Cahaya dari pentilasi jendela kamar membangunkan seorang wanita dari tidur nyenyaknya
Mata cantiknya perlahan terbuka berusaha menyesuaikan cahaya yang mulai menerobos masuk kedalam retina natanya
"Shhh , di mana ini Awww kenapa tubuhku terasa pegal, dan kenapa ini akit seka... "
eliza terdiam setelah mengingat kejadian kemarin malam yang bagaikan kaset rusak yang terus berputar di dalam kepalanya, apa lagi saat ia menunduk melihat bahwa ia hanya memakai selimut untuk menutupi tubuhnya
Matanya terpejam bersamaan dengan anak sungai yang mulai mengalir dari kedua sudut matanya apalagi saat melihat seorang laki laki yang tertidur tenang di sebelah nya
menghela napasnya eliza membuka matanya dan nenatap pintu di depannya dengan tatapan kosong
"Dengar eliza ini bukan saat nya untuk bersedih, tapi bagaiman kalau ada nyawa lain yang tumbuh di sini, tidak jangan pernah memikirkan hal yang tidak mungkin, sekarang pikirkan bagaimana caranya untuk pulang"
Eliza terus bergelut dengan pikiran nya apalagi setelah mengingat kalau semalam ia tidak pulang tanpa memberi tahu sang adik,adik nya itu pasti khawatir dan menunggu nya semalam
apalagi saat melihat baju yang ia pakai semalam sudah tak layak untuk di pakai
Mata eliza menatap tajam wajah ganendra di sebelahnya, "Ini salahmu jadi jangan salahkan aku kalau aku memakai pakaian mu, dan membiarkan mu kedinginan di sini"
Ia kemudian turun tari tempat tidur,memakai kemeja ganendra yang tergeletak di lantai lalu langsung pergi dengan perlahan
Beberapa menit Setelah kepergian Eliza Mata tajam ganendra perlahan terbuka,Matanya mengedar keseluruh ruangan dan langsung menajam melihat pakaian wanita berserakan di lantai apalagi saat melihat ada bercak darah di atas sepray
"Jadi itu bukan mimpi? Tuan itu kenyataan dan itu adalah pertama kalinya unduk dia?"
ganendra memijat pelan pelipis nya berusaha untuk menghalau rasa pusing yang mendera kepalanya, apalagi saat kejadian semalam terus berputar di kepalnya
saat eliza menangis dan terus memohon padanya untuk melepaskannya,saat eliza berteriak kesakitan pun ia bahkan tidak peduli karna pada saat itupun ia berada dalam pengaruh obat
tersadar akan satu hal, tangan ganendra terulur untuk mengambil handphone nya yang tergeletak di lantai
"Hallo tu... "
"Berikan pelajaran pada tuan hendra dan anak nya"
"Dan cari tahu tentang pelayan di kafe yang semalam mengantarkan makanan "
Rayyan terdiam dan setelah dari semalam ia kelimpungan mencari tuannya itu bahkan sampai tidak bisa beristirahat dengan tenang dan sekarang tuannya itu malah memberi perintah yang tak masuk akal, untuk tuan hendra dan anaknya mungkin rayyan mengerti tapi mencari data pelayan kafe?
"baik tuan, tapi di mana anda sekarang? "
"hotel xx, kesini sekarang juga dan bawakan saya pakaian"
Alis rayyan mengkerut berusaha menyambungkan kata kata sang tuan, hukuman? wanita? hotel? dan baju?
matang rayyan melotot
" Apa mungkin, tak mungkin" ia menepuk dan menggelengkan kepalanya berusaha menghalau pemikiran buruk yang terjadi pada tuan nya itu
Sedangkan di rumah nya leon sedang menunggu eliza di depan pintu rumah dengan perasaan was was
"Kemana perginya kak el? kenapa dia tidak memberi kabar "
Raut wajahnya tidak bisa berbohong kalau ia memang menghawatirkan sang kakak
Sibuk dengan pikirannya pintu tiba tiba terbuka menampilkan eliza dengan keadaan yang tidak baik baik saja
"Kak el, kakak dari mana saja? dan ini ...siapa yang melakukan ini pada mu? " Nada khawatir leon langsung menajam seketika setelah melihat penampilan sang kakak dari dekat
apalagi melihat ruam merah yang di sekitar leher sang kakak, ia laki laki walaupun ia tidak suka bergaul tapi ia tahu apa yang terjadi pada sang kakak
"leon"
Air mata yang sejak tadi ia tahan langsung luruh seketika,pertahanan nya goyah,kakinya bertumpu pada lutut menyesuaikan dengan tinggi sang adik yang duduk di kursi roda
"dengarkan kakak, kalau kakak menjual rumah ini dan kita mencari rumah baru atau sebuah kontrakan yang jauh dari sini apa kamu setuju? "
Leon terdiam, jual ya... tapi ini rumah peninggalan sang ayah dan ibunya, tapi ia tak peduli untuk saat ini hanya sang kakak yang penting di kehidupannya
"Leon ikut keputusan kakak, kemanapun kakak pergi leon akan ikut"
"Bahkan kalau kita harus menjual rumah peninggalan ayah dan ibu? "
"Sekarang rumah leon itu kakak, percuma leon tinggal di rumah ini kalau kakak gak sama leon itu sama aja leon tinggal sendirian"
Yah, adiknya memang benar rumah tak selamanya berbentuk bangunan,terkadang seseorang bisa menjadi rumah paling berharga dari sebuah bangunan yang berdiri kokoh
menghapus air mata yang terus mengalir eliza kemudian bangkit dari duduknya
"Baiklah sekarang kita siap siap untuk urusan penjualan rumah kakak akan serahkan pada teman kakak disini, untuk pekerjaan kakak akan mengirimkan surat pengunduran diri "
eliza yakin apa yang ia lakukan serang memang benar, pergi dari sini dan mencari tempat baru yang nyaman
bukan apa ia hanya tidak kalau harus bertemu kembali dengan laki laki yang sudah merenggut salah satu harta yang paling berharga bagi seorang perempuan, walaupun ia tak yakin akan bertemu kembali tapi yang namanya tinggal di kota yang sama pasti kemungkinan kecil akan bertemu
Apalagi eliza tau bahwa laki laki itu bukanlah orang sembarangan,kalau misalkan ia sudah menikah bagaimana? kan susah
Di Kantor pikiran ganendra tidak pernah fokus pada kertas kertas di depannya melainkan pada kejadian semalam,seberapa keras pun ia mencoba untuk melupakan tapi tak bisa,ingatan malam itu seperti sudah melekat di otaknya
"rayy, apa kau sudah melakukan apa yang ku suruh? "
"sudah tuan"
"Hmmm"
seakan tau apa yang di maksud sang tuan, rayyan pun menjelaskan semua yang sudah ia lakukan
"Saya sudah membatalkan kerjasama kita dengan perusahaan hendra corps juga mencabut investasi yang perusahaan ini berikan pada perusahaan tuan hendra, sehingga perusaanhya mengalami kerugian yang tidak sedikit tuan"
Kening Gane mengkerut dalam mendengar penjelasan rayyan, ya dia memang menyuruh sang asisten untuk memberi pelajaran pada dua orang itu tapi yang ia tanyakan dan maksud itu bukan apa yang di jelaskan rayyan melainkan,bagai mana pencarian yang rayyan lakukan terhadap wanita yang berada di kafe
"Bukan itu"
alis rayyan terangkat mendengar perkataan sang atasan
"lalu... "
"Wanita di kafe"
"Hmmm, ya... tuan? "
lagi rayyan bertanya mendengar ucapan Gane takut takut telinganya mengalami gangguan tak kasat mata
"Bagaimana tentang wanita itu, apa kau sudah menemukan nya?"
mata rayyan melotot mendengar ucapan gane
Sial kenapa ia harus melupakan satu perintah dar tuan nya ini
"mohon maaf tuan, pencarian wanita itu masih dalam tahap proses " ucap rayyan berusaha tidak terdengar gugup
"Bismillah bohong dikit gak papa lahh" lanjutnya dalam hati
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments