kan?"
Mogi menganggu. "Ya! Dahulu kamu hanya menggunakan itu semua. Karena gini... ketika kita kembali ke masa lalu, yang berpindah hanyalah jiwa kita. Sedangkan tubuh kita saat ini tergantikan oleh tubuh di waktu yang kita tuju."
Nagi mengerutkan dahi dan menggeleng, membuat kakaknya tepuk dahi.
Mogi menjelaskan, "Aku kembali ke masa kecilku, otomatis aku masih kecil. Berarti kamu baru dilahirkan sama ibu. Waktu itu, aku telah bertemu Wulan. Ah, langsung saja aku mendekati-"
"Tapi ...." Nagi masih sangat penasaran dengan cerita dirinya. "Tapi Mas! Waktu kamu ingat apa yang terjadi di masa depan, kenapa aku lupa?"
Mogi tersenyum dan memegang pundak kanan adiknya. "Karena hanya aku yang kembali. Saat itu, aku berjanji akan terus menasehati mu supaya tak salah langkah seperti diriku yang dulu."
"Ah ... pantas saja kamu memberitahu aku supaya aku harus memilih Mina. Terus Mas, gunanya seny-" ucap Nagi yang terpotong.
"Bentar! Iya! Itu Nag! Aku baru ingat. Waktu aku menemui kamu yang dulu, kamu menggunakan jaket corak army. Aku sempat menanyakannya padamu dari siapa jaket itu?!" Mogi sangat bersemangat.
"Dan jawabanmu : aku merindukannya, aku mencintainya. Kamu meraung dan segera datang rekanmu yang memberikan dirimu suntikan obat penenang," tutur Mogi yang dibalas mata berkaca-kaca milik Nagi.
"Segila itukah aku? Haha! Mana mungkin, Mas! Tenang saja, semua sangat baik dan aman terkendali!" jawabnya dengan optimis.
"Oh ya? Tapi di masa depan, kenapa kamu menjadi tak waras? Haha!" olok Mogi.
Nagi protes, "Mana aku tahu!"
Suasana sempat hening, Mogi membereskan alat dan bahan yang telah ia pakai untuk percobaan. Nagi menolongnya dengan mengembalikan toples-toples ke tempatnya semula.
"Tadi percobaan nano itu, fungsinya untuk apa, Mas?" Nagi menatapnya.
"Untuk menyempurnakan alat buatan mu. Semua di dunia ini kan butuh penyempurnaan. Kayak aku yang disempurnakan oleh kehadiran Wulan. Yuhu!" ujarnya.
"Malah ngelawak! Aku serius, Mas!"
Mogi tertawa lebar mengolok adiknya yang sangat serius. "Maaf, maaf."
"Nantinya teknik ini akan membuat tubuh manusia berubah berukuran nano. Dengan begitu, akan lebih mudah terbawa oleh gelombang teleportasi."
"Jadi, harapan kedepannya adalah alat ini bisa membawa tubuh dan jiwa manusia menjelajahi waktu!" Jempol kanan Mogi terangkat.
"Terus, dulu kenapa ya? Jiwa Mas Gi ngga tiba-tiba nyasar ke tubuh orang lain? Memang alat ini ada GPS nya? Haha!" balas Nagi. Yes! Bingo! batinnya.
"Hm, kamu mengejekku ya?" tanya Mogi.
"Ngga dong ... aku dari tadi serius loh, huh!" balas Nagi.
"Itu sih, spontan ya. Seperti gembok dan kunci. Ah salah ... mungkin karena adanya gen unik yang berada di tubuh masing-masing individu. Jadinya jiwa bisa mendeteksi, yang mana nih tubuhku?" jawab Mogi.
Nagi memilih melangkah mendekati pintu. Dia merasa lega karena pertanyaan-pertanyaan yang selama ini menghantui pikirannya, telah dijawab oleh Mogi.
...***...
Keesokan harinya,
Mogi menawarkan Nagi untuk membantu percobaan yang dilakukannya. Namun Nagi menolaknya.
"Aku ada proyek lain, Mas! Jadinya, aku ngga bisa sering bantuin Mas Gi."
"Oh, ngga harus setiap hari kok! Yang penting kamu mau bantuin aku! Sekalian belajar juga gimana caranya mengoperasikan alat ini," ucapnya.
Nagi hanya membalas dengan anggukan kecil.
Nagi menuju laboratorium lain yang akan menjadi tempatnya berekspresi bersama mesin-mesin dan gambar rancangan bangunan. Ia cukup tenang disini.
Setidaknya aku bebas dari kakakku yang saat ini sungguh tak waras. Mengapa juga harus membuat alat seperti itu?
Ah! Aku tak peduli!
Setelah tujuh tahun berlalu,
Nagi dihajar oleh realita bahwa dirinya harus berpisah dari Mina. Ia mengira Mina akan menunggunya.
Tapi semua logika Nagi salah dalam mengartikan perasaan Mina!
Cerita mereka berdua saat menembus waktu akan segera dimulai. Apakah kamu mau setia menunggu hingga akhir cerita?
Jarak yang terbentang, sungguhlah sedikit. Mungkin, perbedaan rasa dan pikiran yang membuat semua ini menjadi rumit.
Namun, sepertinya waktu akan membantu.
Dengan sedikit memutar waktu, tak bolehkah rasa penyesalan ini segera terganti oleh rasa bangga karena disempurnakan?
Ready?
Go!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Dhina ♑
Teleportasi?? Hebat kali ini bah
Sungguh luar biasa
Apalagi bila bisa buat sesuatu yang positif 👍👍👍
2021-06-04
1
triana 13
like
2021-01-18
1
Daima
masih nyimak
2021-01-04
1