☂️☂️☂️
Nama : Bagas Atmadja.
Umur : 33 tahun.
Profesi : Polisi.
Ciri fisik : Tinggi, ramping, dan berambut cepak.
Kepribadian : Ramah, murah senyum, pandai merangkai kata.
Hobi : Traveling.
Nama : Mira Rahmawati.
Umur : 29 tahun.
Profesi : Pengusaha.
Ciri Fisik : Tinggi, langsing, berkulit putih dan berambut panjang sebahu.
Kepribadian : Galak, cerewet, suka mengatur orang lain tapi royal kepada para pegawainya.
Hobi : Shopping.
Nama : Denis Atmadja.
Umur : 33 tahun.
Profesi : Kakak Kandung Bagas, Pemilik Supermarket ternama.
Ciri Fisik : Tinggi, langsing, berkulit sawo matang.
Kepribadian : Penurut, sedikit pendiam.
Hobi : Kulineran.
Nama : Niken.
Umur : 19 tahun.
Profesi : Mahasiswi.
Ciri Fisik : Tinggi, langsing, berkulit kuning langsat dan berambut hitam lurus.
Kepribadian : Humoris, ceria, mudah marah dan sedikit manja.
Hobi : Nonton film.
***
Pagi pagi sekali, Denis telah bangun dari tidurnya. Dia bergegas mandi dan berganti pakaian, setelah itu dia pergi ke dapur tanpa membangunkan Mira yang masih tertidur lelap.
Tak disangka, Ayah mertua Denis sudah ada di dapur. Dia sedang mengiris beberapa sayuran dan bersiap untuk membuat sarapan. Denis merasa heran, dirumah itu ada banyak asisten rumah tangga, kenapa juga Ayah mertuanya mau bersusah payah menyiapkan sarapan untuk keluarga?
"Mau aku bantu Ayah?" Denis menghampiri Rudi.
"Boleh, tolong cuci semua sayuran ini," ucap Rudi.
"Kenapa Ayah yang memasak? Apa asisten rumah tangga dirumah ini sedang sakit?" Seloroh Denis.
"Aku selalu memasak untuk anak dan istriku, ini adalah bentuk cinta dan kasihku pada mereka," Rudi mengukir senyum.
Dari luar, Rudi terlihat cuek dan dingin. Denis tak menyangka kalau Ayah mertuanya itu adalah tipe pria yang romantis dan penuh kasih sayang. Mira sangat beruntung bisa memiliki Ayah seperti Rudi, tidak seperti Bayu Denis yang bisanya hanya mengatur dan mengomeli anak anaknya saja.
"Apa Mira sudah bangun?" Tanya Rudi.
"Belum,"
"Tolong jaga dia untukku, dia lebih berharga bagiku daripada dunia dan isinya," pinta Rudi.
"Aku pasti akan menjaganya dengan baik," janji Denis.
"Terimakasih karena kamu sudah mau menerima ajakannya untuk menikah. Kamu pasti sudah tau tujuan awalnya bukan?"
"Ya, aku sudah tau,"
"Kamu pria baik, semoga saja rumah tangga kalian diberkahi dan diberikan banyak momongan." Lanjut Rudi.
Momongan? Apakah Denis bisa mendapatkan momongan dari wanita itu? Bahkan kami tidak saling mencintai dan tidak mau saling menyentuh satu sama lain.
Sebenarnya Denis juga ingin memiliki momongan, rumahnya terasa sepi tanpa tangis dan tawa anak kecil. Istri pertamanya meninggal tanpa memberikan keturunan, kebetulan juga mendiang istrinya telah divonis mandul oleh Dokter.
"Amin..." Ucap Denis lirih.
Rossa masuk ke dapur, dia kaget melihat Denis dan Rudi sedang bahu membahu memasak sarapan untuk keluarga. Mereka terlihat akrab, tidak ada kesan canggung satu sama lain.
Rossa menghentikan langkah kakinya, dia mengamati Denis dari jauh. Pria itu memang terlihat baik, dia ramah dan murah senyum. Berbeda sekali dengan adiknya yang pandai membual dan banyak bicara.
"Semoga saja, Denis bisa menjadi kepala keluarga yang baik untuk putriku." Ucap Rossa dalam hati.
Tidak mau mengganggu keseruan menantu dan mertua itu, Rossa keluar dari dapur. Dia memilih untuk masuk kedalam kamar Mira untuk melihat kondisi terkini anak semata wayangnya itu.
Klak...
Pintu kamar terbuka, kamar Mira nampak kosong. Beberapa menit kemudian Mira keluar kamar mandi dengan dua lembar handuk yang melingkar di tubuh dan juga kepalanya.
"Mira keramas? Apa mereka berdua sudah melakukan itu semalam?" Batin Rossa.
"Ibu, sedang apa Ibu berdiri di depan pintu kamarku?" Tanya Mira.
"Ah, Itu. Ibu hanya mau memanggil kamu untuk sarapan bersama," ucap Rossa gugup.
"Oh, oke. Sebentar lagi aku turun,"
"Mira, kamu keramas?" Tanya Rossa.
"Iya, aku keramas. Kenapa memangnya?" Mira menatap Ibunya sambil menaikan alisnya sebelah.
"Ah, tidak kenapa napa. Ibu keluar dulu, kami menunggu diruang makan," Rossa keluar dari kamar putrinya dengan terburu buru.
"Apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu? Sikapnya aneh sekali." Gumam Mira lirih.
***
Tidak ada masakan enak didunia ini kecuali masakan Ayahnya, Mira selalu makan dengan lahap dan porsi banyak jika Rudi yang memasak. Dia tidak memikirkan jumlah lemak dan kalori yang dia konsumsi, dia tidak takut gendut dan lainnya.
Mira juga tak peduli jika didalam hatinya Denis mengatai Mira dengan sebutan anak babi karena makan diluar porsi wajar. Meski menikah karena terpaksa, mereka sudah suami istri. Mau tidak mau Denis harus mau menerima dan memaklumi keburukan pasangannya bukan?
"Mira, makanlah pelan pelan. Nanti kamu tersedak," Rossa mencoba memperingatkan putrinya.
"Aku harus cepat menghabiskan makananku Bu. Seingat ku Mas Dimas sangat suka ayam goreng, kalau aku makan pelan pelan nanti semua ayam goreng itu habis dimakan olehnya," celetuk Mira dengan mulut penuh.
"Meski aku suka dengan Ayam goreng, aku tidak akan makan berlebihan melebihi kuli bangunan seperti kamu. Jadi kamu tidak perlu khawatir aku akan merebut makananmu itu!" Ucap Denis.
"Jangan marah Mas, aku hanya bercanda saja," Mira menyunggingkan senyum.
"Bercanda katanya? Bahkan dia makan seperti anak babi hutan yang kelaparan." Gerutu Denis dalam hati.
Rossa senang karena masalah dan problematika hidup yang sedang Mira alami tak mempengaruhi nafsu makannya. Dia sangat khawatir jika Mira sampai mogok makan dan minum, karena Mira memiliki riwayat asam lambung tinggi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments