Bab 2. Terjebak

“Aduh! Lepas lagi! Kabur ke mana sih, ayamnya?”

Seorang pria menyibakkan semak ilalang, untuk mengejar ayam hutan langka yang kabur. Srak! Srak! Dari arah kanan, dia mendengar suara desau, seperti langkah kaki yang menginjak daun kering. Sontak bola matanya menelusuri arah suara tersebut.

“Kurrr! Kurrr!” Pria dengan blangkon di kepalanya itu menaburkan segenggam biji-bijian, sambil menirukan suara unggas berwarna hitam legam tersebut.

“Tolong, Pak. Tolong aku.”

"Eh? Suara perempuan? Di tengah hutan begini?"

Telinga lelaki itu samar-samar mendengar suara wanita yang meminta tolong. Gerakan tubuhnya pun terhenti. Matanya mengawasi sekeliling, tetapi dia tak melihat siapa pun.

Belantara ini begitu lebat untuk dimasuki oleh seorang wanita. Meski mentari masih bersinar, namun sinarnya telah meredup dan berwarna jingga. Menandakan malam akan segera datang. Suasana di lantai hutan ini pun cukup gelap, karena kanopi hutan dari pepohonan tinggi yang begitu rapat.

"Bapak bisa dengar suaraku? Tolong aku, Pak. Aku terjebak di sini dari kemarin."

"Di mana? Siapa itu?" seru pria itu sambil menahan rasa takut. Tetapi hati kecilnya juga merasa iba, mengetahui seseorang terjebak di sana. Mungkin saja itu pendaki gunung yang tersesat, kan?

"Di sini, Pak." Suara itu kian terdengar jelas, namun sedikit merintih.

"Ya di sini itu maksudnya di mana?" seru pria itu dengan suara bergetar. Kedua tangannya menggenggam erat sebilah bambu, untuk mengurangi rasa takut.

Tidak ada yang menyahut. Hanya terdengar suara dedaunan yang saling bergesekan.

Berkali-kali lelaki berkulit cokelat itu menyentuh tengkuknya yang meremang hebat. Hatinya mulai merasa ragu. Bagaimana mungkin ada suara tapi tak terlihat siapa pun?

Perlahan kakinya melangkah mundur, mencari celah untuk kabur. Namun matanya tetap menelisik setiap celah dedaunan dengan waspada.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Helaian kain yang tidak sempurna, disertai lumuran darah membuat pria bertubuh tegap itu tersungkur ke rerumputan. Rambut panjangnya menjulur ke tanah, hingga menyapu dedaunan kering di lantai hutan yang lembab.

Sosok yang merintih pilu itu menampakkan dirinya dengan samar. Memamerkan senyumannya pada lelaki paruh baya tersebut. Bukan senyuman manis, melainkan senyuman lebar. Sangat lebar, hingga ke pipi.

“Hahaha … kayaknya aku salah dengar. Kira-kira ayam tadi lari ke mana, ya?” ujarnya sambil beringsut ke belakang. Netranya memandang ke arah lain, pura-pura tidak terjadi sesuatu.

“Nggak usah pura-pura. Bapak bisa melihatku, kan? Hihihihi …”

Seluruh tubuhnya kaku dan membeku. Ke mana pun matanya memandang, hanya sosok itulah yang dilihatnya. Selama beberapa saat, dia hanya bisa terduduk di lantai hutan yang lembab dan kotor. Lelaki itu baru menyadari, bahwa pohon rindang tempat dia beristirahat adalah pohon beringin raksasa.

"Kok Bapak diam aja? Bukannya para lelaki suka ketemu perempuan cantik kayak aku? Ayo bawa aku pergi. Hihihi ..."

"Tolong! Tolong aku!" Pria itu mengumpulkan segenap tenaga, lalu berusaha kabur dari sana. Dia bahkan telah melupakan ayam yang hendak ditangkapnya tadi.

"Haaah, lagi-lagi semuanya pergi. Apa nggak ada yang mau mengantarku pulang? Aku kesepian di sini. Apa perlu aku membantunya menangkap ayam itu?" Sosok itu sepertinya nggak sadar, jika dia telah beda alam dengan manusia.

“Hah? Dia kembali lagi?” Sosok makhluk halus itu heran, melihat pria berperawakan tinggi dan tegap itu datang kembali sambil berlari. “Duh, gagah banget, sih. Waktu muda dia pasti cakep banget.”

“Persetan sama hantu atau apalah itu! Pokoknya obat untuk anakku harus ketemu.” Bibir pria itu berkomat-kamit mengucapkan do’a, saat melalui sosok yang melayang di atas kepalanya.

