Pukul 14:00 wib kami tiba di rumah, aku bergegas masuk ke dalam kamar tidur untuk melihat dan memastikan boneka tersebut apakah sama dengan yang dimiliki anak-anak yang berada di taman bunga tadi.
"Ya ampun, ini benar-benar boneka yang sama dengan yang dipeluk anak tadi." ucapku sembari terus memegang dan memperhatikan bekas robekan di lengan si boneka.
"Sebenarnya siapa dia? Kenapa boneka ini sama persis dengan milik gadis kecil itu?" ujarku dengan suara setengah berbisik dan merasa heran.
Bingung bercampur lelah, aku merebahkan tubuhku sembari memeluk boneka itu. Aku berfikir kembali, ada apa? Kenapa? Bagaimana? Pertanyaan itu selalu berputar-putar di otakku. Aku sangat mengantuk, aku sangat lelah, dan aku ingin tidur.
"Saaraaah... Saaraaah... Saaraaah.... "
Aku mendengarnya, suara itu... suara yang biasa memanggil namaku. Mataku terasa sangat berat tapi aku berusaha membuka mataku sedikit demi sedikit.
"Saaraaah... Saaraaah.... "
"Apa...? Siapa ...? " sautku.
Aku terus berusaha membuka mataku, lalu saat aku mampu melakukannya, aku melihat anak itu duduk di sudut kamarku, tapi Dia tidak sendiri.
Tiba-tiba dari luar kamarku terdengar suara memanggil-manggil nama yang lain yang tidak aku kenali. "Tania ...." teriak wanita tersebut menyebutkan nama yang asing bagiku.
"Tania... Tania... Tania.... " Tapi tidak ada satupun dari kami yang menyahut panggilan tersebut.
Braaack
itu suara benda keras yang sengaja dipukul ke arah pintu kamarku. "Taniiiaaaa... buka pintunya! Dasar anak nakal, anak tidak tahu diri." Suara itu terdengar kejam, kasar, sadis, dan penuh amarah.
Aku masih tidak bisa bergerak, tapi mataku jelas melihat gadis kecil itu memegang bonekanya dengan erat sembari memeluk gadis kecil yang satunya lagi.
Aku terus menatap mereka berdua dan seakan mendengar Dia berkata kepada gadis yang satunya lagi. "Kamu tetap disini ya dek, jangan keluar! Dengar ... jangan keluar!" ucap Tania kemudian Iya pergi keluar meninggalkan gadis yang satunya lagi.
"Taniaaaaa ...."
Teriakan dari suara sadis itu muncul lagi, lalu Tania berdiri dan berjalan ke arah pintu sambil memeluk bonekanya. Aku tidak dapat memutar kepalaku dan aku tidak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi di dekat pintu kamar tersebut.
Tiba-tiba, aku mendengar suara pukulan yang keras. "Sakit, ampun.... " Kemudian terdengar jeritan gadis kecil itu di depan pintu. Pack pack pack bug bug bug. "Ampun, jangan ...." kata Tania yang menjerit berselang seling dengan suara pukulan yang begitu kuat.
Rintihan dan tangisan jelas terdengar di telingaku. Tak lama kemudian, *b**reeeeak* breeeeek (terdengar seperti suara robekan yang kuat), lalu hening.
Tap, tap, tap, tap, tap, (suara langkah kaki lamban yang terseok-seok). Dia/gadis kecil itu berjalan tertatih-tatih sambil menyeret kaki kirinya.
Aku melihat banyak luka ditubuh mungilnya, mulutnya, hidungnya, dan tangannya penuh dengan lebam (aku menangis melihat pemandangan itu). Itu sangat menyedihkan ... bagaimana mungkin ada orang yang tega menyakiti gadis mungil yang begitu cantik. Ucapku di dalam hati.
Sang adik menangis memeluknya. "Kak Tania, kakak."
Di sudut kamar itu, aku melihat tangan kanan tania memeluk erat adiknya, dan tangan kirinya kuat memegang boneka yang terlihat robek di bagian tangannya.
