Pertanyaan yang di ajukan Kevin justru terdengar sangat jelas berada tepat di belakang Nayla, membuat ia berbalik dan terkejut melihat Kevin bersama yang lain telah berada didepannya sekarang.
"K-K-Kenapa kalian kemari?" tanya Nayla terbata akibat rasa terkejutnya.
Bukan karena kehadiran mereka di depannya yang membuat dirinya terkejut, melainkan bagaimana cara mereka berada di sana saat ini. Mereka muncul tanpa menutupi wajah mereka sedikitpun, tidak seperti biasanya dimana mereka mengenakan masker dan topi untuk menutupi identitas mereka.
Belum lagi mereka yang datang dengan bersama-sama, hal itu menarik perhatian orang sekitar dengan lebih cepat.
"Kenapa ponselmu mati?" tanya Kevin mengabaikan keterkejutan Nayla.
"Haahhh,,," desah Nayla, lalu menunjukan ponselnya.
"Tidak sengaja terjatuh," jawab Nayla.
"Lebih tepatnya di tabrak seseorang hingga membuat ponsel di tangannya terjatuh," sela Val menjelaskan.
Perhatian Kevin teralihkan selama beberapa saat, menyipitkan matanya saat menatap Val.
"Dan siapa anda?" tanya Kevin curiga.
"Maaf, saya tidak bermaksud menyela_,,,"
"Yang saya tanyakan adalah siapa anda?" potong Kevin memberikan tatapan mengintimidasi.
Val gagal menyelesaikan kalimatnya saat Kevin memotong perkataannya dengan memberikan tatapan tajam padanya, menciptakan suasana canggung dan keheningan singkat sebelum Nayla angkat bicara.
"Dia temanku," ucap Nayla berhasil membuat Kevin menoleh kearahnya.
Nayla memposisikan dirinya diantara Val dan Kevin yang terlihat siap untuk berkelahi.
"Apakah begitu caramu mengucapkan terima kasih pada orang yang telah menolongku?" lanjut Nayla.
"Menolongmu?" ulang Kevin mengerutkan keningnya.
"Ada seseorang yang menabrakku, dan dia menahanku agar tidak terjatuh," papar Nayla.
"Menurutmu, apa yang akan terjadi jika aku benar-benar terjatuh?" tanya Nayla menaikan alisnya.
Mereka serentak melebarkan mata mereka, lalu mengarahkan tatapan mereka pada Val dengan tatapan berbeda.
"Maaf atas sikapku sebelumnya, dan terima kasih telah membantunya," ucap Kevin merubah intonasi suaranya menjadi lebih lembut.
"Tidak,,, Tidak,,," Val mengibaskan kedua tangannya.
"Saya bisa mengerti dengan sikap anda, anda hanya khawatir. Dan lagi, saya hanya secara kebetulan saja melakukannya," jawab Val merasa tak enak.
'Kenapa dia secepat ini berubah sikap hanya karena Nayla mengatakan hampir terjatuh? Posesif atau protektif?, batin Val.
"Bantuanmu sangat berarti," sela Rory menghampiri Val
"Dan saya sangat berterima kasih karenanya," imbuhnya.
Rory mengulurkan tangannya yang di sambut dengan gugup.
"Boleh saya tau nama anda?" tanya Rory.
" Tolong jangan menggunakan bahasa formal kepada saya, itu membuat saya merasa tidak enak," sambut Val.
"Nama saya, Val," jawabnya tersenyum canggung.
"Kalau begitu, kamu juga tidak perlu mengunakan bahasa formal padaku," sambut Rory tersenyum hangat.
"Eh,,, Tapi_,,,"
"Kamu teman Nayla, itu artinya kamu juga temanku_ah maksudku teman kami," ucapnya.
"Tapi, bagaimana jika itu akan mempengaruhi anda dengan penggemar anda?" sambut Val ragu.
"Tak perlu mengkhawatirkan hal itu," jawab Rory ramah.
"Ah,, bagaimana jika kamu bergabung saja bersama kami untuk kudapan atau secangkir kopi mungkin?" tawar Rory.
"Tidak, terima kasih. Kebetulan saya masih ada urusan lain," jawab Val.
"Hei,, apa yang aku katakan tentang berbicara santai?" sambut Rory tertawa ringan.
"Itu,,, maaf, hanya perlu waktu untuk terbiasa," jawab Val sembari mengosok tengkuknya.
"Kamu yakin urusan yang kamu sebutkan bukan dalih?" sela Nayla.
"Kenapa kamu peka sekali?" keluh Val meletakkan satu telapak tangan diwajahnya.
"Hanya saja, aku sungguh tidak bisa menerima tawarannya, untuk alasannya, kamu bisa melihat sekelilingmu sekarang," ucap Val memelankan suaranya.
Nayla melihat sekeliling dan menyadari banyak orang telah berkerumun mengitari tempat mereka berdiri. Hal itu membuat Nayla merasa sia-sia saja memakai topinya saat ini.
Tangan Nayla terulur meraih kerah baju Rory, lalu menariknya.
"Ehh,,," Rory sedikit terkejut saat Nayla tiba-tiba menarik kerah bajunya.
"Kenapa tidak memakai topimu? Kamu sengaja ingin menarik perhatian?" keluh Nayla.
"Bagaimana aku bisa memikirkan itu?" balas Rory.
"Panggilan terputus begitu saja, dan kamu tidak bisa di hubungi disaat tidak ada Sean disisimu," jelasnya.
"Tapi aku sudah menjelaskan alasanya," sanggah Nayla.
"Kami khawatir. Itu saja," sela Kevin.
"Haiihh,,, sudahlah, lebih baik kita pergi saja dari sini," desah Nayla.
"Kamu yakin tidak mau bergabung, Val?" tanya Nayla.
"Mungkin di lain waktu aku akan menerimanya," jawab Val.
"Kalau begitu, sampai bertemu lagi," ucap Nayla.
Rory mengulurkan tangannya diikuti oleh Kevin dan yang lain secara bergantian. Val menyambut hangat uluran tangan mereka sebelum mereka berpamitan untuk pergi, membuat semua orang melihat Val dengan pandangan iri, namun tidak bisa mengatakannya.
Nayla melambai ringan untuk perpisahan sebelum berbalik dan berjalan dengan Rory di sampingnya yang melingkarkan tangan dibahu Nayla.
Beberapa orang yang melihat Nayla tanpa mengetahui siapa dia karena tertutup topi hanya bisa menatap iri. Beberapa orang merasa aneh karena mereka mengetahui dengan jelas bahwa idola mereka telah menikah, namun merangkul wanita lain
Dalam perjalanan mereka, samar-samar Nayla mendengar suara musik yang tidak asing baginya. Suara tabuhan ringan dari alat musik sederhana yang di padukan dengan gitar dan marakas. Suara musik yang membuatnya menghentikan langkah untuk mencari sumber suara.
"Ada apa?" tanya Rory.
"Aku mendengar_,,,,"
Nayla tidak meneruskan kalimatnya, namun kepalanya bergerak untuk mencari dari mana asalnya suara yang ia dengar.
"Mendengar apa?" tanya Martin.
"Ayo kesana," ucap Nayla.
Tanpa peringatan apapun, Nayla berjalan cepat sembari menarik tangan Rory, meninggalkan pertanyaan tanpa jawaban di belakangnya.
"Ma Chérie,,, tunggu sebentar_,,," ujar Rory sedikit terhuyung.
"Aku ingin melihatnya, aku menyukai musiknya," potong Nayla.
"Musik apa? Aku tidak mendengar apapun," jawab Rory berhasil menegakkan badannya meski tetap di tarik Nayla .
"Musiknya terdengar jelas, bagaimana bisa kamu tidak mendengar?" jawab Nayla balas bertanya tanpa menoleh.
Rory menghela nafas panjang, memandangi punggung Nayla yang masih menarik tangannya tanpa perlawanan dari dirinya.
Melihat Nayla berjalan sembari menarik Rory kearah yang tidak seharusnya mereka tuju, mereka hanya bisa mengikuti dari belakang. Seolah tidak memperdulikan banyak orang telah memotret mereka. Hingga mereka mulai mendengar sesuatu yang terasa asing bagi mereka. Suara musik yangi diiringi dengan tabuhan musik tradisional dan petikan gitar.
