Adnan pulang ke rumah. Ia melihat kedua adiknya yang bernama Syakira dan Ahnaf dirumah, sebab keduanya mondok dipesantren yang dikelola oleh ibu sambungnya, Nazla.
Sosok Nazla adalah orang yang selama ini membentuk dan menjadikannya manusia yang kini penuh dengan akhlak, adab dan juga hafisz.
Sosok itu sangat berjasa dalam hidupnya, meskipun hanya seorang ibu sambung baginya, namun kasih sayangnya seluas samudera.
Saat Ia menuju lantai dua kamarnya, sama- samar Ia mendengar suara lantunan ayat suci yang dirafalkan oleh ibu sambungnya, Nazla.
Lantunan itu begitu sangat merdu dan membuat hatinya begitu tenang dan merasa nyaman.
Ia menapaki anak tangga dan sebuah suara mencegahnya.
"Adnan"
Pemuda itu menoleh ke suara yang memanggilnya, seorang pria paruh baya dan berwajah tampan tampak berdiri dilantai dasar sedang menatapnya.
Adnan kembali turun dan menghampiri pria paruh baya itu yang tak lain adalah Reno, sang Papa.
Lalu Adnan menyalim tangannya dan memandang wajah teduh dihadapannya.
"Ya, Pa"
"Bagaimana tentang pekerjaanmu hari ini?"
"Adnan mandi dulu ya, Pa.. Selesai shalat Maghrib nanti Adnan samperin, Papa" ucap Adnan sesopan mungkin.
Reno menghela nafasnya "Baiklah, ya sudah.. " ucap Reno, lalu beranjak ke kamarnya yang berada dilantai dasar dan saat pintu dibuka, suara lantunan ayat suci itu jelas terdengar dan membuat Adnan semakin merasakan kesejukan dihatinya.
Lalu Reno menutup pintu kamarnya dan Adnan bergegas ke kamarnya untuk membersihkan dirinya dan akan melaksanakan shalat berjamaah di mesjid pesantren milik Nazla, Mama sambungnya.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya, Adnan segera bergegas memakai pakaian shalatnya dan menuju mesjid pesantren.
Sesampainya dimesjid, Ia bertemu dengan Papanya, lalu Adnan menjadi imam dalam shalat Maghrib saat ini.
Setelah selesai, Ia masih berdiam diri di mesjid sembari menunggu masuk waktu Isya.
Ia memandang bangunan pesantren dan ingin rasanya Ia menjadi seorang tenaga pengajar dipesantren tersebut.
Namun Ia harus menerima kenyataan jika Ia harus bekerja diperusahaan milik Papanya.
Adnan mendenguskan nafasnya, dan mencoba menerima takdirnya dan haru Ia jalani sesuai dengan apa yang digariskan untuknya.
Setelah shalat isya berakhir. Adnan berjalan menuju pulang ke rumah menyusuri koridor pesantren. Saat itu Ia kembali terbayang beberapa tahun yang lalu saat Ia menunggu seorang wanita shaliha yang selalu menggunkan cadar di ujung lorong untuk menyetorkan hasil hafalannya.
Saat itu Ia menjadikan wanita bercadar itu sebagai semangatnya dalam menghafal Al-Qur'an dan menajdikannya seorang hafiz.
Wanita itu juga yang menjanjikannya akan mengirimkannya ke negeri Mesir untuk menempuh pendidikan S1 dan S2-nya.
Dan ternyata siapa menyangka jika wanita itu juga telah menjadi ibu sambungnya yang begitu penuh cinta kasih seluas samudera
Saat kenangannya tentang masa lalu terngiang kembali, tiba-tiba sebuah tepukan lembut dipundaknya mengejutkannya.
Seorang gadis cantik berhijab syar'i sedang berdiri dibelakangnya dengan membawa beberapa kitab digenggaman tangan kanannya dan menempel didadanya.
"Raisya" seru Adnan, lalu memeluknya dengan penuh kerinduan.
"Kakak..! Kapan pulang?" tanya Raisya sembari terseduh. Hampir 8 tahun lamanya mereka tidak pernah bertemu, dan itu membuat mereka harus terpisah jarak dan waktu.
"Baru 3 hari, Sayang. Wah! Sekarang adik perempuan kakak sudah menjadi ustazah" celoteh Adnan kepada Raisya yang kini memandangi adiknya yang menggunakan gamis dan hijab Syar'i yang hampir menutup seluruh tubuhnya, kecuali wajahnya.
"Ini semua karena Bunda, Kak" jawab Raisya yang menyebutkan jasa seorang wanita ibu pengganti bagi mereka.
Adnan menganggukkan kepalanya, pertanda Ia mengetahui siapa yang disebutkan oleh sang Adik, siapa lagi jika bukan Nazla, sang ibu shaleha yang penuh dengan ketulusan, wanita bercadar yang menyayangi mereka sepenuh hati dan jiwa.
