Bab 3 Pernikahan Kontrak?

"Gue butuh waktu buat jawab pertanyaan lo, Kak," balas Aliza.

"Oke, gue tunggu sampai besok," ucap Arsen.

"Gue harap lo benar pikirin ini matang-matang. Cuma itu jalan satu-satunya agar perjodohan ini tetap berjalan walau hanya sementara. Setidaknya orang tua kita akan tau jika diantara kita tidak ada kecocokan sama sekali setelah menjalin hubungan pernikahan," imbuhnya.

Aliza ingin sekali membantah. Bukankah mereka belum pernah mengenal lebih dekat? Kenapa tidak dicoba terlebih dahulu. Siapa tau mereka memang ada ketertarikan maupun kecocokan.

Kenapa sudah mengambil keputusan diawal sebelum mencoba?

Aliza diam tanpa berminat untuk menjawab. 

"Lo dengerin gue nggak sih?" kesal Arsen yang tak mendapatkan respon dari gadis didepannya ini.

Aliza mengangguk menatap Arsen. "Gue dengar. Gue usahain besok gue udah bisa ambil keputusannya."

"Oke. Gue tunggu besok. Sekarang gue anter lo pulang! Ini udah malem," ucap Arsen menatap jam dipergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Gue bisa diamuk entar sama bokap lo, bawa anak gadisnya pulang larut malem," ucap Arsen lalu berdiri.

"Bokap gue udah percaya sama lo, Kak. Makanya beliau jodohin kita," balas Aliza asal.

"Lo jago juga ngelawak." Arsen menatap Aliza yang berjalan mendahuluinya.

***

Diperjalanan pulang hanya keheningan yang menyelimuti mereka.

Aliza yang sibuk dengan pikirannya sendiri, sedangkan Arsen serius mengemudi.

"Oh ya. Gue dengar dari Bunda lo punya toko roti." Arsen membuka suara ditengah ricuhnya pikiran Aliza.

"Hah?"

"Ck! Lo ngelamunin apa sih? Udah nggak usah dibawa pusing. Gue nggak bakal minta jawaban kalo emang besok lo belum bisa ambil keputusan." Arsen berusaha menenangkan Aliza.

Bagaimana pun dirinya tidak mau terlalu memaksakan kemauannya pada orang lain sekalipun itu satu-satunya jalan keluarnya.

Menurutnya suatu keputusan itu hanya bisa diambil oleh orang itu sendiri tanpa ada pihak lain yang mendominasi.

"Nih lo minum dulu! Tatapan lo kosong banget gitu." Arsen memberikan sebotol air putih yang sudah dia sediakan di mobilnya jika sewaktu-waktu dirinya haus.

Aliza menerimanya lalu meneguknya beberapa kali. 

"Tenangin diri dulu. Lo istirahat aja malam ini. Nggak usah dipikirin dulu masalah perjodohan kita." Arsen memberi saran.

Dia berusaha memahami bagaimana jika menjadi seorang Aliza. Gadis itu tak berada untuk menolak karena itu adalah perintah orangtuanya.

Sebenarnya Arsen pun sama. Dia juga tidak bisa untuk menolak perjodohan ini.

Keadaan mereka sama.

"Gue nggak papa, Kak. Gue akan ngasih lo jawaban besok. Lo tenang aja," ucap Aliza menatap lurus kedepan.

Arsen mengangguk. "Oke, bagus kalo bisa ngasih jawaban tepat waktu. Gue nggak maksain lo buat setuju sama rencana gue."

***

Pagi ini Aliza sudah siap dengan kemeja biru dipadukan dengan celana cutbray warna hitam.

Gadis itu sengaja keluar kamar setelah kedua orang tuanya sudah berangkat bekerja.

Dia berusaha menyembunyikan mata bengkaknya akibat menangis semalaman.

Dia tidak bisa bertemu Arsen dengan keadaan yang seperti ini.

Rencananya dia akan menemui Arsen sore nanti sepulangnya dari toko.

Ada orderan yang memang harus dia handle sendiri.

"Saya berangkat sendiri aja, Pak," ucap Aliza pada pria paruh baya yang sudah menunggunya didepan mobil.

"Loh? Kenapa, Non?" tanya Pak Mamat selaku sopir pribadi Aliza.

Aliza tersenyum. "Nggak papa, Pak. Saya pengen sendiri aja."

Pak Mamat hanya bisa menuruti putri dari majikannya itu.

