Gedung perkantoran yang menjulang tinggi menjadi tempat penyanderaan yang mencekam. Naga, anak pewaris Santiago Industries, terikat kuat pada sebuah kursi. Tangannya dan kakinya terikat erat, dan mulutnya dibungkam oleh selembar selotip hitam yang kasar. Matanya memancarkan rasa ketidakpastian dan ketakutan.
Keluarga besar Santiago Industries tengah panik dan khawatir. Mereka mendengar tuntutan tebusan yang diajukan oleh The Silent, sekelompok perampok berbahaya yang tidak pandang bulu. Naga adalah buruan mereka, dan kehidupannya kini bergantung pada nasib.
"Pak Polisi tolong anak saya Pak", kata Ayah dari Naga cemas ketakutan. "Tenang Pak, kami akan usahakan sebaik mungkin", kata seorang Pimpinan Polisi.
Di luar gedung sudah dikepung oleh barisan pasukan polisi, mereka memakai senjata lengkap beserta tameng. Sementara warga sekitar sudah di evakuasi menjauhi lokasi kejadian. Hanya beberapa wartawan nasional yang meliput kejadian itu. Lestari ada disana memastikan sahabatnya Naga baik-baik saja.
"Pemirsa, saat ini saya berada di lokasi penculikan Naga Mahesa Santiago, anak satu-satunya dan pewaris dari Santiago Industries", ucap Lestari di depan kameramen dan dibelakangnya adalah barisan polisi.
Tiba-tiba dengan postur gagahnya Wirapati berlari dan tiba di luar gedung, ia berdiri dengan gagahnya dihadapan pasukan polisi dan wartawan, semua orang menatapnya kagum. "Siapa kau? Tolong jauhi lokasi ini sangat berbahaya!", teriak seorang komandan polisi menggunakan pengeras suara.
Wirapati tidak menghiraukan polisi itu dan berjalan masuk ke dalam gedung, dengan sigap polisi menembakinya dengan ratusan peluru dari berbagai arah. Peluru itu hanya terpental dan tak mampu melukai tubuh Wirapati.
Lalu Wirapati membalikan badan dan mengangkat tangan sedang polisi terus menembakinya, "Hentikan tembakan!", teriak seorang komandan polisi. Semua polisi tercengang dengan apa yang dilihatnya, peluru-peluru itu mendarat di tanah tanpa melukai tubuhnya. "Saya Wirapati, dan saya akan melindungi kota ini", ucap Wirapati dihadapan polisi-polisi itu lalu polisi-polisi itu membiarkannya masuk. Dengan secepat kilat Wirapati berlari menaiki ribuan anak tangga gedung tinggi itu.
Di tengah ketegangan yang melingkupi gedung tersebut, pintu terbuka dengan tiba-tiba. The Silent yang bersenjatakan berjajar di sekeliling Naga segera bersiap-siap, siap untuk menghadapi siapa pun yang datang. Mereka berjumlah 50 orang, mereka tidak tahu siapa yang dihadapinya.
Bima, yang kini mengenakan jubah hitam dengan ornamen emas yang berkilau, melangkah masuk dengan langkah mantap. Postur tubuhnya tampak begitu kokoh, tubuhnya mencerminkan kekuatan yang luar biasa. Namun, Bima dengan bijaksana menyembunyikan identitas aslinya di balik jubah dan postur tubuh Wirapati.
"Lepaskan Naga sekarang juga!" Wirapati berbicara dengan suara yang tenang namun penuh kewibawaan.
Para perampok dihadapannya menjadi waspada, dan pemimpin mereka, seorang pria bertopeng hitam yang dikenal sebagai Shadowblade, berbicara dengan nada merendahkan, "Siapa kau, Ini bukan urusanmu!".
Bima yang sudah berubah menjadi Wirapati, hanya tersenyum tipis. Dia tahu bahwa saat ini tidak waktunya untuk mengungkapkan identitas aslinya. "Aku Wirapati, kalian sudah mengganggu ketenangan kota ini, dan itu berarti menjadi urusanku. Lepaskan Naga, atau kalian akan menerima akibatnya!", teriaknya lantang.
Shadowblade mengangkat pistolnya dan melepaskan tembakan, tapi Wirapati sengaja untuk tidak bergerak. Saat peluru mendekati tubuhnya, Wirapati hanya diam dan peluru itu hanya terpental. Shadowblade tercengang, "Wirapati? Si si siapa kau sebenarnya?!!", Shadowblade mengeluarkan sebuah pedang katana yang sangat tajam. Lalu ia mengayunkan pedang itu dengan gerakan tiba-tiba ke arah Wirapati, dengan kecepatan tinggi Wirapati menghindar. "Menyerahlah! Lepaskan Naga!", teriak Wirapati sembari memberi pukulan balasan ke arah dada Shadowblade yang kemudian terpental ke tembok dan tak bisa bergerak lagi.
Aksi yang luar biasa dimulai, perampok-perampok itu mulai menembaki Wirapati tetapi peluru itu hanya terpental kelantai. Dengan kecepatan kilat dan refleks yang memukau, Wirapati memukul para perampok itu. Dia melancarkan serangan balik yang mematikan, menyerang para perampok dengan pukulan dan tendangan yang begitu cepat sehingga mereka tidak mampu merespon.
Naga, yang masih terikat, menatap penuh kagum pada sosok yang menyelamatkannya. Dia tidak tahu bahwa orang yang sedang melawan The Silent adalah sahabatnya sendiri, Bima, yang menyembunyikan identitas aslinya.
Pertarungan sengit terus berlanjut. Bima, yang menjadi Wirapati, menggunakan kekuatannya dengan bijak, mengalahkan satu demi satu perampok berjatuhan. Tidak ada yang bisa menghentikannya, dan para perampok semakin putus asa.
Tiba-tiba, suara sirine polisi dari kejauhan terdengar semakin mendekat. Para perampok merasa terancam dan panik. Mereka tahu bahwa bantuan sudah datang.
Wirapati menatap tajam para perampok. "Waktu kalian sudah habis. Pilihan ada pada kalian, menyerah atau menghadapi konsekuensinya.", sembari terus melumpuhkan perampok-perampok itu satu per satu.
The Silent menangkap getaran suasana, dan mereka akhirnya merasa tertekan. Mereka melihat ada kekuatan yang jauh lebih besar dari yang mereka kira. Tanpa ragu lagi, mereka memutuskan untuk melarikan diri dan meninggalkan Naga. Tetapi dengan sigap Wirapati menghalanginya untuk keluar dengan pukulan dan tendangan ke arah tubuh mereka.
Tersisa dua puluh lima perampok yang masih berdiri menembaki Wirapati. Sebagian dari mereka terdiam karena kehabisan peluru. Wirapati menarik tubuh salah satu perampok mengangkat dan melemparkannya ke lima orang di hadapannya. Mereka terjatuh tak berdaya.
Lalu Wirapati menunggu sisanya untuk menembakinya dan kehabisan peluru, mereka terlihat sangat ketakutan. Dengan kecepatan penuh Wirapati menghabisi mereka satu per satu hingga tak berdaya.
Dengan gagah, Wirapati membebaskan Naga dari ikatan yang mengikatnya. Naga menatap Wirapati dengan mata yang penuh kebingungan. "Terima kasih, Wirapati," kata Naga.
Wirapati hanya tersenyum, kemudian berbicara dengan nada lembut, "Naga Mahesa Santiago, kau tidak apa-apa?."
Naga mengangguk, masih bingung tentang siapa sebenarnya Wirapati ini. Lalu Wirapati menuntunnya keluar dari gedung, dengan luka pukulan dan lecet ditubuhnya, Naga hanya bisa berjalan perlahan. Lalu setelah mereka keluar dari gedung para polisi menyambut mereka dan segera ambulan membawa Naga untuk memeriksa kondisinya lebih lanjut. Sedangkan polisi-polisi itu bergegas menangkap para perampok-perampok itu. Dan pemimpin mereka Shadowblade berhasil di ringkus oleh polisi.
"Terimakasih, Wirapati", ucap komandan polisi itu menghampirinya sembari menawarkan jabat tangan. Wirapati tersenyum menjabat tangan komandan polisi. Sementara wartawan terus merekam peristiwa itu dan menyiarkannya di televisi-televisi nasional.
Tanpa kata-kata lebih lanjut, Wirapati hanya tersenyum dan melambaikan tangan ke arah semua orang dan pergi begitu saja secepat kilat meninggalkan keramaian itu.
Di kejauhan, Wirapati mengawasi ambulan yang membawa Naga, dan memastikannya sampai dirumah sakit dengan aman. Setelah itu Wirapati kembali ke kamarnya. Bima menggenggam kalungnya dan cahaya itu kembali menyelimutinya. Lalu dengan sekejap postur tubuhnya kembali menjadi normal, meski postur tubuhnya kembali normal, penglihatannya sudah sembuh total. "Kayaknya aku butuh kacamata palsu", ucap Bima dalam hati. Dia tahu bahwa takdir telah memanggilnya untuk menjalankan peran sebagai penerus kekuatan Wiratama, dan dia siap untuk menghadapi apapun di masa mendatang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments