Duda Korea anak satu bab 5.
Laurinda tidak bisa menolak karena ini juga kewajibannya. Untuk pertama kalinya bagi Laurinda tubuhnya di sentuh seorang. Pakaiannya satu persatu terlepas sampai tidak tersisa sehelai pun. Begitu juga dengan Sohan.
“tunggu.” Laurinda sedikit takut.
“tenang saja saya akan melakukannya dengan lembut.” Ucap Sohan mengecup kening istrinya.
“tapi…” belum selesai Laurinda dengan ucapannya Sohan mencium bibir mungilnya membuatnya tidak bisa berkata – kata lagi. Mereka berdua melalui malam pengantin yang begitu panas.
Keesokannya. Di waktu subuh Laurinda merasakan tubuhnya sakit semua. Setelah bagun dia buru – buru ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Lalu membangunkan Sohan untuk pergi sholat subuh.
“han.. Bangun. Sholat dulu.” Ucap Laurinda.
“tapi saya masih belum bisa.”
“jamaah di masjid bareng ayah.” Ucap Laurinda membangunkan Sohan. “jangan lupa mandi besar.”
“ha mandi besar?” tanya Sohan tidak tau apa itu mandi besar.
Laurinda menjelaskan secara sederhana supaya Sohan mengerti. Setelah Sohan faham dengan apa yang istrinya ucapkan dia pergi ke kamar mandi. Laurinda menyiapkan pakaian Sohan. Sohan keluar dari kamar mandi mengunakan handuk yang melingkar menutupi bagian pusar sampai lutut.
“aaaaaaaa.” Teriak Laurinda “apa kamu tidak malu” ucap Laurinda sambil membalik badan menutup matanya.
“kenapa bukannya tadi malam kamu sudah melihat semua.” Ucap Sohan mengambil pakaian yang di siapkan istrinya.
“iya tapi kan tetap saja.”
“sudah saya sudah selesai. Kamu boleh berbalik.”
Laurinda berbalik melihat Sohan begitu tampan mengenakan baju koko berwarna cream. Yang biasanya tubuhnya menggunakan setelan jas kali ini dia mengunakan baju koko.
“ini bagaimana?” tanya Sohan memutar mutar sarung.
“begini.” Laurinda menarik sarung yang Sohan kenakan. Untung saja Sohan bisa menjaga keseimbangan tubuhnya kalau tidak mungkin sudah jatuh menindih tubuh istrinya.
“oh iya saya lanjutkan sendiri.” Sohan wajahnya memerah lalu buru – buru pergi turun.
Di bawah Rahman dan Ayah sudah menunggu. Sohan masih memegang sarungnya yang belum selesai dia pakai. Berulang kali dia berusaha namun tidak bisa. Rahman yang melihat kakak iparnya langsung memberitahu cara mengunakan sarung.
Dalam perjalanan ayah Sohan dan Rahman hanya diam saja karena Sohan tidak bisa bahasa Indonesia, ayah dan Rahman juga tidak bisa bahasa Korea.
Sesampainya di Masjid.
“Assalamualaikum pak cahyo.”
“waalaikum salam pak Wijaya. Nak Rahman. Dan ini siapa?” tanya Pak Cahyo menatap Sohan yang tidak pernah bertemu.
“perkenalkan ini menantu saya. Dia orang korea tidak bisa bahasa Indonesia.” Jelas ayah.
“owalah. Kapan nikahnya kok tidak ada undangan?” Ucap pak Cahyo.
“nikahnya sederhana Cuma undang – undang keluarga.” Jelas ayah.
Mereka melaksanakan Solat berjamaah. Sohan memperhatikan gerak sholat dan mengikuti gerakannya.
Setelah selesai sholat subuh mereka kembali ke rumah. ayah membantu bunda menyiapkan sarapan Rahman membersihkan rumah. Laurinda mengendong Kyoso. Sohan hanya bingung dia mau melakukan apa.
“apa yang bisa saya kerjakan?” tanya Sohan mendekati Laurinda.
“kamu jaga Kyoso biar saya membatu Rahman.” Ucap Laurinda lalu pergi
Sohan terdiam melihat keluarga Laurinda yang saling membantu. Sohan teringat masa lalunya saat di panti asuhan.
*Kembali ke waktu Sohan umur 5 tahun. Saat itu memory ingatannya pertama kali. Sohan dari Bayi sudah tidak di inginkan oleh orang tuanya sehingga dari bayi dia di buang di panti asuhan. Sohan kecil melihat sekeliling anak-anak seumurannya yang mengejeknya karena dia tidak punya orang tua.
“hahaha Sohan tidak punya orang tua dari kecil sudah tidak di inginkan.” Ucap Anak seumurannya biasa di panggil Jun.
“tidak saya tidak di buang.” Ucap Sohan membela.
“anak yang di buang. Sohan anak yang di buang.” Ucap beberapa anak membully Sohan.
Pertama kali Uli datang di kehidupan Sohan.
“kalian ini dasar ya.” Ucap Uli memukul anak – anak yang membuli Sohan.
“kamu tidak apa – apa kan?” tanya Uli.
“tidak.”
“mulai sekarang saya akan menjaga kamu. Kalau ada anak yang menganggu kamu saya akan memukulnya.” Ucap Uli.
“terima kasih kak.” Ucap Sohan.
“sekarang saya adalah pelindung kamu.
Kembali ke masa sekarang. Sohan melihat Kyoso mengingatkannya kepada Uli. Sohan tidak begitu menyukai putranya karena dia beranggapan Kyoso lah yang membuat Uli meninggal. Kalau Kyoso tidak lahir mungkin Uli masih ada.
“kamu yang membuat mama kamu meninggal.” Ucap Sohan menatap Kyoso. Seketika Kyoso yang masih bayi merasakan kebencian papanya Kyoso langung menangis.
Ooooe…ooooee… suara tangisan Kyoso seketika semua orang menghampiri.
“apa yang terjadi?” tanya Laurinda.
“saya juga tidak tau dia tiba – tiba menangis.” Ucap Sohan sinis.
“mungkin dia lapar.” Ucap bunda mengendong Kyoso. Seketika Kyoso terdiam di pelukan bunda. “sepertinya dia sudah menganggap bunda seperti keluarganya” ucap bunda tersenyum.
Ayah dan Rahman serta Laurinda juga tersenyum.
“saya mau ke kamar ada yang harus saya kerjakan.” Ucap Sohan pergi ke kamar.
“ada apa di bilang dengan suamimu?” tanya ayah.
“dia bilang masih ada pekerjaan.” Ucap Laurinda penerjemah ucapan Sohan.
“ya sudah sini ma, biar lala yang kasih minum Kyoso.” Laurinda meminta Kyoso lalu menyiapkan susu untuk Kyoso.
Ayah dan bunda melanjutkan membuat makanan dan Rahman kembali dengan pekerjaannya.
Setelah siap semuanya Rahman yang sudah selesai dengan pekerjaannya.
“nak panggil suami kamu untuk sarapan.” Ucap bunda.
“iya bun.” Jawab Laurinda. Laurinda mengendong Kyoso menghampiri suaminya di kamar.
Tok tok tok Laurinda mengentuk pintu kamarnya.
“Han. Sarapan dulu yuk.” Ucap Laurinda menghampiri Sohan.
“iya.” Sohan mengakhir pekerjaannya dia menutup laptopnya dan mengikuti Lurinda ke ruang makan.
Sesampainya di ruang makan.
“ini sayang.” Bunda mengambilkan semuanya nasi dan lauk.
Kyoso di letakkan di kereta bayi. Kyoso sudah terlelap karena kenyang setelah di beri susu oleh Laurinda.
“Sohan mau makan apa?” tanya Bunda. Laurinda.
“mau makan apa kamu?” Laurinda menerjemahkan ke pada Sohan.
“yang mana aja.” jawab Sohan.
“kata Sohan yang mana aja bun.” Ucap Laurinda.
Bunda mengambilkan beberapa lauk untuk Sohan.
Sohan melihat kebersamaan keluarga istrinya tanpa sadar dia tersenyum hatinya bergetar. Sohan yang mengingat waktu kecil saat hendak makan dia harus berebut dengan anak – anak lain. Kalau tidak ada Uli mungkin dia tiak akan bisa mendapatkan makan.
*kembali ke masa Sohan kecil
“kamu itu tidak usah makan.” Ucap anak yang membuli sohan. Sohan hanya terdiam tidak berani melawan. Beberapa kali Sohan tidak mendapat makan karena bocah – bocah yang membulinya.
Namun setelah mengenal Uli. Anak – anak tidak berani menganggu Sohan.
“kalian ini. Kalau masih berani menganggu Sohan kalian akan saya pukul.” Ucap Uli yang datang membawa sebatang sapu. Anak – anak yang menganggu Sohan langsung berlari berhamburan.
“ini. Kamu tidak apa – apa kan. lain kalai kalau ada yang menganggu lawan jangan hanya diam.” Ucap Uli mengembalikan makanan Sohan yang di ambil anak – anak yang membulinya.
“ummm.” Sohan mengangguk faham.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments