Berliana menghapus air matanya. Perasaan ibu mana yang tidak akan sedih melihat putrinya terbaring sakit tidak berdaya. Nicole baru saja menjalani kemoterapi. Tubuhnya tampak lesu dan lemah.
Dokter menyarankan Nicole untuk melakukan pencangkokan tulang sum-sum untuk penyembuhan penyakitnya.
Berliana duduk di tepi ranjang rumah sakit, di sisinya terbaring anaknya yang pucat dan lemah. Dokter yang sedang memeriksa anaknya memberi tahu bahwa dia divonis menderita kanker darah yang cukup parah. Wanita itu menangis dengan sedih, tidak bisa membayangkan kehilangan anaknya.
"Aku tidak bisa kehilangan dia. Dia adalah segalanya bagi ku," gumam Berliana pada dirinya sendiri.
Anaknya, seorang gadis kecil, hanya diam saja dan menatap bangku rumah sakit yang kosong. Berliana menyentuh wajah Nicole dan mencoba tersenyum lembut, namun tangisannya tak bisa disembunyikan.
"Kenapa Ibu menangis? Aku tidak apa-apa. Aku akan segera sembuh," ucap Nicole.
Tangisan Berliana makin terdengar jelas. Bagaimana anak sekecil ini bisa menderita penyakit parah. Sebagai ibu, Berliana merasa gagal.
"Jika saja aku bisa meminta pada Tuhan, untuk memindahkan semua penyakit yang ada pada anakku, aku akan menerima semua dengan ikhlas. Bagaimana aku bisa membiayai pengobatannya yang begitu besar?" tanya Berliana pada diri sendiri.
Tangan mungil Nicole menghapus air mata di pipi ibunya. Mereka yang hidup hanya berdua membuat hubungan begitu dekat.
"Apa Ibu menangis karena memikirkan sakitku?" tanya Nicole lagi.
Usia Nicole baru lima tahun, tapi dia telah berpikir lebih dewasa dari anak seusia dirinya. Melihat Ibunya yang harus bekerja keras, dia tidak pernah meminta mainan atau apa pun seperti temannya miliki.
Terkadang Berliana membelinya tanpa Nicole minta. Dia kasihan melihat putrinya yang hanya memiliki mainan bekas yang diberikan tetangganya.
"Bukan, Nak. Ibu tidak menangis. Mata ibu tadi kelilipan," jawab Berliana berbohong.
"Ibu, kita pulang saja. Aku telah sembuh. Tidak perlu di rawat. Katakan saja pada dokter, jika aku ini anak yang kuat. Tidak perlu obat untuk menyembuhkan sakitku. Aku bisa mengobati diri sendiri," ucap Nicole.
Berliana memeluk putrinya. Dokter mengatakan jika kanker darah yang di derita putrinya bisa sembuh jika melakukan pengobatan yang teratur. Cuma yang dipikirkan Berliana dari mana datangnya uang buat pengobatan itu.
Kini kanker darah dapat diobati dengan prosedur Bone Marrow Transplant (transplantasi sumsum tulang)! Tingkat keberhasilannya cukup tinggi.
Tujuan dari transplantasi sumsum tulang belakang adalah untuk mentransfusikan sel-sel sumsum tulang yang sehat kepada seseorang yang sumsum tulangnya sendiri mengalami suatu penyakit, sehingga harus dihilangkan.
Sumsum tulang adalah jaringan yang berada di dalam beberapa tulang dalam tubuh, termasuk tulang pinggul dan paha. Sumsum tulang mengandung sel yang belum matang, yang disebut sel punca.
"Kamu memang anak yang hebat. Ibu bangga memiliki kamu. Tapi hari ini kita masih harus di rumah sakit dulu. Jika kamu telah merasa segar kembali, kita pulang."
Nicole menatap ibunya. Dia memegang tangan wanita itu yang sedikit kasar, karena harus bekerja di kebun dan kerja serabutan lainnya.
"Coba saja aku punya ayah, tentu ibu tidak pusing memikirkan biaya rumah sakit ini," ucap Nicole.
Mendengar ucapan putrinya, Berliana teringat ucapan dokter yang mengatakan jika Nicole bisa disembuhkan dengan donor sumsum tulang belakang dari ayah biologisnya.