“Dia berbeda dari pria lainnya.” Sosok itu lalu menyamarkan diri agar tak terlihat, dan membawa seekor ayam ke dekat pria itu.

...***...

"Pak Pandu ... Astaghfirullah. Bapak ke mana aja? Anak Bapak ...?"

"Anak saya kenapa?"

Pria yang baru saja sampai di gerbang desanya itu melempar keranjang bambu berisi ayam cemani, yang sudah susah payah dia cari. Dia lalu berlari mendekati warga desa yang memanggilnya.

"Lho, bukannya tadi ada kabar anak Pak Pandu baru aja meninggal dunia? Tapi itu sehat wal afiat, kok," bisik beberapa pria berseragam satpam dengan wajah bingung.

"Mungkin infonya salah. Tuh, anaknya sehat-sehat aja, kok. Cuma emang kelihatan agak pucat," bisik warga lainnya.

"Terus yang mengumumkan di masjid tadi siapa?" Mereka semua saling bertukar pandang sembari berbisik.

Pak Pandu yang mendengar obrolan itu pun sontak menoleh ke belakang. Dia terkejut melihat sosok manis putrinya berdiri di belakangnya. Matanya terbelalak saat menyadari sesuatu.

"Tunggu! Kenapa makhluk ini mengikutiku, dan menyerupai wajah putriku. Jangan-jangan ..."

...***...

Tahun 2023, Alas Roban Ketonggo.

"Heh, Sat! Kayaknya kita tersesat, nih. Lihat GPS-nya yang benar, lah ...

"Hah? Moso? Gak mungkin sesatlah. Wong tinggal ikuti jalan ini aja sampai ke desa. Gak ada persimpangan lagi," balas Satya sambil menatap ke layar GPS offline, yang langsung terhubung dengan satelit.

"Ya, aku tahu. Tapi masa kamu nggak ingat? Kita udah lewatin pohon tumbang ini tiga kali, lho," ucap Hadyan yang sedang mengemudi.

"Apa iya?"

Satya yang kebingungan pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling mobil. Suasana cukup temaram. Sinar mentari di ufuk barat hampir menghilang di balik horizon. Langit jingga mengintip di celah-celah rimbunnya dedaunan.

"Masa GPSnya salah? Jadi seharusnya kita ke arah mana, nih?” gumam Satya.

Kedua pegawai negeri sipil yang bekerja sebagai pelestari hutan itu saling memandang dengan wajah bingung. Ini pertama kalinya mereka memasuki wilayah ini tanpa pemandu. Seharusnya dengan mengikuti jalan tanah yang biasa dilewati mobil offroad, mereka akan sampai di desa terdekat.

"Bismillah."

Hadyan kembali mengemudikan kendaraan double gardan mereka. Jalanan tanah berbatu itu semakin menyempit dan menanjak. Perasaan kedua pemuda itu tak tenang. Seharusnya mereka menuruni gunung, bukan naik.

Benar saja. Hingga matahari benar-benar terbenam, mereka kembali melalui tempat yang sama, pohon tumbang di pinggir jalan. Kabut putih mulai menyelimuti hutan, membuat jarak pandang semakin terbatas.

“Ya Gusti, kita beneran tersesat ini,” bisik Hadyan dengan tubuh lemas. "Coba sini ku lihat GPS-nya." Hadyan meminta benda mirip HP jadul itu pada rekannya.

“Aku kebelet buang air kecil, nih,” bisik Satya sambil merapatkan kedua pahanya.

“Heh, mau dibuang di mana? Ini udah malam, di tengah hutan pula,” larang Hadyan. Kedua netranya tak lepas menelisik GPS untuk mencari jalan keluar.

“Ya terus? Masa mau ditahan sampe ke desa? Udah di ujung, nih,” rengek Satya dengan gelisah.

“Masukin botol aja, gih. Tuh, ada botol bekas di belakang,” jawab Hadyan acuh.

“Dih, ogah! Udah, ah. Aku mau keluar sebentar. Ojo ditinggal, yo.”

"Jangan sembarangan buang air di hutan, woi!  Ini kita lagi tersesat. Ntar kesambet, lho," kata Hadyan mengingatkan.

Tanpa menghiraukan seruan rekannya, Hadyan langsung membuka pintu dan berlari menuju pohon tinggi besar. Pohon randu raksasa itu pun bergoyang pelan, terkena hembusan angin. Sesosok makhluk berwajah pucat dan mata hitam bolong, duduk di salah satu dahannya.

"Hmmm, dia beneran harum banget. Cakep juga. Pasti dia salah satu cowok-cowok jahanam itu."