"Sudaaaaah, jangan menangis lagi, jangan takut, aku akan menjagamu, menjagamu sampai aku mati. Aku janji ...." kata Tania terbata-bata sambil terisak-isak menahan tangisan dan air matanya.
Dari sini, aku melihat sang adik gemetaran, ketakutan, dan menangis sambil mengelap tetesan darah di ujung bibir Tania. Taniapun tampak memeluk sang adik dengan erat dan penuh kehangatan.
Aku terus memandangi mereka, lalu... Tania tersenyum melihat ke arahku. Melihat senyumnya, aku seolah-olah tau bahwa Dia "Tania" adalah seorang kakak yang baik, aku sangat ingin memiliki seorang kakak seperti Tania, gumamku di dalam hati.
Tanpa terasa, air mataku begitu penuh terisi, batinku berbisik, Sebenarnya apa yang tengah aku saksikan ini? Apakah aku sedang bermimpi lagi?
Ibu, ibu, ibu dimana? ucapku di dalam hati. Aku menutup kedua mataku untuk mengusir air mata yang sudah penuh dimataku. Tapi saat aku kembali membuka mataku, aku tidak lagi bisa melihat mereka berdua, aku kembali bingung dalam kesendirian ku.
Tiba-tiba, Emmmuuach... Kecupan yang hangat terasa di keningku. "Sarah, ayo bangun! ini sudah sore. " ucap ibu. "Mana baik anak gadis yang cantik tidur hampir mendekati magrib seperti ini, pamali nak ... ayo bangun! Ayahmu mau pergi mengantarkan berkas proyeknya malam ini, mungkin besok pagi baru kembali. "
"Kenapa harus malam ini Bu? kenapa tidak besok pagi saja?" Ibu memegang dan mengusap kepalaku, "Tadi bos ayahmu menelpon, katanya ini proyek penting nak. "
"Baiklah Bu, kalau begitu aku mandi dan bersiap dulu sebesar. "
"Kalau begitu, Ibu keluar duluan ya Sarah dan cepat! Ayahmu menunggu." ujar Ibu dan aku hanya tersenyum setengah lesu.
Aku sudah rapi dan segera keluar dari kamarku, aku melihat Ayah dan Ibu sudah menungguku. Kemudian Ayah berdiri menuju ke luar rumah. Aku dan Ibu mengantarkan Ayah hingga ke dalam mobil.
"By yah .... " ucapku sambil melambaikan tangan kananku dan Ayah pun menyambutnya.
"Hati-hati di rumah dan jangan tidur terlalu malam." ujar Ayah dan itu adalah pesan Ayah untuk ku.
Setelah Ayah pergi, aku dan Ibu masuk ke dalam rumah. "Ibu .... " ucapku ragu-ragu.
"Iya, ada apa Sarah? " jawab ibu.
Tiba-tiba listrik padam dan aku merasa ketakutan. Jantungku berdetak tidak beraturan, seperti ada sesuatu yang aku khawatirkan. Tapi aku tidak tau apa itu.
"Sarah, kamu tunggu disini ya nak! Ibu ambil lilin dulu. " kata Ibu.
"Tidak bu, aku ikut saja ya." ujarku setengah memelas.
"Ada apa nak? Kamu terlihat gelisah?" tanya Ibu tapi aku tidak menjawab, hanya terdiam sambil menemani Ibuku mengambil lilin.
Ceeesh... (bunyi korek api).
Ibu menghidupkan lilinnya. Disaat yang bersamaan, aku sangat lega, sedikit cahaya lilin cukup membuatku berani menatap dinding rumah ini (ucapku di dalam hati).
"Bu, boleh tidak kalau malam ini aku tidur bersama ibu?" tanyaku malu-malu.
Taaaaaar
Terdengat suara vas bunga terjatuh dari sudut meja ruang tamu. "Sudah, biar saja besok si Mbok yang membersihkannya nak dan Ibu juga setuju kalau malam ini kamu tidur bersama ibu. "
Uh, aku sambil membuang nafas, "Ya Tuhan, syukurlah lah akhirnya aku bisa tidur lelap malam ini, lega sekali rasanya. Kami membawa lilin ke dalam kamar dan tidur bersama. Pasti terasa aman dan nyaman tidur malam ini, gumamku.