"Apakah aku harus mendatangi Gabriel untuk mengatakan tentang Nicole? Apakah dia akan percaya? Atau apakah dia masih ingat denganku?" Banyak pertanyaan yang menari di dalam pikiran Berliana.
Berliana menyuapi nasi pemberian rumah sakit. Dia masih berpikir jalan terbaik untuk pengobatan putrinya. Wanita itu harus bekerja lebih keras agar mendapatkan uang yang banyak.
Setelah makan, Berliana meminta putrinya tidur. Dia akan mencari uang untuk biaya rumah sakit. Beruntung uang gajinya di kebun belum diambil. Jadi bisa untuk menutupi biaya saat ini. Namun, untuk kedepannya dia tidak tahu harus mencari kemana.
"Nicole, ibu mau keluar sebentar. Nicole jangan kemana-mana. Jika butuh sesuatu, tinggal panggil perawat dengan menekan tombol ini," ucap Berliana.
"Biak, Ibu. Hati-hati di jalan," pesan gadis cilik itu.
"Kamu mau dibelikan apa nantinya?" tanya Berliana lagi.
"Aku tidak ingin apa-apa selain Ibu. Aku hanya ingin Ibu kembali ke sini dengan selamat," jawab Nicole.
Dada Berliana terasa sesak mendengar ucapan putrinya. Di usia yang masih belia, dia sangat mengerti keadaan Berliana. Wanita itu tidak pernah menyesali kehadiran putrinya. Walau karena kehamilannya, Berliana mendapat banyak masalah. Baginya Nicole tetap bidadari kecilnya.
Berliana mengecup dahi putrinya itu. Dia tersenyum semringah menanggapi ucapan Nicole. Setelah itu, dia melangkah cepat meninggalkan rumah sakit menuju rumah pemilik perkebunan.
Dalam perjalanan menuju kebun, Berliana yang menggunakan becak, menangis tersedu. Dia sangat takut kehilangan putrinya. Hanya Nicole hartanya yang paling berharga dan satu-satunya.
"Aku tidak tahu kenapa Tuhan memilihku sebagai salah satu manusia yang hidup ditakdir yang keras ini. Entah dari sisi mana Tuhan melihat ketangguhan dan kemampuanku untuk melewati semua ini. Setiap malam harus menangis karena kasihan pada diri sendiri. Setiap hari harus berpura-pura terlihat baik-baik saja."
"Dihadapan semua orang terutama putriku, aku harus menahan rasa mengeluh, rasa hancur, rasa ingin marah, semua ku tahan sendirian. Bagaimana Tuhan bisa berikan ujian seberat ini padaku yang lemah? Bagaimana Tuhan bisa percaya aku mampu, sedangkan diriku sendiri ragu? Aku benar-benar sampai di titik pasrah, pintaku pun pada Tuhan tidak banyak, sekiranya memang ini sudah jalanku, kuatkan aku pada apa yang telah menjadi takdirku ini."
Sampai diperkebunan, Berliana langsung menemui mandornya. Pria itu tersenyum melihat kedatangannya. Siapapun tahu jika Budi, sang mandor sangat menyukai Berliana.
"Maaf, Pak. Saya masih belum bisa bekerja. Nicole masih di rawat," ucap Berliana begitu sampai dihadapan pria itu.
"Tidak apa. Kamu fokus saja untuk pengobatan dan perawatan Nicole," jawab Budi.
"Pak, saya mau minta semua uang bayaran saya untuk membayar pengobatan Nicole," ucap Berliana lagi.
Budi menatap Berliana. Dia kasihan melihat nasib wanita itu yang harus menghidupi putrinya seorang diri. Suatu hari Budi pernah melamarnya, tapi Berliana menolak dengan alasan masih betah hidup berdua dengan Nicole saja.
"Aku hitung dulu berapa uang kamu. Tunggu di sini," ucap Budi. Dia masuk ke dalam ruang kerjanya. Ingin mengambil catatan keuangan. Berliana berharap uang yang akan dia terima akan cukup untuk biaya rumah sakit.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MNTAN POLWAN KNP GK LAMAR JADI SECWAN (SECURITY WANITA).. MLH JDI TUKANG KEBUN
2023-09-26
1
Abie Mas
berliana jua mahal napa ga mau sama budi
2023-09-15
0
🌷💚SITI.R💚🌷
semangaaat
2023-08-13
0