Satya tidak sadar. Seuntai rambut panjang turun dari atas pohon, diikuti sosok tanpa mata itu. Barisan giginya yang putih tampak berdarah. Makhluk itu melayang turun, ke dahan yang lebih rendah untuk menyapa Satya.

"Dia ke sini mau meminta kekayaa, jabatan atau ilmu pelet, ya? Dia bawa sajen apa?"

“Permisi, Mbah,” ucap Satya.

“Mbah? Enak aja. Dasar nggak sopan! Terus sajennya mana? Aku lapar."

Sosok itu tampak marah. Kemeja safari berwarna cokelat muda itu mendadak berlumuran darah. Sosok itu mengukir senyuman yang sangat lebar di wajahnya. Tangannya memanjang hendak menyentuh bahu pemuda tampan itu.

"Kamu harus jadi milikku. Hihihihi."

(Bersambung)

Episodes
1 Bab 1. Hilang
2 Bab 2. Terjebak
3 Bab 3. Gadis Aneh
4 Bab 4. Tamu Malam Jumat Kliwon
5 Bab 5. Penasaran
6 Bab 6. Teror Kuntilanak
7 Bab 7. Janji Pak Dukun
8 Bab 8. Calon Kakak Ipar
9 Bab 9. Misteri Laksmi
10 Bab 10. Malam Pertama
11 Bab 11. Tamu Tengah Malam
12 Bab 12. Jangan Pergi!
13 Bab 13. Wanita Pertama
14 Bab 14. Jangan!
15 Bab 15. Misteri Kamar Laksmi
16 Bab 16. Tamu Tak Kasat Mata
17 Bab 17. Pergi, Kamu!
18 Bab 18. Tangisan Kuntilanak
19 Bab 19. Sang Kakak Ipar
20 Bab 20. Bulan Terkutuk
21 Bab 21. Misteri Gadis Dalam Foto
22 Bab 22. Aruna
23 Bab 23. Aruna (2)
24 Bab 24. Penumpang Berdarah
25 Bab 25. Benda Aneh di Kamar Satya
26 Bab 26. Orang Pintar
27 Bab 27. Tamu Sore Hari
28 Bab 28. Teman SMA
29 Bab 29. Tingkah Aneh Tari
30 Bab 30. Teror Desa Sebelah
31 Bab 31. Perjanjian Sang Kuntilanak
32 Bab 32. Doppelganger
33 Bab 33. Sosok di Belakangmu
34 Bab 34. Antarkan Aku Pulang
35 Bab 35. Rahasia Anak Pak Dukun
36 Bab 36. Kejadian Mengerikan Hari Itu
37 Bab 37. Aku Ikut Kamu, Ya. Hihihi...
38 Bab 38. Gadis Cantik di Tengah Hutan
39 Bab 39. Dua Istri Genta
40 Bab 40. Misteri Laksmi
41 Bab 41. Petaka di Kala Magrib
42 Bab 42. Tamu Gaib di Tahlilan (1)
43 Bab 43. Tamu Gaib di Tahlilan (2)
44 Bab 44. Rahasia Aksa
45 Bab 45. Mana Manusia yang Asli?
46 Bab 46. Bukan Kinanti
47 Bab 47. Ritual Pembangkit Arwah
48 Bab 48. Perempuan Misterius di Danau
49 Bab 49. Sosok yang Menemani Tidurmu
50 Bab 50. Mencari Sisa Jasadnya
51 Bab 51. Cinta Pertama
52 Bab 52. Pembalasan Dendam Aksa
53 Bab 53. Surat Sahabat
54 Bab 54. Terbongkarnya Rahasia Laksmi
55 Bab 55. Istriku Kuntilanak
56 Bab 56. Pohon Sesajen
57 Bab 57. Tumbal untuk Laksmi
58 Bab 58. Hukuman untuk Aruna
59 Bab 59. Wirasena
60 Bab 60. Ratusan Mayat Hidup
61 Bab 61. Tragedi Malam Hari
62 Bab 62. Terbongkarnya Rahasia Rani
63 Bab 63. Negosiasi dengan Dukun
64 Bab 64. Hanya untuk Kinanti
65 Bab 65. Biadab!
66 Bab 66. Hilang
67 Bab 67. Aneh
68 Bab 68. Nada atau Bukan?
69 Bab 69. Dipaksa Sumpah Pocong
70 Bab 70. Bukan Manusia
71 Bab 71. Pengakuan Satya
72 Bab 72. Makhluk-makhluk Gaib
73 Bab 73. Bertemu Laksmi yang Asli
74 Bab 74. Korban Kebusukan Arga
75 Bab 75. Pria Laknat
76 Bab 76. Hancur
77 Bab 77. Mati
78 Bab 78. Kata Maaf
79 Bab 79. Orang-orang Misterius
80 Bab 80. Jodoh untuk Lelaki Baik
81 Spin off (1) Calon Istri Satya dan Si Bujang Lapuk
82 Spin Off (2) Teman di Malam Hari
83 Spin Off (3) Jangan Cepat-cepat, Mas!
84 Spin Off (4) Mereka Datang Lagi
85 Spin Off (5) Indigo
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Bab 1. Hilang
2
Bab 2. Terjebak
3
Bab 3. Gadis Aneh
4
Bab 4. Tamu Malam Jumat Kliwon
5
Bab 5. Penasaran
6
Bab 6. Teror Kuntilanak
7
Bab 7. Janji Pak Dukun
8
Bab 8. Calon Kakak Ipar
9
Bab 9. Misteri Laksmi
10
Bab 10. Malam Pertama
11
Bab 11. Tamu Tengah Malam
12
Bab 12. Jangan Pergi!
13
Bab 13. Wanita Pertama
14
Bab 14. Jangan!
15
Bab 15. Misteri Kamar Laksmi
16
Bab 16. Tamu Tak Kasat Mata
17
Bab 17. Pergi, Kamu!
18
Bab 18. Tangisan Kuntilanak
19
Bab 19. Sang Kakak Ipar
20
Bab 20. Bulan Terkutuk
21
Bab 21. Misteri Gadis Dalam Foto
22
Bab 22. Aruna
23
Bab 23. Aruna (2)
24
Bab 24. Penumpang Berdarah
25
Bab 25. Benda Aneh di Kamar Satya
26
Bab 26. Orang Pintar
27
Bab 27. Tamu Sore Hari
28
Bab 28. Teman SMA
29
Bab 29. Tingkah Aneh Tari
30
Bab 30. Teror Desa Sebelah
31
Bab 31. Perjanjian Sang Kuntilanak
32
Bab 32. Doppelganger
33
Bab 33. Sosok di Belakangmu
34
Bab 34. Antarkan Aku Pulang
35
Bab 35. Rahasia Anak Pak Dukun
36
Bab 36. Kejadian Mengerikan Hari Itu
37
Bab 37. Aku Ikut Kamu, Ya. Hihihi...
38
Bab 38. Gadis Cantik di Tengah Hutan
39
Bab 39. Dua Istri Genta
40
Bab 40. Misteri Laksmi
41
Bab 41. Petaka di Kala Magrib
42
Bab 42. Tamu Gaib di Tahlilan (1)
43
Bab 43. Tamu Gaib di Tahlilan (2)
44
Bab 44. Rahasia Aksa
45
Bab 45. Mana Manusia yang Asli?
46
Bab 46. Bukan Kinanti
47
Bab 47. Ritual Pembangkit Arwah
48
Bab 48. Perempuan Misterius di Danau
49
Bab 49. Sosok yang Menemani Tidurmu
50
Bab 50. Mencari Sisa Jasadnya
51
Bab 51. Cinta Pertama
52
Bab 52. Pembalasan Dendam Aksa
53
Bab 53. Surat Sahabat
54
Bab 54. Terbongkarnya Rahasia Laksmi
55
Bab 55. Istriku Kuntilanak
56
Bab 56. Pohon Sesajen
57
Bab 57. Tumbal untuk Laksmi
58
Bab 58. Hukuman untuk Aruna
59
Bab 59. Wirasena
60
Bab 60. Ratusan Mayat Hidup
61
Bab 61. Tragedi Malam Hari
62
Bab 62. Terbongkarnya Rahasia Rani
63
Bab 63. Negosiasi dengan Dukun
64
Bab 64. Hanya untuk Kinanti
65
Bab 65. Biadab!
66
Bab 66. Hilang
67
Bab 67. Aneh
68
Bab 68. Nada atau Bukan?
69
Bab 69. Dipaksa Sumpah Pocong
70
Bab 70. Bukan Manusia
71
Bab 71. Pengakuan Satya
72
Bab 72. Makhluk-makhluk Gaib
73
Bab 73. Bertemu Laksmi yang Asli
74
Bab 74. Korban Kebusukan Arga
75
Bab 75. Pria Laknat
76
Bab 76. Hancur
77
Bab 77. Mati
78
Bab 78. Kata Maaf
79
Bab 79. Orang-orang Misterius
80
Bab 80. Jodoh untuk Lelaki Baik
81
Spin off (1) Calon Istri Satya dan Si Bujang Lapuk
82
Spin Off (2) Teman di Malam Hari
83
Spin Off (3) Jangan Cepat-cepat, Mas!
84
Spin Off (4) Mereka Datang Lagi
85
Spin Off (5) Indigo

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!