Stevi terus saja tersenyum, hingga di saat Stevi membalikan tubuhnya betapa terkejutnya dia saat melihat Maya sudah berdiri di sana.
"Astagfirullah Maya, sejak kapan kamu berdiri di situ?"
"Aku dari tadi berdiri di sini, kamu yang tidak melihat aku saking fokusnya sama Thomas," sindir Maya.
"Apaan sih kamu, May."
Stevi melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor dan Maya mengikuti Stevi dari belakang.
"Kamu jadian sama Thomas?" tanya Maya.
"Tidak."
"Jangan bohong deh, masa tadi aku lihat kamu ketawa-ketawa gitu. Seumur-umur, aku baru lihat kamu tertawa sampai seperti itu."
"Thomas memang lucu orangnya."
Stevi masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya.
"Apa jadwal aku hari ini?" tanya Stevi.
"Tidak ada, hanya menandatangi beberapa berkas saja," sahut Maya.
"Baguslah, nanti siang aku mau makan siang bareng Thomas jadi kamu makan siang sendiri ya."
"Ya ampun, giliran ada ngajak aja aku di cuekin," seru Maya pura-pura marah.
"Ih kok kamu ngomongnya gitu sih? ya sudah, nanti siang kamu ikut saja sama aku."
Maya tersenyum dan mencubit kedua pipi Stevi. "Aku cuma bercanda Stevi sayang, justru aku senang akhirnya kamu bahagia."
Stevi sudah menganggap Maya seperti saudaranya sendiri, bahkan di saat Stevi menyukai Alex, dia membiarkan Maya yang bahagia dengan Alex walaupun hati Stevi sangat hancur.
***
Waktu makan siang sebentar lagi tiba, Thomas sudah sampai di kantor Stevi. Semua mata karyawan wanita melotot melihat Thomas, siapa yang tidak tahu kepada Alex dan Thomas. Kedua pria dari keluarga Brasco itu sangatlah tampan, cuma bedanya kalau Alex sangat dingin dan mahal senyum berbeda dengan Thomas yang lebih ramah.
Thomas menghampiri resepsionis. "Maaf, ruangannya Stevi di mana?" tanya Thomas.
"Oh, ruangan Bu Stevi ada di lantai empat."
"Terima kasih."
Thomas dengan cepat masuk ke dalam lift menuju ruangan Stevi, sedangkan para karyawan wanita menjerit di dalam hatinya.
"Stev, apa Thomas tidak menghubungimu?" tanya Maya.
Stevi melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Belum, mungkin sebentar lagi."
Tok..tok..tok..
"Apa aku boleh masuk?"
Stevi dan Maya saling pandang satu sama lain. "Itu seperti suara Thomas?" seru Stevi.
Stevi bangkit dari duduknya dan membuka pintu, benar saja ternyata itu adalah Thomas.
"Thomas, kok kamu ke sini gak bilang-bilang dulu sih sama aku?"
"Lah, tadi pagi kan aku sudah bilang mau jemput kamu untuk makan siang," sahut Thomas.
"Maksudnya, aku pikir kamu gak bakalan masuk ke kantor aku. Ya sudah, masuk dulu soalnya aku mau menyelesaikan pekerjaan aku sedikit lagi. Gak apa-apa kan?" seru Stevi merasa tidak enak.
"It's oke, gak masalah."
Thomas masuk ke dalam ruangan kerja Stevi, terlihat Maya sedang membereskan berkas-berkas yang sudah selesai dikerjakan oleh Stevi.
"Thomas, kenalkan ini Maya sahabat sekaligus asisten aku," seru Stevi.
"Halo, aku Maya."
"Thomas."
Maya dan Thomas saling berjabat tangan, Maya sampai terpesona melihat Thomas padahal saat ini dia sedang menjalin hubungan dengan Alex, Kakaknya Thomas.
"Sebentar ya, aku selesaikan dulu pekerjaan aku."
"Oke."
Thomas duduk di sofa dengan ditemani oleh Maya, sesekali mereka berbincang-bincang ringan membuat Stevi ikut menyunggingkan senyumannya.
"Thomas berbeda sekali dengan Kak Alex, Kak Alex sangat dingin dan cuek tapi berbeda dengan Thomas yang sangat asyik kalau diajak ngobrol," batin Maya.
"Thom, apa mau berangkat sekarang? pekerjaanku sudah selesai," seru Stevi.
"Tentu saja."
Thomas bangkit dari duduknya menghampiri Stevi.
"May, aku pergi dulu mungkin akan sedikit telat."
"Iya, tidak apa-apa."
"Oke Maya, kita pergi dulu senang bisa kenal denganmu," seru Thomas.
"Sama-sama."
Thomas mengulurkan tangannya kepada Stevi, tentu saja Stevi membalas uluran tangan Thomas dengan senang hati. Maya memperhatikan keduanya pergi, lagi-lagi rasa iri itu muncul di diri Maya.
"Beruntung sekali Stevi bisa mendapatkan pria hangat dan menyenangkan seperti Thomas," batin Maya.
Maya memang mencintai Alex bahkan Alex selalu memberikan apa pun yang Maya inginkan membuat Maya menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini.
Tapi semenjak Alex memutuskan untuk kuliah di luar negeri dan selama dua tahun ini hanya bisa bicara lewat video call membuat Maya merasa sangat bosan dan butuh perhatian dari sosok pria.
Thomas membawa Stevi ke sebuah restoran yang suasananya sangat nyaman tapi sayang sepi pelanggan karena itu termasuk restoran mewah.
"Sepi sekali," seru Stevi.
"Memangnya kenapa? soalnya aku tidak suka tempat ramai sukanya yang sepi seperti ini biar fokus bicaranya sama kamu."
"Fokus, mau bicara apa memangnya?" tanya Stevi.
"Bicara sama kamulah, kalau aku sedang bicara sama kamu, aku gak mau diganggu."
"Astaga, kamu ini."
Mereka berdua pun memesan makanan, tidak lama kemudian makanan yang mereka pesan datang. Mereka segera melahapnya sembari bercanda satu sama lain dan Stevi mulai nyaman dengan kehadiran Thomas bahkan sedikit demi sedikit mulai melupakan sosok Alex.
"Bagaimana, apa kamu sudah siap untuk memberikan jawaban atas apa pernyataanku tempo hari?"
Stevi terdiam dan menatap Thomas dengan dalam, Stevi sudah yakin dengan jawabannya dan dia pun sudah memikirkannya secara matang-matang.
"Baiklah, aku ingin kita jalani hubungan ini seperti air mengalir sembari kita juga saling mengenal satu sama lain," sahut Stevi.
"Jadi, apa itu artinya kamu menerima cintaku?"
Stevi menganggukkan kepalanya sembari tersenyum, sungguh Thomas sangat bahagia dengan jawaban Stevi. Thomas menggenggam kedua tangan Stevi dan menciumnya secara bergantian membuat Stevi terkekeh dengan kelakuan Thomas.
"Hentikan Thomas, aku malu."
"Biarkan saja, biar semua orang iri sama aku karena bisa mendapatkan wanita sesempurna kamu."
"Jangan lebay deh, aku bukan wanita sempurna, aku juga masih banyak kekurangan."
"Aku tidak peduli yang jelas bagi aku, kamu adalah wanita yang sempurna. Kak Alex pasti akan iri kepadaku, karena aku bisa mendapatkan wanita sedangkan dirinya sama sekali belum laku."
Stevi tersenyum, Thomas tidak tahu kalau pria pertama yang disukainya adalah Kakaknya Alex.
Setelah puas makan siang, Stevi pun meminta Thomas untuk mengantarkannya ke kantor.
"Aku kembali bekerja dulu," seru Stevi saat sampai di depan kantornya.
"Jangan terlalu sibuk bekerja Nyonya Brasco, aku tidak mau melihat kamu sampai sakit," seru Thomas.
"Apaan sih, dari tadi kamu lebay terus. Sudah ah, aku masuk dulu."
Stevi membuka pintu tapi Thomas menahan lengan Stevi. "Kenapa?"
"Ada yang ketinggalan."
"Apa?"
Thomas dengan cepat mencium pipi Stevi membuat Stevi membelalakkan matanya, tapi Thomas malah terkekeh.
"Semangat kerjanya, sayangku," seru Thomas.
"Iya, kamu juga yang semangat kerjanya."
"Pasti dong."
Stevi pun keluar dari dalam mobil Thomas, sebelum masuk kantornya Stevi melambaikan tangan kepada Thomas. Thomas mulai melajukan mobilnya meninggalkan kantor Stevi, Stevi membuka ponselnya dan melihat nomor Alex di sana.
"Sepertinya mulai sekarang aku harus melupakan Kak Alex, karena melupakan itu lebih baik," batin Stevi.
Stevi dengan cepat menghapus kontak Alex, setelah dihapus dia pun mantap melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantornya dengan perasaan yang lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
ko aku takut si maya bakal ngerebut lagi apa yang di sukai stevi
2024-01-28
1
☠☀💦Adnda🌽💫
ko Maya sifatnya begitu ....jadi parno DECH takut bkln JD pelakor🤭
2023-09-29
1
🌸so0bin🌸
gak ada gunanya juga si maya hidup ya 🙄🙄🙄
2023-09-20
1