Bab 4 Ibu Mertua Kejam

"Masakan sampah seperti apa yang kau masak ini?" Cerca ibu mertua Lusiana sembari dia menatap bergantian antara Lusiana dan hidangan yang terletak di atas meja.

Ibu mertua Lusiana yang bernama Salma Widyawati tersebut tidak segan-segan memperlihatkan wajah tidak sukanya pada Lusiana padahal ia tengah kelaparan.

Lusiana hanya tersenyum melihat wajah jutek ibunya. "Ma, ini ada ayam kecap tahu, sup, tempe dan otak-otak goreng." Lusiana kemudian mengambil mangkuk berisi sambal goreng dan piring yang berisi rebusan sayuran.

Lusiana dengan sabar menata meja makan sehingga terlihat lebih menarik dan itu membuat perut ibu mertuanya berbunyi.

Kruyuk!

Suara bunyi perutnya membuat Ibu mertua Lusiana malu tapi wanita telaten yang habis memasak itu mempersilahkan ibunya untuk duduk di meja makan dan menyantap makan siang.

"Ma, ini makanan yang cepat dan sehat. Kalau ibu hanya makan makanan cepat saji nanti Mama bisa sakit karena kurang gizi," ucap Lusiana dengan maksud memberikan perhatian pada ibu mertuanya.

Sayangnya Ibu mertua menganggap berbeda ucapan Lusiana. "Apa kau mau menyumpahiku cepat mati karena makanan cepat saji hah?"

Meski begitu langkah kaki Ibu mertua Lusiana mendekati meja makan dan duduk di kursi. Dia menatap sinis Lusiana sembari berkata, "Karena aku sudah lapar aku terpaksa makan makanan sampah ini."

"Cepat ambilkan nasi dan lauknya untukku!" Ibu mertua membuat Lusiana melayaninya seperti biasa. Lusiana pun mengambilkan nasi dan berbagai lauk yang memenuhi isi piring ibu mertua.

Setelah itu Lusiana langsung pergi ke kamar Raymond untuk memanggilnya makan siang. Sebelumnya Lusiana sudah berpesan pada Raymond untuk turun jam 12 siang tapi saat itu masih pukul setengah 12 jadi Lusiana memutuskan untuk memanggil Raymond dari pada makanan yang ada di meja makan jadi dingin.

Lusiana mengetuk pintu kamar Raymond hingga bocah menggemaskan itu membuka pintu dan mengintip. "Mama sudah selesai masaknya?" Mata bulatnya yang menggemaskan dan suaranya yang imut membuat hati Lusiana meleleh.

Awalnya Lusiana merasa agak kesal karena pertengkarannya dengan ibu mertua, tapi saat melihat wajah polos putranya rasa kesal itu hilang terganti dengan kebahagiaan.

"Mana ayo kita turun! Aku sudah sangat lapar." Raymond meraih tangan Lusiana dan dengan tangan yang satunya lagi dia memegang perut dan memasang ekspresi memelas.

Merasa gemas Lusiana langsung berjongkok dan mencubit lembut pipi gembul milik Raymond. "Ya ampun, lucu banget sih anak Mama."

Raymond merasa kesal karena ibunya bertingkah seperti itu lagi. "Mama, ayo kita turun!" Ucap Raymond dengan sedikit penekanan pada kata-katanya. Dia memang kurang suka jika diperlakukan seperti tadi.

Dia tidak suka dianggap imut. Dia lebih suka Lusiana menganggap dia cerdas pintar dan bisa memberikan rasa perlindungan untuk mamanya.

Sementara itu Chika tiba di rumah dan mencium aroma yang enak dari dapur. Dia segera menghampiri bau masakan yang enak itu.

"Ehm, baunya dari dapur." Dia terus mengendus bau yang enak itu dan melihat ibunya tengah makan dengan lahap di meja makan.

"Ibu, Kakak ipar masak apa? Wanginya enak." Chika yang melihat tampilan masakan di atas meja langsung saja meletakkan tasnya dan menyendokkan nasi beserta lauk yang cukup banyak.

"Ada ayam, tempe, otak-otak dan sup. Ah iya ada rebusan sayuran juga." Chika meneteskan air liurnya saat melihat lauk yang nampak begitu lezat.

Dia pun makan dengan lahap. Sementara itu Raymond dan Lusiana menuruni anak tangga dan menuju meja makan untuk makan siang bersama ibu mertua.

Saat mereka tiba sebagian besar lauk sudah hampir habis karena ternyata Chika pulang sekolah lebih awal dan makan lebih banyak seperti biasanya.

Entah itu karena lapar atau memang masakan Lusiana begitu lezat.  Lusiana dan Raymond pun mengambil nasi dan lauk yang tersisa untuk mereka makan.

"Ma, aku minta uang lagi ya 100 juta lagi aja!" Celetuk Chika tiba-tiba saat tak ada yang bicara.

Ibu mertua bertanya untuk apa dia minta uang lagi sementara baru beberapa jam yang lalu ibu mertua Lusiana itu mengiriminya uang.

Chika pun berdalih ingin menggunakan uang itu untuk pergi liburan bersama teman-temannya.

Makan siang itu berlanjut dengan obrolan mereka berdua tapi saat itu Lusiana enggan ikut campur, dia sepertinya juga mulai lelah jika harus terus bertengkar mulut dengan ibu mertua dan adik iparnya.

Setelah selesai makan mereka langsung meninggalkan meja makan tanpa mengucapkan kata terima kasih. Lusiana melihat tumpukan piring-piring kotor dan segera mencucinya.

"Ibu, bisakah aku membantu ibu mencuci piring juga?" Tangan kecil Raymond menggapai celemek yang digunakan Lusiana.

Lusiana melihat di samping kirinya, seorang anak kecil sedang menarik celemek yang dia gunakan. Siapa lagi kalau bukan Raymond? Dia sangat bersemangat untuk membantu Lusiana mencuci piring.

Lusiana mengambil tangga mainan anak-anak dan menempatkannya di sebelah kiri. Raymond pun menaiki tangga dan membantu Lusiana mencuci piring.

"Anak ibu rajin sekali, kelak istrimu pasti akan menjadi orang paling bahagia di dunia."

"Tidak mau ibu, aku tidak mau menikah. Aku hanya ingin bersama ibu saja dan menjaga ibu saat aku dewasa kelak," ucap Raymond dengan tegas. Terpancar keyakinan di kedua bola matanya yang membuat Lusiana menanggapi hal itu dengan serius.

"Tidak boleh, Raymond kelak juga harus bahagia. Kebahagian ibu adalah melihat Raymond membangun keluarga yang harmonis dan memiliki anak." Terbersit rasa sedih dalam hati Lusiana saat mengatakan itu. Dia tahu sendiri bahwa dia sedang menjalani pernikahan yang tidak bahagia.

Raymond segera menangkap kesedihan itu. "Ibu tidak perlu khawatir. Saat aku dewasa nanti aku akan membahagiakan ibu dahulu. Setelah itu baru menikah." Raymond tersenyum dan memperlihatkan giginya yang kecil.

Lusiana baru tersenyum melihat anaknya tertawa. Dia baru menyadari saat membicarakan hal aneh tentang masa depan pernikahan anaknya pada bocah kecil berusia 5 tahun.

Tidak bisa dipungkiri kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang dimiliki oleh anaknya sangat luar biasa. Dia merasa bicara pada anak lelaki berusia belasan tahun.

Piring pun selesai dicuci dan Lusiana membawa Raymond kembali ke kamarnya. Nuansa kamar biru laut dengan berbagai mainan anak laki-laki mengisi kamar Raymond.

Lusiana memberikan obat pada Raymond untuk diminum. Raymond dengan mudah menghabiskan obat-obatan walau ada yang terasa pahit.

Setelah itu Lusiana membiarkan Raymond tidur siang. Dia meninggalkan kamar anaknya setelah memastikan bahwa Raymond telah benar-benar tertidur.

Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Dia harus segera berangkat ke kantor untuk bekerja. Lusiana pun segera pergi dengan mobil SUV yang biasa dia gunakan dan menjadi mobil satu-satunya yang dia punya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!