" Siapa, kamu? " Tanya Bi Imah. Mendengar, pertanyaan Bi Imah membuat laki-laki itu tersadar klo iya belum memperkenalkan dirinya.
" Owh, maafkan saya karna lancang masuk tanpa memperkenalkan diri,... ucapnya dengan disengaja menggantung ucapannya.
Dengan, tangan yang terulur laki-laki itu pun memperkenalkan namanya, " Perkenalkan, nama saya, Alex Ferguson. " ucapnya sambil tersenyum.
" Bi Imah. " Jawab Bi Imah seadanya.
" Maaf, Aden ada hubungan apa dengan Non Aya? " Tambah Bi Imah bertanya.
" Saya, tunangan Aya yang ditinggalkan nya." ucapnya sambil tersenyum simpul. Jelas, dapat diliat dari wajahnya ada kekecewaan ketika menjelaskan masalah yang berkaitan dengan Aya.
Mendengar, itu Bi Imah kaget bukan kepalang. Ternyata, tunangan yang ditinggalkan oleh Aya adalah orang yang setampan ini. Entah, waktu itu pikiran Aya bermasalah sampai-sampai mensia-sia kan laki-laki setampan Alex ini. Begitu, lah kira-kira pikiran Bi Imah tak habis pikir.
" Jadi,... Anda, tunangan Non Aya? " Tanya Bi Imah memastikan.
" Iya, saya tunangan Aya. Tapi,... mungkin sekarang hanya mantan tunangan. Apalagi,... Sudahlah, Bi. " ucap Alex murung.
Melihat kesedihan diraut wajah Alex pun, Bi Imah menyimpulkan bahwa Alex sungguh terpukul dengan kepergian Aya ketika hampir mendekati hari yang seharusnya bahagia menurut Alex.
Dengan, itu Bi Imah pun memberikan ruang antara Alex dan Aya.
" Baiklah, Aden klo ngitu Bibi keluar dulu, mau ke kantin dekat sini. " ucap Bi Imah menjelaskan tujuannya.
" Oiya, Aden! Tolong, jaga Non Aya selagi Bibi gak ada ya. " Sambung Bi Imah.
" Baik, Bi serahkan saja pada saya. " Jawabnya sambil tersenyum dan Bi Imah pun mengangguk, setelah itu ia pergi dari kamar inap Aya.
Cekleks.
Merasa bahwa Bi Imah sudah pergi pun, Alex berbicara.
" Aya!. " Panggil nya dengan sendu dan tanpa ia sadari air matanya pun berjatuhan.
" Aya, Kenapa! Kenapa, kamu ninggalin aku? Aku, cinta sama kamu Aya. Aku, kurang apa sampai-sampai kamu ninggalin hari bahagia kita dan memilih dengan laki-laki br*ngs*k seperti, DIA? " ucapnya dengan telungkup di samping Aya sambil memegang tangan Aya dengan gemetar. Sudah, bisa dipastikan bahwa kini Alex sedang menangis untuk melepaskan ke kerinduan dan kekecewaan di hatinya terhadap Aya.
" Aya! Bangun, Aya! Aku, rindu sama kamu Aya. Aku, udah berusaha selama setahun ini mencari kamu, Aya. Aku, mohon bangun Aya. Aya? " Sambungnya lagi memanggil Aya berulang kali dengan air mata yang terus berjatuhan.
Sedangkan, didepan kamar inap itu. Ternyata, Bi Imah tidak pergi dari situ melainkan mendengarkan perkataan Alex.
Sungguh, menyayat hati menyaksikan perjuangan Alex untuk bertemu dengan Aya. Bi Imah, tidak bisa membayangkan bagaimana ketika Aya meninggalkan Alex waktu itu. Setelah, marasa bahwa ia terlalu tidak sopan dengan menguping pun, Bi Imah memilih menjauh.
...............
Di tempat lain,
" Br*ngs*k,... berani-beraninya dia bawa perempuan, J*l*ng itu. " Teriak seorang laki-laki. Setelah, itu dengan amarah yang meluap-luap, laki-laki itu pun membanting barang yang ada didekat nya.
Prangkkk...
Suara barang yang dibanting, ketika ia yang sedang emosi itu, tiba-tiba saja telponnya berdering.
Dreettt... dreettt...
" Hallo! " ucapnya dengan emosi yang masih sama dan tanpa melihat siapa yang menelpon.
" Riyan, pulang sekarang? " ucap seseorang diserbang telpon.
Deg.
Jantung Riyan berdetak ketika mendengar suara orang yang menelpon, dan iya cepat-cepat melihat siapa gerangan yang menelpon nya itu.
Dan, sekali lagi jantung Riyan berdetak dengan kencang.
Deg.
Dug.
Deg.
Dapat dilihat dilayar ponsel nya, bahwa yang menelpon nya itu adalah Ayahnya sendiri.
"A.. Ayah. " gumam Riyan gugup ketika mengetahui siapa yang menelpon nya itu.
Karena, tidak mendapatkan sahutan dari Riyan pun membuat sang Ayah marah dan membentak nya.
" RIYAN! " Bentak orang yang ditelpon itu yang tidak lain adalah Ayahnya sendiri.
Ketika mendengar ayahnya membentaknya, Riyan pun segera tersadar dari lamunan sesaat nya dan langsung menjawab dengan gugup.
" A... Ada, apa Yah? " Jawab Riyan dengan gugup dan berkeringat dingin.
" Kamu, tuli atau apa, Hah! Saya, minta sekarang juga kamu pulang. Dasar, anak durhaka. " Bentak sang Ayah dengan amarah yang meluap-luap.
Deg.
Mendengar itu, sebenarnya hati Riyan sakit. Tapi, disini lain ia tahu betul. Kalo, ayahnya sampai marah besar kepada dirinya sudah pasti, ia telah melakukan sesuatu yang seharusnya tidak ia lakukan.
Dengan, cepat Riyan jawab dengan terbata-bata. " Ba,... baik, Ayah. " ucapnya dengan gugup dan badan yang berkeringat dingin.
Mendengar, jawaban dari Riyan pun. Ayahnya, mematikan telpon secara sepihak tanpa menjawab ucapan Riyan.
Tuttt... tutttttt...
" Hahhhh... huuuffftt. Jantung, gue mau copot rasanya. Ayah, keknya marah banget sama gue. Tapi,... emangnya gue buat salah? " gumamnya pada dirinya sendiri.
" Gak, gak ada waktu gue mikirin itu. Yang, penting sekarang gue harus cepat pulang ke rumah. " ucapnya dan langsung pergi meninggalkan Mansion nya itu.
...............
Dirumah sakit,
" Bi, kata dokter tadi kondisi Aya udah mendingan. Dan, kata dokter mungkin malam nanti Aya bakal siuman dari komanya. Jadi, saya ingin izin pamit. " ucap Alex panjang kali lebar menjelaskan.
Mendengar, Alex atau tepatnya matan tunangan Aya itu pun, membuat Bi Imah bingung. Klo, emang Aya mau siuman, kenapa gak nunggu sampai Non Aya siuman. Tapi, malah izin pamit. Kira-kira, itulah yang saat ini sedang dipikirkan Bi Imah.
" Maaf, Aden Alex. Aden, apa gak nunggu sampai Non Aya siuman, baru pulang? " Tanya Bi Imah penasaran.
Mendengar itu, Alex tersenyum dan berkata. " Gak, Bi aku masih ada urusan. Besok, pagi aku harus pulang ke negara asal ku. " Jelas Alex dan melanjutkan ucapnya.
" Oiya, Bi jangan kasih tau Aya kalo aku pernah kesini ya. " Pintanya kepada Bi Imah.
" Loh, memangnya kenapa Den? " Tanya Bi Imah tak mengerti.
" Aku, gak bisa bilang Bi. Tapi, Aya belum pernah sama sekali melihat wajah ku. Jadi, aku gak mau nanti klo dia tau aku jagain dia disini, dia malah merasa bersalah dan berhutang. Semoga, Bibi paham. " Jelasnya sambil tersenyum.
Mendengar itu, akhirnya Bi Imah paham dan mengangguk-angguk dan berkata,
" Baiklah, saya paham Aden. " Jawab Bi Imah dan Alex pun pamit dari situ. Tapi, sebelum itu ia menghampiri Aya.
Tak.
Tak.
" Aya! Aku, pamit ya. Semoga, cepat sembuh kaya dulu lagi. " ucapnya dengan penuh kasih sayang dan pada saat itu, entah seperti mengerti saja Aya. Meskipun, ia koma tapi kelopak matanya berdenyut dan ketika Alex keluar dari ruangan air mata Aya pun keluar.
Bi Imah yang menyaksikan itu, tercengang ketika ia selesai menggantar Alex keluar dari ruangan itu.
" Ya, Allah Non. Non, nanggis? " Tanya Bi Imah kaget.
" Jadi, Non Aya mendengar semua percakapan kami? " Sambungnya lagi, namun tetap saja tidak ada sahutan. Toh, Aya kan lagi koma.
Ketika menyadari itu, Bi Imah jadi bingung sendiri. Ia, mengira kalo Aya sudah siuman, tapi ternyata tidak.
" Ternyata, hanya halusinasi ku saja. " gumam Bi Imah ketika menyadari bahwa ia hanya berhalusinasi.
................
Sedangkan, disisi Riyan ia kini sedang terburu-buru menuju ke suatu tempat.
Didalam mobil,
" Duhh, gue harus cepat-cepat. Bisa, mampus gue kalo kelamaan. " gumamnya dengan perasaan was-was.
Beberapa menit kemudian, kini Riyan sudah sampai di sebuah Mansion yang lebih besar dari pada Mansion miliknya. Yah, dimana lagi kalo bukan dirumah keluarga besar Anderson.
Tak.
tak.
tak.
Kini, Riyan sudah memasuki Mansion itu dan kini ia hampir sampai diruang tamu.
Tepat, ketika Riyan ingin mendekat ketempat Ayahnya. Sebuah, barang dilempar oleh orang tua yang kini sedang menatap Riyan dengan penuh amarah dan tatapan dingin.
Prankkkkk...
' glukk... ' Dengan susah payah Riyan menelan salivinanya dan dengan tanpa aba-aba ia berusaha menghindari dari barang yang dilempar oleh seorang laki-laki tua, yang tidak lain Ayahnya sendiri. Yang bernama Windi Anderson.
" A,... ayah? " Panggil Riyan penuh gugup dan takut.
" Siapa, Ayahmu! Dasar, anak durhaka. Bisanya membuat masalah untuk keluarga. " Teriak Pak tua itu dengan amarah yang sudah berada diubun-ubun.
" Sayang, sudah sayang. Dia, anak kita satu-satunya. " ucap seorang wanita tua yang tidak lain Ibunya Riyan, yang bernama Lisa Anderson.
Dengan tatapan tajam dan penuh amarah, Windi menatap istrinya itu dengan jenggah.
" Apa, maksudnya Lisa? Kamu, tidak tau betapa banyak uang yang hilang gara-gara perbuatan anak kesayangan kamu itu. Hah! " ucap laki-laki itu dengan membentak.
Lisa, tidak berani menjawab. karna, ia tahu betul apa yang diucapkan suaminya itu tidak salah sama sekali. Jdi, dia memilih diam dan menunduk.
Melihat, istrinya tidak menjawab pun, kini Windi kembali menatap kearah Riyan.
' Glukkk... '
" Kamu,...! " tunjuk nya dan melanjutkan perkataannya " Pergi, dari sini. Aku, muak melihat wajahmu." ucap Windi dengan marah.
Deg.
Suara jantung Riyan berdetak dengan kencang, tidak menyangka orang tuanya akan melontarkan perkataan seperti itu. Dengan, suara yang bergetar ia berusaha bertanya kepada ayahnya itu tentang kesalahan apa yang telah ia lakukan.
" A,... ayah! Se,... sebenarnya aku melakukan kesalahan fatal apa, sampai-sampai Ayah marah padaku? " Tanya Riyan dengan gugup.
Mendengar itu, wajah Pak tua itu menjadi gelap dan berkata dengan dingin.
" Apakah, kau tidak tau kesalahan apa yang kau timbulkan untuk keluarga, SAYA? " Tanya Windi dengan geram.
Mendengar perkataan Ayahnya itu, kini badan Riyan menjadi lemas dan berkeringat sampai-sampai udara yang seharusnya dingin itu menjadi panas.
" A,.. aku, tidak tau Ayah! Memangnya, apa kesalahan ku? " Tanyanya dengan takut.
" ANAK, KURANG AJAR KAMU. Kamu, sudah menganiyaya Aya dan sekarang keluarga nya menuntut keluarga kita. " Jelas Pak tua itu dengan amarah yang sudah hampir mencapai batasnya.
" Lalu? " Bukannya merasa bersalah tau apa, Riyan malah bertanya dengan entengnya dengan wajah yang kebingungan.
Tak.
tak.
tak.
' Plakkk... ' Sebuah tamparan mengenai wajah mulus putih Riyan.
" Auuhkkk,... kenapa, ayah tampar aku? " Tanya Riyan tak habis pikir.
" Kamu, kira apa lagi yang bisa aku lakukan. Asal, kamu tau keluarga Aya itu keluarga merupakan keluarga paling disenegani di Amerika dan sekarang kamu telah menyinggung keluarga besar itu. Dasar anak durhaka. Kamu, kira apa lagi yang bisa aku lakukan. HAH! " Geram Pak tua itu.
Deg.
Mendengar itu, Riyan bagaikan tersambar petir disiang bolong. Dia, dari dulu tidak tau identitas Aya akan se mengerikan itu. Dia, dulu hanya tau bahwa Aya hanya anak dari keluarga kaya biasa saja. Oleh, sebab itu Riyan tidak pernah ingin mencari tau.
Dengan kakinya yang tak seimbang, Riyan tampa sadar mundur beberapa langkah kebelakang dan ia terdiam mematung.
Melihat Riyan yang syok pun, membuat Pak tua itu mengusap wajahnya dengan kasar dan berdecih.
' Ciih. '
Setelah itu, ia pergi tanpa sepatah kata pun.
Kini, tinggal Riyan dan Lisa yang berada disitu.
Dengan perlahan, Lisa menghampiri anaknya itu..
" Nak, duduk dulu. " ucap Lisa dan mendudukan Riyan dikursi dengan wajah Riyan yang masih dengan keterkejutan nya.
Melihat itu, sebenarnya Lisa sedih, tapi disatu sisi ia juga kecewa dan berkata,
" Ibu, pinta kamu minta maaf dengan segera pada istri kmu. Jangan, buat ayah kamu marah lagi. " ucap Lisa dan menambah kannya lagi " Jujur, ibu kecewa sama kamu, Nak. " Tambah Lisa dan berlalu pergi dari situ menyusul suaminya.
Sedangkan, Riyan ia pandang ibunya itu sampai lenyap diperbelokkan. Dengan, ekspresi yang berubah-ubah.
Bersambung.
Menurut, kalian tindakan apa yang akan diambil Riyan? penasaran dengan kelanjutannya, jangan lupa ikutin terus ya. Oiya, jangan lupa like, komen, votenya. Dan, satu lagi ini aku banyakin buat chapter ini, karna kemarinn gak Update. Dah👋😄
Salam hangat dari Author✨ ☺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments