Milka berjalan melewati koridor ia memegang sebotol air mineral dan tiba-tiba sekali seragamnya disiram, kesal? Tentu saja memangnya siapa yang tak kesal jika diusili seperti ini, "Apa sih?" Milka menatap Sella yang malah tertawa bersama dengan Cilla.
"Ups sorry gue sengaja" Tutur Sella dengan suara yang sama sekali tidak meminta maaf.
Milka berdecih, ia menatap tajam kepada Sella dan Cilla, "Sorry? Sayangnya gue bukan cewek pemaaf" Dengan sangat berani dan kelewat kurang ajar pada kakak kelas, Milka menuangkan air mineralnya di seragam Sella dan juga Cilla.
Ia tersenyum puas, ia lalu menatap sinis pada Sella dan juga Cilla yag heboh atas basahnya seragam mereka, "Gue nggak bakal minta maaf" Celetuk Milka sebelum melangkah pergi dari hadapan dua kakak kelas itu dengan seragam basahnya.
"Benar-benar ya tu cewek miskin" Gerutu Cilla sebal.
Milka berhenti melangkah sejenak kala melihat Arsen yang terus menatapnya, sepertinya ia melihat drama barusan, tapi Milka sadar bukan ia yang salah, "Apa? Mau ngehukum gue? Liat sendiri kan sama mata kepala lo sendiri siapa yang mulai" Ucap Milka saat sudah berdiri di hadapan Arsen yang menatapnya lekat.
Tak menanggapi Arsen hanya melangkahkan kakinya berlalu pergi begitu saja tanpa memberi ekspresi sedikit pun.
Milka cukup terkejut dengan tak berkutiknya Arsen pada hari ini kepadanya.
Setidaknya gue selamat hari ini. Tuturnya dalam hati, lalu kembali melangkah pergi. Tak lama kemudian notifikasi terdengar dari ponselnya.
08xxxxxxxxxx : daleman lo kelihatan
Mendapatkan pesan itu membuat Milka buru-buru menutupi tubuh bagian depannya, ia tahu itu pasti nomor Arsen memangnya siapa lagi yang ada di tempat itu selain mereka? "Sialan, jadi ini alasan kenapa dia ngeliat baju gue terus" Gerutu Milka kesal. Ia lalu membalas pesan itu dengan penuh emosi.
Me : mata lo jaga sebelum gue congkel
Root top…
"Ngerokok lo? Berani banget sih"
Milka terkejut saat permen yang tengah ia nikmati dalam mulutnya tiba-tiba saja diambil secara paksa, "Aww" Ia mengaduh kesakitan kala giginya terasa ngilu sebab rampokan permen dari dalam mulutnya, "Sakit gigi gue" Keluh Milka setengah kesal.
"Oh bukan rokok" Arsen, lelaki yang entah mengapa ada di tempat itu secara kebetulan berkata dengan santainya ketika yang ia rebut bukanlah rokok.
Milka merebut kembali permennya dari tangan Arsen. Perempuan dengan sweater di tubuhnya menatap tajam pada Arsen, "Gue masih waras ya buat nggak bikin paru-paru gue berpenyakit" Ketusnya.
"Ya lagian kenapa tangkainya harus putih kayak ngerokok aja?"
"Pernyataan bodoh dari orang bodoh" Gerutu Milka. Tak sanggup ia jika harus berdebat tentang mengapa tangkai permen yang ia santap berwarna putih seperti batang rokok.
"Lo ngatain gue?"
"Kesindir ya?" Milka menggoda, ia lalu menyilangkan tangannya ke depan dada, menatap malas kepada Arsen. "Lagipula lo ngapain di sini?" Tak biasanya Arsen naik ke roof top IPS sedangkan dirinya sendiri adalah jurusan IPA.
"Istirahat kan? Bebas dong gue mau dimana dan ngapain" Jawab Arsen ia kemudian mengambil ponselnya lalu memotret langit yang berhiaskan awan putih.
"Harus banget di sini?" Celetuk Milka setengah tak suka dengan perjumpaannya dengan Arsen.
“Lo sendiri?” Tanya Arsen pada Milka tanpa menatap pada gadis itu ia terus fokus memperhatikan foto yang baru saja ia ambil barusan.
"Ngeringin baju tuh gue" Tutur Milka menatap atasan putihnya yang basah sebab Sella tadi. Ia saat ini mengenakan sweater yang diantar oleh Marsha padanya.
"Oh begitu" Menangguk saja.
Milka menggigit habis permennya lalu membuang sembarang tangkai permen tersebut, tak peduli jika di hadapannya ialah Arsen, "Seharusnya gue yang nanya itu ke lo, lo ngapain di sini bukannya lo tahu roof top bagian IPS ini tempat anak-anak sering bolos. Mau bolos ya lo?" Tuding Milka terhadap Arsen ia menatap curiga pada lelaki itu.
Arsen mengge;leng dengan santai, ia menatap pada Milka yang sepertinya memang dari tadi menatap tajam ke arahnya, "Nggak, karena gue punya otak dan latar belakang pendidikan yang baik jadi gue nggak sebodoh itu buat ngehancurin image gue sendiri"
Milka menaikkan sebelah alisnya, jadi saat ini Arsen menganggap dirinya tak memiliki latar belakang pendidikan yang baik? "Buat apa belajar terus-terusan kalau mulut lo sendiri gak bisa lo kontrol, lo terlalu sering ngasah otak lo sampai lo lupa buat ngasah perasaan lo juga. Buat apa berpendidikan kalau diri nggak bisa nunjukin kasih sedikit aja" Balas Milka.
Ia lalu mengambil atasan putihnya yang lumayan kering lalu melangkah menjauhi Arsen, "Gue balik ke kelas duluan, lo jangan lama-lama deh di sini soalnya nanti kalau yang liat lo di sini image lo bisa rusak"
"Milka" Arsen memanggil Milka tanpa ingin menatap punggung perempuan itu yang sudah lebih dulu menjauhinya.
Milka menghentikan langkahnya tanpa hendak berbalik badan. Menunggu apa yang hendak dikatakan oleh lelaki itu.
"Jangan berlagak seperti lo yang paling benar antar gue dan lo. Gue benci hal itu diucapin dari mulut seorang troublemaker kayak lo"
"Terima kasih kembali sarannya" Tutur Milka lalu melanjutkan langkah kakinya.
Milka terus menuruni anak tangga, di belakang sana juga terdengar seseorang tengah berjalan menyusuri jalan yang sama juga dengannya.
"Darimana Mil?" Suara itu menyambut Milka di anak tangga terakhir. Gadis dengan sweater yang melekat di badannya menoleh ke asal suara, tampak Noa tengah menatapnya dengan tatapan teduh.
"Hah?"
Noa mendekat pada perempuan yang terkadang kala telinganya gak berfungsi, "Darimana?" Mengulangi pertanyaannya dengan nada suara lembut.
"Roof top. Ada urusan bentar tadi"
"Sama Arsen?" Tanya Noa kemudian, kala Arsen muncul tak lama setelah Milka. Arsen hanya menatap datar pada Noa lalu kembali melangkahkan kakinya.
Milka menggeleng. "Gue ke kelas dulu ya. Mau tidur" Tutur Milka lalu pergi begitu saja, sebelum itu ia menyempatkan diri untuk menginjak kaki dari Arsen lalu cepat-cepat kabur sembari tertawa jahil.
"Kalian bermasalah?" Tanya Noa pada Arsen yang kesakitan.
"Gak"
Noa mengangkat bahunya sekilas ia lalu menyusul Arsen yang sudah mulai melangkah kembali, "Hati-hati lho Sen. Kalau lo terlalu benci tapi ketemu mulu ntar jadi suka lho" Tak henti-hentinya godaan dari Noa kepada Arsen terus terdengar di telinga ketos itu.
Arsen menatap pada Noa, ia menggelengkan kepalanya mendengar penuturan itu, "Omong kosong dari mana itu?"
"Gue cuma ngerasa aja"
Arsen dan Noa terus melangkah menuju kelas mereka, sesekali ada sapaan yang ditujukan pada mereka. "Ntar malam ke mana?" Tanya Noa pada Arsen, mereka sudah tak lama santai bersama.
Arsen diam sejenak memikirkan jadwal traineenya, "Gue free sih gak ada jadwal latihan malam ini"
"Club?" Usul Noa.
Arsen tersenyum tipis, "Sure"
"Okey gue tunggu ya jam delapan"
"Aman"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments