Setelah Jeje membaca pesanan yang ada di aplikasinya, dia langsung berangkat ke restoran tersebut.
“Permisi, YellowJek atas nama Ifah. Sesuai catatan, sayur sopnya gak pakai seledri.” Sahutnya.
“Baik, ditunggu dulu, Mbak. Masih diproses makanannya.” Kata kasirnya sambil memberikan struk.
Notifikasi chat
“Mbak, masih lama, ya? Saya udah laper banget ini.” “Ditunggu ya, masih proses kata restonya.”
Di sisi lain Jeje …
“Anjrrr! Gua baru nyampe restoran udah dibilang masih lama. Emang lo doang yang laper.” Gumamnya yang kesal membaca chat tersebut.
Beberapa menit berlalu …
“Mbak, masih lama, ya? Pelanggan saya udah nyariin, nih.” Kata Jeje memanggil karyawan resto tersebut.
“Bentar lagi, Mbak. Masih diproses.”
Yap, bentar lagi. Kata ter-hoak yang diucapkan pihak resto kepada pengemudi yang menyuruh nunggu lebih lama. Padahal sebenarnya sangat lama.
40 menit berlalu …
“Anjrr, ini resto apaan buat sayur sop doang gak selesai-selesai padahal juga gak antri.” Gumamnya kesal.
“Woy Mbak, pesanan saya kok belum jadi?” Dengan nada kesal.
“Belum Mbak, habis ini jadi.” Jawabnya dengan santai.
“Apes-apes nungguin sayur sop satu aja hampir sejam, mana nanti nganternya naik ke lantai 17. Arghhhh.”
Jeje yang saat itu terus menggerutu kesal karena waktunya habis buat nunggu restoran yang lemot itu.
“YellowJek atas nama Ifah!” Saut karyawan.
“Hadeh, akhirnya jadi juga.” Sambil menghela nafas.
Setibanya Jeje di titik pengantaran terlihat gedung besar dan tinggi yang membuatnya semakin mengeluh untuk mengantarkan pesanannya.
“Mati dah gua, gede banget anjr. Gimana nyarinya.” Kata Jeje sambil mengeluh.
Kemudian dia parkir dan masuk ke dalam gedung itu.
“Mau kemana Mbak?” Ucap satpam yang sedang berjaga di pintu masuk.
“Ini mau nganter makanan ke ruangannya Bu Ifah.”
“Oh baik Mbak, nanti naik lift yang di sana langsung ke lantai 17 ruangannya di pojok sendiri.” Jawab satpam sambil menjelaskan.
“Baik terima kasih Pak.” Jawabnya lalu pergi.
Di lantai 17
“Ruangan pojok sendiri … Nah pasti ini.” Menunjuk pintu kayu yang bertulisan ‘Ifah manajer’."
Mengetuk pintu.
“Permisi YellowJek atas nama Bu Ifah!”
Lalu Bu Ifah membukakan pintunya, seketika wajah keduanya sama-sama panik.
“Tan-? Atas nama Bu Ifah. Ini pesanannya.” Ucap Jeje yang panik dan langsung membelakanginya
“Jeje? Kamu Jeje kan?” Kata Bu Ifah.
“Maaf Jeje siapa ya? Mungkin Ibu salah orang.” Jawab Jeje yang semakin panik dan langsung meninggalkan tempat saat itu.
“Itu Jeje anaknya Anita bukan sih? Mirip banget. Tapi kalau di aplikasi namanya cuma Adelia bukan Jessica. Tapi gak mungkin juga anak orang kaya nyamar jadi ojol.” Kata Bu Ifah sambil kebingungan.
Sementara itu Jeje yang berada di lift turun.
“Anjrrrrr Bu Ifah tadi ternyata tante gua Hanifah. Gua juga gak tau dia kerja di Surabaya. Kalau ketahuan bakal rame nih sekeluarga.” Ucapnya dengan panik.
Jeje yang saat itu sudah lost kontak dengan keluarganya termasuk kakaknya Dion tidak pernah tahu-menahu tentang keluarganya tersebut.
Sesampainya ia di parkiran motor …
Telepon berdering
"Halo Neng, lagi di mana katanya mau ke BC?” Kata pak Karyo berbicara lewat telpon.
“Iya ini mau ke sana habis nganter makanan.”
“Ya udah Bapak tungguin di BC ya.”
"Siap Pak ini otw.”
Sesampainya di BC …
Base camp, biasanya teman-teman menyebutnya BC. Tempat berkumpulnya para pengemudi komunitas untuk beristirahat sembari menunggu pesanan. BC-ku yang terletak di bawah fly over dekat dengan stasiun. Bermodalkan alas terpal dan secangkir kopi pahit menjadi pelengkap semua itu. Berbeda dengan kehidupanku yang dulu tidak jauh dari kafe dan klub malam.
Kami berkumpul, berbincang, sampai berbagi cerita pilu satu sama lain layaknya keluarga sendiri. Aku benar-benar bahagia dikelilingi oleh mereka semua. Malah aku sudah dianggap anaknya sendiri kata mereka.
Terdapat beberapa pengemudi sedang berkumpul termasuk aku dan anak baru yang dibicarakan Pak Karyo tadi.
“Eh, Neng Adel, udah dateng, udah makan belum?” Kata Pak Karyo menyambut ku.
“Belum, Pak. Ini Adel juga udah laper. Tadi nganterin ke gedung tinggi banget.” Ucap Jeje sambil bergurau.
“Neng Adel tambah ayu, udah dapet berapa, Neng?” Saut Pak Bagus.
“Jangan tanya itu, Pak. Baru pelaris, nih.”
Catatan: Ayu \= cantik dalam bahasa Jawa.
Riuh canda tawa tak terlewatkan saat di BC. Tidak ada pembeda satu sama lain. Yang ada hanyalah kekeluargaan yang hangat.
Di tongkrongan aku paling cantik sendiri. Ya, walaupun ada perempuan lain seperti Ibu Yuli janda anak satu yang terpaksa menghidupi keluarganya dengan menjadi pengemudi ojek daring, tidak jarang beliau narik dengan membawa anaknya yang masih berusia empat tahun.
“Neng, ini anak baru yang Bapak omongin tadi pagi sama kamu.” Kata Pak Karyo memperkenalkannya.
“Salam kenal. Namaku Revan Syahputra.” Ucap pemuda asal Surabaya berusia sepantaran dengan Jeje juga memiliki paras yang ganteng dan lumayan tinggi.
“Gua Adel. Salam kenal.” Jawabku singkat.
Kami kan sudah lama berada di komunitas ini. Sedangkan Revan masih pengemudi baru dan baru bergabung dalam komunitas ini. Bapak mau kamu mengajarinya cara menerima pesanan dan sebagainya. Bapak minta tolong ke kamu, ya?
Jeje yang tidak bisa menolak permintaan Pak Karyo terpaksa langsung mengiyakan permohonan tersebut.
“Ya udah, Pak.” Jawabku.
Bersambung …
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
nih cewe ojol apa pawang binatang anying anying mulu euyyy
2023-11-19
1
riaaa
semangat kakk
2023-11-12
1
firmansyah
suara hati ojol fix! wkwkk
2023-11-08
0