Beberapa menit aku berbaring di sebelah Ibu, aku merasa ada yang mengusik ku. Berkali-kali aku merasa selimut ku ditarik cukup kuat hingga akhirnya terjatuh. "Ih ... dingin sekali rasanya kakiku. " gumamku.
Tidak tahan dengan rasa dingin yang menusuk hingga Tulang-tulang kaki, aku segera mencari selimutku, ternyata selimut itu sudah berada di lantai samping ranjang Ibu. Pantas saja aku kedinginan, selimutnya kabur, ucapku tanpa suara.
Aku duduk dan merunduk untuk mengambil selimutku, dan aku menggunakannya kembali untuk menutupi kaki hingga ke tubuhku.
Tak lama, selimutku jatuh krmbali. Dengan mata tertutup, aku mulai meraba, mencari dan menariknya kembali. Namun pada saat tanganku menyentuh selimut dan ingin menariknya, aku merasa tanganku ditahan dan dipegang erat oleh sesuatu.
Kaget, aku membuka mataku dan melihat tangan ku, tapi tidak ada apapun. Aku ingin kembali tidur, namun pada saat aku ingin merebahkan tubuhu aku melihat gadis misterius duduk di di bawah lantai dekat kaki Ibuku.
Tubuhku gemetaran, aku ketakutan tapi aku melihat Ibu masih di sampingku jadi aku memutuskan untuk tetap di sini dan menutup mataku dengan selimut tebal dan menempelkan tubuhku di dekat punggung Ibu.
Nafasku tetap tersengal-sengal walaupun aku berusaha untuk menetralkan nya.
Penasaran, aku memberanikan diri untuk membuka selimutku guna mengetahui apakah dia masih di sini atau sudah pergi. Aku membuka mataku lebar-lebar, tapi disaat yang bersamaan aku merasa sangat terkejut karena melihat sekelilingku yang tiba-tiba terang benderang.
"Ini ... ini bukan kamar ibu, gumamku. Kamar ini penuh boneka-boneka cantik, mainan anak perempuan lainnya seperti masak-masakan, ada juga gambar-gambar lucu, dan tembok yang indah dengan motif bulan bintang.
Lagi-lagi, aku melihat Tania dan adiknya sedang bermain dengan riang gembira. mereka menyanyikan lagu "Pelangi-pelangi." Mereka menyanyikannya dengan riang gembira sambil bertepuk tangan.
Kali ini aku tidak melihat Tania berlumuran darah ataupun luka-luka lebam. Tania tampak bersih dan cantik dengan tahi lalat manis mewarnai dagunya, pemandangan itu membuat aku ikut tersenyum bahagia.
Beberapa kali Tania berdiri dan menggerakkan tangan beserta kakinya dengan lincah sambil diiringi tepuk tangan yang cukup meriah dari adiknya.
Selang beberapa menit, tiba-tiba. Braaaak
Tania pun tampak sigap memeluk adiknya. Dari sini aku melihat seseorang masuk ke dalam kamar namun aku tidak dapat melihat wajahnya. Aku hanya dapat melihat bagian punggungnya, dan aku yakin kalau dia seorang wanita.
Seperti sebelumnya, aku kembali mendengarnya berbicara kasar membentak serta memarahi Tania. "Apa yang kamu lakukan? Kamu belum menyelesaikan tugasmu. Pergi sana! Dan kerjakan semuanya atau kamu tau sendiri akibatnya! " ucap wanita tersebut tanpa ampun.
Tapi pada saat yg bersamaan, adik Tania memeluknya penuh ketakutan seakan-akan dia tidak ingin ditinggalkan. Melihat Tania yang bergerak lambat, wanita itu langsung menjambak dan menarik rambut Tania. Tania pun menjerit kesakitan sambil meninggalkan sang adik sendirian di kamar.
Selain Tania, aku juga melihat adik tania, berjalan perlahan menuju sudut kamar dan dia duduk di sana sambil memeluk boneka Tania dan menangis.
Seakan larut dalam suasana, aku bergegas turun dari ranjang dan berlari mengejar Tania yang diseret hingga dapur. "Lepaskaaaaaaan, lepaskan Tania!!" jeritku. Namun upayaku tersebut sepertinya sia-sia, wanita itu tidak melepaskan Tania bahkan mungkin Dia tidak mendengarkan aku.
Aku terus mengikutinya, "Siapa kamu? Kenapa kamu begitu kejam?" Belum selesai pertanyaanku. Kemudian dari arah belakang, aku merasa ada yang memegang pundak ku dengan lembut.
Aku membalikkan tubuhku. "Ibu ...." ucapku sambil menangis tapi Ibu tidak bereaksi. Aku menatap wajah Ibu cukup lama. Tiba-tiba Ibu mengangga dengan mata yang melotot lalu berteriak ke arahku, "Anak nakaaaaal ...." ucap Ibu berteriak dan Ibu terlihat sangat berbeda.
Secara misterius semua lampu mati, keadaan menjadi gelap, tidak ada sedikitpun cahaya. Aku menjadi sangat bingung, sangat takuuut.
Dari cahaya remang-remang di deretan dapur, aku melihat seorang gadis, sepertinya aku mengenal Dia. Dia gadis yang malam itu aku lihat bermain di halaman rumah.
Jantungku semakin kencang terpacu, ada rasa sesak yang hebat. Mulutku mulai bergetar, tanganku tidak bisa merasakan apapun, hanya dingin, itu yang aku rasakan.
Braack
Tubuhku yang sudah lemah terjatuh, ada yang menarik kaki ku dengan cepat. Aku tidak bisa mengontrol tubuhku lagi.
Taaack
Rasanya ... kepala ku terantuk membentur kursi kayu hingga terluka, aku memegang kepalaku dengan kaki yang masih diseret oleh sesuatu yang tidak aku ketahui. "Sakit ...." gumamku.
Tak lama, aku bisa merasakan tangan itu melepaskan kakiku. Dengan rasa takut yang luar biasa aku berlari ke kamar Ibu, tapi gadis itu tepat di hadapanku. Bingung, aku kembali berlari masuk ke kamarku sendiri seraya menyandarkan tubuhku di balik pintu.
Srek srek srek srek arek srek srek
Gagang pintu kamar bergerak dengan cepat hingga membuat aku mundur dan membentur tembok kamar karena menjauhi pintu kamarku.
Aku begitu ketakutan, hanya Ibu yang ada di dalam pikiranku. Beberapa menit aku terdiam mengumpulkan tenagaku untuk berlari ke kamar Ibu, tapi aku sudah tidak kuat lagi, kaki ku melemah.
Gelap, hanya ada sedikit cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarku, semua ini membuat aku semakin ketakutan.
15 menit berlalu, tenagaku mulai sedikit terisi, saat aku siap, aku segera mendekati pintu kamar ku untuk keluar menuju kamar Ibi. Tapi pada saat aku memegang gagang pintu kamar ku, tanganku dipegang erat oleh tangan dingin gadis misterius tersebut.
Wajahnya tepat di hadapanku, dia menatap tajam ke arahku, dia berteriak mengatakan sesuatu "..............." yang aku tidak tahu arti dan maksudnya.
Dari matanya terlihat darah yang menetes, aku semakin ketakutan, aku semakin tidak karuan, aku tidak tau lagi ... aku tidak tau (pingsan).
Bersambung ...
Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Siapa wanita kejam itu? Apa hubungannya semua ini denganku?
Ingin tahu jawabannya, teruslah membaca episode selanjutnya ya, kalian akan mengetahuinya.
Jangan lupa tinggalkan komentar, klik like , dan favorit ya teman-teman
By👋👋👋👋👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 233 Episodes
Comments
Diankeren
ibunya Sarah x y 😁 asbak ( asal nebak )
2022-10-12
0
Maulida Q.M
yg bikin serem bukan ceritanya tapi gambar nya itu lhooo😭
2022-06-29
1
사람
jangan2 sebenarnya Tania adalah mendiang kk nya Sarah, tp karena trauma masa kecilnya jd Sarah nggk inget apa2 tentang yg terjadi saat masa kecilnya
dan wanita yg suka nyiksa itu adl ibu nya sarah
2022-03-22
1