"Kak.. Aku ke kelas dulu, Ya. Ada sedikit materi untuk santri putri" ucap Rasiya berpamitan sembari menyalim tangan Adnan.
Adnan menganggukkan kepalanya, menatap sang adik yang kini sudah tumbuh menjadi remaja yang sangat begitu menyejukkan hati dan pandangan.
Lalu Adnan melangkah menuju pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, tampak Nazla sang Ibu pengganti sedang menata makan malam dimeja makan dan tampak sebuah rantang berisi makanan yang sama yang terhidang dimeja makan Ia sisihkan, sepertinya itu untuk Raisya dan juga Ahnaf sang adik yang sedang berada dipesantren.
"Adnan, sini duduk, makan malam sudah siap" ucap Nazla sangat lembut dan sopan.
"Iya, Bun. Adnan ganti pakaian dulu" jawab Adnan sesopan mungkin. Ia begitu menghormati wanita shaleha sekaligus bersahaja itu sebagai orangtuanya.
Lalu Adnan beranjak ke lantai dua dan menuju kamarnya dan mengganti pakaiannya.
Sementara itu, Reno sang Papa baru saja leluar dari pintu kamar dan menuju meja makan.
Tak ingin kedua orang tuanya menunggunya lama, Ia bergegas menuju meja makan dan makan malam bersama.
Tampak Nazla, Bundanya itu sedang melayani makan malam Papanya, lalu menyodorkan piring kosong kepada Adnan.
"Makanlah, kamu pasti capek karena bekerja seharian" ucap Nazla, sembari mengambil piring kosong miliknya sendiri.
Adnan menganggukkan kepalanya, Ia mengambil makan malamnya dan mulai menyuapkannya.
Saat sedang makan, suasana hening, tanpa ada yang berbicara hingga makan malam selesai.
Nazla membereskan sisa piring kotor dan menutup sisa makan malam dengan tudung saji. "Mas, Nazla mau ke pesantren anterin makanan buat Raisya dan juga Ahnaf" ucap Nazla meminta ijin kepada Reno, suaminya yang juga merupakan papa Adnan.
Reno menganggukkan kepalanya dan Nazla menyalim tangan suaminya, lalu beranjak ke pesantren yang hanya berada dibelakang rumahnya saja.
Lau Reno menatap pada Adnan "Bagaimana pekerjaan hari ini?" tanya Reno sang Papa setelah kini mereka hanya berdua saja.
"Alhamdulillah baik, Pa! Semua berjalan dengan lancar. Rencananya Insya Allah besok mau adakan rapat dengan perusahaan yang memiliki produk paling laris dipasaran" jawab Adnan santai.
"Baguslah, Papa percayakan semuanya padamu kalau begitu papa mau beristirahat dulu, jika ada kendala, kamu bisa bertanya pada Papa" ucap Reno, lalu beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya yang berada dilantai satu dekat dengan tangga menuju lantai dua.
Sejak menikah dengan Nazla, Reno terpaksa tinhgal dirumah milik Nazla yang merupakan warisan dari orangtuanya dan ini semua karena Nazla harus mengurus pesantren. Hingga membuat rumah milik Reno terbengkalai karena tidak ditempati, namun tetap dirawatnya.
Adnan menghela nafasnya, lalu Ia menuju ke kamarnya, dan ingin beristirahat, sesaat bayangan wajah gadis berhijab pashmina di Mall yang Ia temui tanpa sengaja itu.
Namun dengan cepat Ia menepis bayangan tersebut, Ia takut fikirannya ternodai dengan hal-hal yang kotor.
Adnan membuka layar laptonya. Lalu Ia melakukan perekaman murottal yang dilantunkannya dengan begitu sangat indah dan merdu, sebab Ia pernah mengikuti cabang MTQ tingkat internasional dan memenangkan sebagi Qori terbaik.
Setelah membaca satu surah lanjutan siang tadi, Ia kemudian mengunggahnya di chanel akun pribadinya dan membagikannya pada publik.
Ya.. Diam-diam Ia selalu membuat konten tentang keagamaan yang membuat sebuah kata-kata inspirasi dan juga nasehat.
Sehingga tanpa sadar Ia telah menghasilkan pundi-pundi uang yang sangat melimpah dari hadil pembuatan kontennya yang diikuti oleh lebih 1 juta pengikut, dan pundi uangnya Ia bagikan kepada beberapa panti asuhan dan juga orang terlantar lainnya serta fakir miskin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Rita Susanti
semangat thor up jangan kendor ditunggu terus pokoknya
2023-07-25
1
V3
Adnan akan selalu menyimpan nama Najma di hati nya ,, teman kecil sekaligus Saudara jg
2023-07-25
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
papa nya Adnan beruntung mendapatkan istri sholehah, tajir lagi
2023-07-25
0