Suara lagu juga mengalun dengan ringan, mengingatkan mereka tentang lagu siapa itu. Lagu yang memiliki gerakan tari yang sedikit cepat namun sangat pas jika di gunakan untuk bersenang-senang.
Lagu yang mereka semua kenali meski dengan suara alat musik berbeda, namun justru terdengar unik. Dan di sanalah Nayla menghentikan langkahnya.
'Apa dia bercanda? Dia bisa mendengar suara ini dari jarak sejauh itu?' batin Martin takjub.
'Aku bersumpah tak mendengar apapun saat Nayla mengatakan mendengar sesuatu, tapi dia bisa mendengarnya?' batin Thomas melebarkan matanya tak percaya.
'Aku pikir sudah melihat semua versi dari yang di miliki, tapi dia masih bisa membuatku terkejut,' batin Ethan.
'Dia benar-benar sesuatu yang lain,' batin Nathan.
"Apa ini yang kamu dengar tadi?" tanya Kevin memecah keheningan.
"Iya. Bukankah musiknya unik? Aku menyukainya," jawab Nayla tersenyum lebar.
"Yang sedang coba KAMI tanyakan adalah,,, bagaimana kamu bisa mendengarnya? Apa kamu tidak sadar seberapa jauh tempat ini dari tempat kita berdiri tadi?" tanya Rory.
Nayla berbalik menghadap suaminya, menatapnya bingung. Lalu beralih pada teman-temannya yang lain tengah memberikan tatapan mata yang sama.
'Tak bisa percaya dengan apa yang mereka lihat'
"Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanya Nayla bingung sembari memiringkan kepalanya.
Suara alat musik kembali terdengar setelah jeda sesaat mereka berhenti bermain. Nayla mengarahkan pandangannya pada sekelompok remaja yang tengah memainkan alat musik.
Satu di antara mereka yang memainkan marakas terlihat baru berusia sekitar lima tahun, sedangkan yang lain berusia sekitar sepuluh atau dua belas tahun.
Mereka bermain dengan wajah lelah, namun kotak yang berada di depan mereka masih terlihat kosong. Nayla mengedarkan pandanganya, dan melihat orang-orang lebih tertarik melihat Rory dan tim nya dibandingkan menikmati musik yang para remaja itu mainkan.
"Ingin membantu mereka?" tanya Rory.
"Humm,,, tapi bukan dengan cara memasukan uang ke kotak mereka," jawab Nayla.
"Ingin aku yang memasukkan uangnya? Setidaknya mereka tidak menilaimu buruk jika aku yang melakukannya," tawar Martin.
"Tidak," jawab Nayla.
"Lalu apa?" tanya Kevin yang juga mendekati Nayla.
Nayla tersenyum penuh arti. Tangannya meraih topi di kepalanya dan melepasnya.
Apa yang dilakukan Nayla sukses menarik perhatian lebih dari sebelumnya. Mereka terlihat ingin maju sekedar ingin berfoto atau meminta tanda tangan, namun tak satupun dari merek bergerak menghampiri Nayla ataupun Rory dan timnya. Mereka seolah tertahan oleh sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh mereka sendiri.
"Itu Nyloes,,," pekik salah satu pengunjung.
"Dibandingkan memberi uang pada mereka, aku lebih ingin menghapus kesedihan mereka," ucap Nayla.
Rory dan yang lain mengerutkan kening mereka tak mengerti dengan apa yang maksudkan Nayla, namun melihat Nayla menghampiri remaja itu setelah memberi isayrat mengunakan jarinya agar mereka tetap disana.
Mereka hanya bisa mengawasi Nayla dari tempat mereka berdiri, tidak bisa menangkap maksud dari perkataan Nayla tentang menghapus kesedihan disaat mereka melihat para remaja itu tersenyum.
Para remaja itu masih memainkan musik dengan alat yang mereka miliki, hingga tanpa mereka duga, Nayla turut menyanyi dalam lagu itu bersama remaja yang berada disana.
.....
.
To be Continued..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Syhr Syhr
seru sepertinya
2024-02-10
1
💞Amie🍂🍃
Aku mau juga dong kopinya 🤭
2023-12-25
2
Lenkzher Thea
Cakepp..
2023-12-19
0