Setelah mengemudi selama setengah jam Aliza turun langsung disuguhi mobil berwarna putih diparkiran, mirip dengan mobil yang semalam mengantarnya pulang.

Langkah kaki gadis itu semakin dipercepat sampai di toko dan benar saja. Disana sudah ada Arsen yang sedang memilih roti seraya bertanya dengan karyawannya.

"Biasanya Aliza suka apa ya, Mba?" tanya Arsen pada karyawan yang ada disana.

"Mba Aliza biasanya suka kue rasa strawberry, Pak," jawab wanita yang masih berusia muda itu.

"Ya udah tolong bungkusin satu ya yang rasa strawberry!" Arsen lalu berbalik badan setelah mendapatkan anggukan dari karyawan itu.

Alangkah terkejutnya Arsen, sekarang sudah ada Aliza yang berada didepannya.

Arsen tersenyum. "Sejak kapan disini?"

"Barusan dateng," bales Aliza.

Jujur Aliza sedikit terkejut mendengar perbincangan antara Arsen dan karyawannya.

Untuk apa memesankan kue kesukaannya?

Padahal dirinya bisa memakan sepuasnya karna toko roti ini miliknya.

"Gue tadi pesenin kue kesukaan lo. Katanya lo suka strawberry ya?" 

Aliza mengangguk. "Sebenernya lo nggak perlu pesenin gue kue, Kak. Toko ini kan punya gue."

"Iya gue tau. Tapi ini kan pemberian dari gue," ucap Arsen setelah membayar kue pesanannya.

"Dimakan ya walaupun lo udah biasa makan!" Arsen memberikan kue yang sudah rapi didalam kotak pada gadis berkemeja biru itu.

"Gue pamit ya. Nanti kabari gue kalo lo udah punya keputusannya." Arsen berjalan keluar toko setelah mendapat anggukan singkat dari Aliza.

Bahkan gadis itu belum sempat mengatakan terima kasih. Lidahnya sangat kelu, seakan belum percaya dengan apa yang dilakukan Arsen.

Debaran jantungnya semakin menggila, tangannya keringat dingin.

Entah kenapa selalu seperti itu kala dia bersama Arsen.

Rasa kagum itu membuat Aliza menaruh harapan semakin tinggi.

"Gue harap kita punya kesempatan untuk bersama walau sebentar karena kita tidak ditakdirkan sebagai sepasang kekasih."

***

"Sebelumya gue minta maaf, Kak. Gue nggak bisa terima perjodohan kontrak itu." Aliza langsung mengatakan apa yang sudah dirinya pikiran matang-matang semalaman hingga membuatnya harus begadang dengan air mata yang menjadi saksi.

Malam ini mereka bertemu kembali di restoran yang sama saat mereka makan malam bersama keluarga.

Arsen yang mendengar itu hanya mengangguk. "Terus mau lo gimana?"

Jujur Arsen juga bingung jika Aliza tidak menyetujui rencananya.

"Kenapa nggak kita coba dulu, setelah menikah kita akan tau kita cocok atau tidak. Nah, kalau memang kita tidak berjodoh nggak papa kita bisa berpisah tanpa harus ada perjanjian pernikahan kontrak," tutur Aliza.

"Kalau kita berjodoh?" tanya Arsen menatap Aliza serius.

Arsen hanya ingin mendengar respon dari Aliza. Entahalah, seperti ada yang mengganjal. Melihat sorot mata gadis di depannya ini seperti ada yang berbeda, tapi dirinya tidak tau. 

"Kita akan melanjutkan pernikahan ini," balas Aliza serius.

Ya, itu adalah harapannya. 

"Gimana dengan pacar gue?" 

Aliza menghela napas berat. "Itu terserah lo mau lanjutin hubungan kalian atau putus. Gue nggak mau akan nyuruh lo mutusin Risa."

"Lo nggak keberatan kalo gue masih ngelanjutin hubungan gue?" tanya Arsen hati-hati.

Aliza menggeleng mantap. "Nggak."

Bohong sekali jika dia tidak keberatan. Bagaimana bisa dirinya menikah dengan orang yang masih menjalin hubungan dengan wanita lain?

Itu amat menyakitkan.

Tapi kali ini dirinya harus kuat menerima segala resikonya.

"Oke. Gue akan tetap lanjutin," putus Arsen mantap seraya menatap Aliza serius.

Ada sesuatu yang terlihat mengganjal dimata gadis itu seperti tidak terima dengan keputusan Arsen.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!