Dalam keadaan yang penuh kelelahan dan ketegangan, Leo dan Alisha duduk di lantai lift yang sempit, saling berhadapan. Napas mereka masih terengah-engah setelah melalui serangkaian peristiwa berbahaya.
Leo melihat ke arah Alisha dengan kekhawatiran di matanya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Leo dengan suara lembut, mencoba untuk memeriksa keadaan Alisha.
Alisha tertawa kecil, senyuman samar muncul di bibirnya. "Aku baik-baik saja," jawab Alisha sambil meluruskan kedua kakinya, "Bagaimana denganmu, Leo?"
Leo awalnya terkejut oleh respon santai dari Alisha, tetapi kemudian menjawab alisha dengan tersenyum.
Mata mereka saling bertemu dalam pandangan yang penuh makna. Leo menghela napas, merasakan bagaimana kekhawatiran mereka mengendur sejenak dalam kebersamaan ini.
Namun, tidak berselang lama, lift berhenti bergerak dan lampunya mati sepenuhnya. Keadaan menjadi gelap dan sunyi, hingga senyuman mereka berdua lenyap seketika.
Dengan langkah hati-hati, Leo berdiri dan mengeluarkan senter dari saku jaketnya. Cahaya senter perlahan-lahan menerangi ruangan gelap dan mengungkapkan keadaan di luar lift. Benar saja, lift ternyata belum berhenti di lantai semestinya, diluar pintu yang terbuka sedikit itu hanya menampilkan sebuah dinding beton yang usang.
Sebelum Leo menyelidiki lebih jauh keluar lift, dia merasa ujung celananya ditarik oleh Alisha. Leo menoleh ke arah Alisha yang masih terduduk, dan tanpa banyak bicara, Alisha memberikan pistolnya kepada Leo. Wajahnya penuh dengan ketakutan yang terbaca jelas di matanya.
Leo memang jauh lebih unggul dari Alisha dalam hal menembak. Jadi dia tidak merasa aneh jika Alisha memberikan pistolnya.
Leo menerima pistol dari Alisha, merasa sensasi hangat dan lembab di tangannya. Dia merasa tanggung jawab yang lebih besar dan juga rasa kepercayaan yang diberikan oleh Alisha. Leo menggenggam pistol dengan erat, walaupun sedikit getaran masih terasa di tangannya.
Karena merasa pintu lift terlalu sempit, Leo mencoba untuk membukanya sedikit lebih lebar. Dengan jantung yang berdetak kencang, dia memberanikan diri untuk membuka pintu lift dengan paksa.
Suara langkah kaki mulai terdengar dari atap lift membuat jantung Leo berdetak lebih cepat. Dia seketika berhenti memaksakan untuk membuka pintu lift dan memutar kepalanya ke sumber suara itu.
Mendengar suara langkah gaduh yang semakin mendekat dari atas lift, Leo merasakan alarm dalam dirinya. Dia sudah dapat menebak, pasti yang sedang berada diatas mereka adalah makhluk hitam yang mengerikan itu. Dengan cepat, dia mengambil beberapa langkah mundur dari pintu lift dan dengan perlahan mematikan senternya. Matanya tetap fokus pada pintu.
Untung saja lift ini tidak memiliki pintu darurat di atap yang dapat di jebol kapan saja.
Leo memberikan isyarat untuk diam kepada Alisha dengan meletakkan jari telunjuknya didepan bibir, matanya masih tetap fokus pada pintu lift yang mungkin akan segera terbuka. Dia ingin memastikan bahwa mereka tidak mengeluarkan suara yang dapat mengkhawatirkan ancaman yang ada di luar sana.
Alisha mengangguk dengan cepat, memahami pentingnya menjaga ketenangan dalam situasi ini.
Dengan perlahan, Leo menempatkan dirinya di antara Alisha dan pintu lift. Tangannya yang menggenggam pistol terangkat, siap untuk bertindak jika perlu. Dia menatap Alisha dengan tekad yang mantap, berusaha memberikan rasa keamanan.
Alisha dengan cemas memindahkan posisinya mendekati Leo dari belakang. Napas mereka mulai sesak dan keringat dingin mulai membasahi sekujur tubuh. Mereka siap tidak siap harus menghadapi apa pun yang mungkin muncul di depan pintu lift.
Saat mereka berdua berusaha untuk tetap tenang, sesuatu yang mereka harapkan untuk tidak muncul ternyata mulai menampakkan diri dengan perlahan. Tangan-tangan yang kelam mulai merayap dan merobek beberapa bagian lift dengan paksa, seperti halnya merobek sepotong roti, itu sungguh terlihat mudah, menciptakan suara yang menusuk telinga.
Penampakan yang sudah tidak asing lagi bagi mereka. Tangan-tangan itu, hitam dan kusam, tampak tak berbentuk seperti tangan manusia biasa. Kuku panjang yang tajam memanjang dari setiap ujung jarinya.
Alisha mencengkram bagian belakang jaket Leo dengan ketakutan yang semakin mendalam. Tangannya menggenggam kain jaket hitam yang bertuliskan POLISI itu erat-erat. "L-Leo," bisik Alisha dengan suara gemetar, matanya terpaku pada tangan-tangan kelam yang mulai merayap di pintu lift yang sedikit terbuka.
Ketakutan telah menguasai Alisha sepenuhnya, hingga dia tidak sengaja melupakan pangkatnya sebagai perwira polisi. Dia hanya merasakan ketakutan dalam dirinya.
Leo merespons cengkraman Alisha dengan mengangkat pistolnya lebih tinggi ke arah monster yang semakin menampakkan wujudnya. Meskipun dia berusaha untuk tetap tenang, kenyataannya dia tetap merasakan ketegangan dan ketakutan yang tak terelakkan.
Tangan Leo yang memegang pistol terasa gemetar dengan lembut. Dia merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri sambil berdiri di hadapan pintu lift yang mulai melebar dengan perlahan.
Pintu lift hampir sepenuhnya terbuka, mengungkap pemandangan yang mengerikan di depan mereka. Wajah monster itu terlihat jelas dalam cahaya senter yang barusaja dinyalakan oleh Alisha. Monster tersebut memiliki kepala yang menyerupai manusia, hanya saja berwarna hitam legam yang menambahkan kesan kegelapan pada penampilannya. Tetapi, yang paling mencolok adalah ciri-ciri wajahnya yang sangat aneh.
Monster itu memiliki tiga mulut berwarna keunguan yang terletak di wajahnya. Satu mulut terletak seperti halnya manusia, tetapi dua mulut lainnya berada di posisi yang seharusnya menjadi tempat mata berada. Kedua mulut di posisi mata itu terbuka lebar, tampak menciptakan ilusi bahwa mata itu sendiri yang berbicara. Monster itu menyeringai dengan ketiga mulutnya, membuat suatu tatapan penuh dengan ancaman yang menakutkan. Rambut monster itu rontok dan berantakan, memberikan tampilan yang semakin mengerikan. Telinga monster yang panjang dan meruncing menambahkan kesan yang tidak manusiawi pada penampilannya. Semua detil ini menciptakan gambaran yang benar-benar menakutkan, sesuatu yang jauh dari dunia manusia yang mereka kenal. Leo dan Alisha harus menghadapi ancaman yang tak terduga ini, monster dengan tiga mulut yang menyeringai ke arah mereka dengan penuh kebencian sekaligus merendahkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Mirabella
Tulisanmu bagus. Sungguh.
2024-02-29
0
Naa.
keren banget
2023-10-27
1
Fidia K.R ✨
kebayang sama aku gimana didalam lift itu /Bye-Bye//Bye-Bye/
2023-10-15
1