Dini Keguguran.

       Hari demi hari berlalu, usia kehamilan Dini sudah berumur 2 bulan, Dini sedang mengawasi Rahmat bermain di halaman rumah. Rahmat begitu bahagia, dia bermain mobil-mobilan dengan satu temannya bernama Riki. Ibu Riki yang akan pergi, menemui Riki untuk dibawa pulang. ibu Riki dan juga Riki berpamitan dengan Dini, kemudian berlalu pergi. Rahmat sekarang bermain sendirian, dan minta ditemani oleh Dini, Dini pun mengikuti permintaan Rahmat dan menemaninya bermain. Sedangkan Hanif yang masih berada di tempat kerja, begitu sibuk dengan pekerjaannya.

"Sayangku Riki, ayo pulang nak, ibu mau pergi.." ucap ibu Riki mendekati.

"Baik Bu.." sahut Riki mengemasi mainannya, lalu mengandeng tangan ibunya.

"Bu Dini, kami pulang dulu ya, karena ada urusan penting, permisi." ucap ibu Riki mendekati Dini.

"iya, terimakasih atas kunjungannya.." sahut Dini melambaikan tangannya, Ibu Riki dan Riki juga membalas dengan melambaikan tangan mereka.

"Ma.. ayo main denganku." ajak Rahmat yang sedang asik main mobil.

"Iya sayang, Mama datang." sahut Dini mendekati Rahmat.

...*****...

Di saat Dini sedang menjemur pakaian, Rahmat yang baru bangun tidur, mengucek-ucek kedua tangannya untuk mencari Dini. Dini yang mendengar panggilan dari Rahmat, kemudian menghampirinya. Ternyata, Rahmat lapar dan ingin dibuatkan makanan. Dini kemudian pergi ke dapur, untuk membuat telur dadar dan nasi goreng untuk Rahmat. Sedangkan Hanif yang libur kerja, masih enak-enakan tidur di kamar. Dini lalu membangunkan Hanif untuk sarapan bersama. Hanif pun bangun, mencuci muka, lalu berjalan menuju tempat meja makan, kemudian makan bersama.

"Mas, bangun...ayo kita makan bersama." ucap Dini menarik selimut Hanif.

"Iya..." sahut Hanif turun dari tempat tidur, kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Setelah selesai dari kamar mandi. Hanif keluar menuju meja makan.

"Ayo sekarang kita membaca doa sebelum makan." ucap Dini menadahkan kedua tangannya. Lalu di ikuti oleh Rahmat dan juga Hanif.

...*****...

Suatu hari, Hanif ijin pergi main ke rumah temannya, awalnya Dini sedikit ragu, namun karena Hanif memaksa dan berjanji tidak akan main minum-minuman keras, Dini pun mengijinkannya. Saat malam hari tiba, Dini yang sedang menunggu kedatangan Hanif begitu cemas, dan mondar mandir ke sana ke mari, sedangkan Rahmat sudah tidur lebih dulu di kamarnya. Ketika jam sudah menunjukkan pukul Sepuluh Malam, Hanif mengetuk pintu, Dini pun membukakan pintu tersebut. Dari mulut Hanif, Dini mencium bau alkohol. Dini menjadi sedikit kesal, namun karena Hanif butuh bantuan dia, Dini pun memapah Hanif yang berjalan sempoyongan. Ketika Dini hendak membaringkan tubuh Hanif, dengan tidak sengaja, Hanif mendorong tubuh Dini menggunakan kedua kakinya. Hanif lalu tertidur. Tapi Dini yang jatuh ke lantai, merasa sakit di perutnya.

"Mas .. mulutmu, bau alkohol." ucap Dini memapah Hanif yang berjalan sempoyongan, sambil menutup mulutnya dengan satu tangannya.

Saat di tempat tidur. Hanif tanpa sengaja mendorong Dini dengan kakinya.

"Aw...aduh perutku sakit sekali.." ucap Dini memegang perutnya.

Dini, mencoba berdiri sambil menahan rasa sakit di perutnya, dia berjalan menuju kamar Rahmat, dan mencoba untuk tidur di samping Rahmat, namun tidak bisa, karena rasa sakit di perutnya tak kunjung hilang. Dini merintih sampai pagi hari.

"Aduh...." Dini merintih.

"Ma.. Mama kenapa?" tanya Rahmat yang sudah bangun tidur, Rahmat kemudian menghampiri kamar Hanif.

"Pa..buka pintunya.. Mama kesakitan Pa." ucap Rahmat mengetuk pintu kamar Hanif.

"Iya, kenapa Rahmat sayang .." tanya Hanif membuka pintu kamarnya.

"Lihat Mama Pa..Ayo ikut denganku." sahut Rahmat menggandeng tangan Hanif menuju kamarnya.

"Aduh... sakit mas." Dini merintih dan di atas seprei sudah banyak darah.

Hanif yang panik, kemudian membawa Dini ke RS. Sesampainya di RS, Dokter menyimpulkan bahwa anak yang dikandung Dini tidak dapat diselamatkan atau dengan kata lain, Dini keguguran. Hanif pun seperti disambar petir di siang bolong. Hanif benar-benar sangat terpukul, dia tak henti-hentinya menangis. Dini yang masih di dalam kamar pasien, merintih merasakan sakit di perutnya. Kemudian Dokter datang, untuk memberikan obat pacu lahir, supaya Dini bisa mengeluarkan janinnya dengan mudah. Setelah janin Dini di ambil, Dokter belum berani mengatakan kebenaran pada Dini. Dokter langsung keluar dan menemui Hanif untuk memperlihatkan janin Dini. Hanif pun mengikuti perintah Dokter, lalu menangis tersedu-sedu melihat calon anaknya sudah tidak bernafas lagi. Setelah semua urusan di RS selesai, Hanif membawa Dini pulang dengan rasa kekecewaannya terhadap Dini. Dini yang hendak tiduran di tempat tidur, di kagetkan dengan suara pukulan keras di kamar Hanif. Dini kemudian mendekati kamar Hanif, dan ternyata Hanif sedang membuang semua barang yang ada di dalam kamarnya. Dini yang mencoba untuk menenangkan Hanif, malah mendapatkan pukulan keras dari Hanif, sehingga Dini terjatuh cukup jauh dari jarak Hanif. Hanif lalu pergi sembari membanting pintu dengan keras.

"Mas, tenanglah... kamu tidak perlu seperti ini.." ucap Dini memegang pundak Hanif.

"Ini semua salahmu..!!" ucap Hanif memukul tubuh Dini sampai Dini terdorong jauh. Hanif pun berlalu pergi, sambil membanting pintu kamar dengan kasar.

"Mama..." ucap Rahmat yang terbangun karena mendengar suara keributan di kamar Hanif, dan melihat Dini sedang terduduk lesu di lantai.

Dini lalu memeluk tubuh Rahmat, dan mencoba untuk mencerna setiap kejadian di hari itu.

...*****...

Hanif kembali ke rumah temannya, untuk minum alkohol. Sampai Empat hari, Hanif tidak pulang ke rumah. Dini dan Rahmat hanya bisa menunggu kedatangan Hanif. karena nomor Hanif tidak bisa dihubungi. Mereka berdua, berkegiatan seperti biasa.

"Mas . kapan kamu akan pulang? Aku dan Rahmat merindukanmu mas." batin Dini sambil memasak makanan di dapur.

...*****...

"hahaha bagus Hanif, terus habiskan minuman itu, buang semua masalah yang membebani pikiranmu." ucap salah satu teman Hanif.

Hanif yang sudah terlalu banyak minum, menjadi tidak sadarkan diri, dan pingsan di rumah temannya itu. Teman-temannya malah tertawa dan meninggalkan Hanif sendirian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!