episode 4

Zea kembali mendongak pada Kenzo. Namun laki-laki itu telah berlalu dari hadapannya. Zea kaget karena ini pertama kalinya ia bertemu lagi dengan Kenzo setelah beberapa tahun lalu laki-laki itu meninggalkannya. Zea menatap Nayla yang sedang tersenyum padanya.

Ternyata kamu biasa saja sama aku a. Tak ada canggung, secepat itu kah rasa itu benar hilang? Batin Zea

"Gue rasa, Abang gue masih sayang sama Lo ze. Terbukti dari cara dia yang masih bisa nurutin elo tadi." ujar Nayla.

Zea memperhatikan punggung tegap itu berlalu dari hadapannya dan dikejar oleh Vaola. Tapi bukan itu fokusnya saat ini.

Benarkah, rasa itu masih ada? Atau aku hanya sedikit senang karena kata-kata Adikmu?

"Kenapa gue harus liat Abang Lo lagi Nay?" tanya Zea tanpa mengalihkan pandangannya dari kedua sejoli yang sedang berargumen itu. Sejoli yang beberapa menit lalu baru saja putus dihadapan mereka.

"Mungkin doa gue selama ini Akhirnya Allah kabulin Ze, biar kalian bisa sama-sama lagi." ujar Nayla dengan santai.

Zea diam sebentar sambil masih memperhatikan Kenzo yang sudah menaiki motor sport hitam metaliknya. Laki-laki itu pergi meninggalkan wanita yang sedari tadi meriakinya.

"Perjalanan gua masih panjang Nay, Abangmu sudah dewasa. Dia udah umurnya untuk menikah. Sedangkan aku? Meskipun saat ini, sudah umur 20 tahun. Tapi aku masih SMA kelas 3 Nay. Dan itu karena-..." belum sempat Zea meneruskan kata-katanya Nayla langsung menyela.

"Dan itu karena lo bucin parah sama abang gue," sela Nayla pada Zea. membuat mata Zea membulat sempurna.

"hyaa !!!" sentak Zea.

"Apa? Faktanya gitu kan? Elu rela gapyear sekolah cuma karena Abang gue yang gak tau diri itu !! Emang dasar ya si Kenzo gak pernah bersyukur punya lo. Gila emang tuh cowok, Apa perlu gue sekap dia dikamarnya Zea?" katanya sambil tersenyum jail menaik turunkan alisnya.

"Bukan Abang lo yang gila, tapi lo yang gila. Heran gue, ada gitu ade yang merencanakan hal kek begitu." Zea bersidekap menghadap kearah Nayla dengan sinis.

"Adu--duuhh ... Ada yang belain Abang gue nih. Kalo dia denger besar kepala nih dia. Untung dia udah balik," sindir Nayla. Zea merotasikan matanya malas. Jengah dengan sikap Nayla yang absurd.

"Kayanya gue kurang istigfar tadi subuh, hari gue berantakan banget," ujar Nayla sambil memijat pelipisnya dia bingung dengan sikap Nayla. Apa lagi dengan kata-katanya.

"Udahlah, yang penting gue seneng hari ini dia putus sama tuh nenek lampir. Akhirnya mata Abang gue kebuka juga, kalo tuh cewek ga bener," ucap Nayla dengan tersenyum lebar. Zea bisa melihat binar kebahagiaan di wajah Nayla.

Jujur, Zea pun senang akhirnya Kenzo memutuskan hubungannya dengan wanita itu. Bukan, bukan karena ia ingin Kenzo kembali. Hanya saja ia tak ikhlas melihat Kenzo harus berumah tangga dengan wanita gila seperti Vaola. Tapi ... Apakah itu benar-benar putus? Bukankah dulu pun dia sering putus nyambung dengan Kenzo saat melewati perdebatan.

"Ya Allah aku mikir apa sih !" gumamnya.

"Lo ngomong apa Ze?" tanya Nayla.

Zea kaget refleks menepuk muka Nayla yang kini terkekeh. Pasalnya Nayla seperti sengaja tiba-tiba ada tepat di wajah Zea

"E-enggak gue gak ngomong apa-apa" elak Zea gugup.

"Hemm, seneng ya lo Abang gue putus," ujar Nayla sambil memicingkan matanya dengan senyum misterius.

"Astagfirulllah," Zea meraup wajahnya karena frustasi menghadapi Nayla. Ia mendelik sinis pada Zea yang sedang menaik turunkan alisnya.

"Kamu jangan terlampau bahagia dulu. Kadang saat kita terlalu bahagia, akan ada kesedihan yang melanda. Jangan lupa kalo wanita itu gila. Dan bisa jadi Abangmu hanya emosi saja. Toh dia dulu juga gitu pas sama aku, sering mutusin sepihak tapi akhirnya balik lagi." ujar Zea tanpa menyadari jika dia sudah keceplosan pada Nayla.

"Aduh, ada yang flashback nih. Bau-bau hawa balikan tercium lagi. Ehem!" sindir Nayla lagi.

Zea yang baru menyadari jika dia keceplosan membulatkan matanya sampai mulutnya menjadi bulat.

"Aarrrghhhh Naylaa ...!!" teriak Zea frustasi. Dan berlari mengejar Nayla. Beruntuny mereka sedang ditaman yang cukup sepi. Tak ada banyak orang disana.

Nayla yang melihat sahabatnya itu frustasi pun malah tertawa terbahak-bahak melihat muka Zea. Ia benar-benar puas menjahili Zea.

Benar kata Zea, jangan terlampau bahagia. Nanti kesedihan melanda.

"Heh kalian berdua," sentak Vaola pada Zea dan Nayla.

Sontak mereka berdua pun menoleh pada Vaola yang sedang memandang mereka tajam dan dada yang kembang kempis.

Namun ekspresi Vaola tak membuat mereka berdua takut. Nayla dan Zea memang sering membuat marah Vaola. Terlebih Vaola sering menghukum mereka dengan alasan tidak jelas. Dan itu membuat Zea dan Nayla sering lolos dari catatan buku hitam sekolah.

Zea dan Nayla disekolah yang dinaungi Pondok Pesantren. Dan ada dua jenis siswa yang bersekolah di Pesantren tersebut. Ada anak asrama dan anak luar sekolah. Seperti Zea dan Nayla. Mereka memilih keluar dari pondok setelah masuk kelas 3. Zea sangat menghindari hafalan, bukan ia takut menghafal. Tapi Zea takut untuk pentas saat pelulusan nanti. Karena orang yang banyak hafalannya biasanya diasuruh pentas saat acara pelulusan.

Zea dan Nayla menatap Vaola dengan wajah datar. Mereka sudah menbak hal ini akan terjadi. Apa lagi tadi, Nayla menggagalkan aksi mereka berpacaran hingga akhirnya putus.

"Awas ya kalian !! Ibu akan memberikan kalian SP karena sudah mengganggu ketenangan guru." ujar Vaola.

"Dih ! Gak jelas lo jadi orang ! Ada juga lo yang seharusnya dapet SP, bukan kerja malah pacaran. Kan sinting," Sindir Nayla. Ia kesal karena Vaola sering semena-mena terhadapnya. beruntung selalu ada Zea yang membantunya.

"Heh mulut kamu dijaga ya ! Siapa yang pacaran hah? Abangmu itu mau kasih saya dokumen yang ketinggalan dimobilnya kemarin pas jemput saya. Jangan asal ngomong ya kalo kamu gatau" kelakar Vaola. Matanya masih saja menatap tajam pada Nayla.

"Udahlah Nay, kita ke kelas aja. Bentar lagi masuk nih!" ajak Zea. Bukannya apa-apa, bukan ia takut ada Vaola. Hanya saja saat ini Zea sedang tidak ingin berdebat dengan Vaola. Apa lagi sekarang emosinya sedang membludak karena diputusin Kenzo. Ia yakin pasti kalo diperpang semua bakal alot kek daging.

"Bentar dulu Ze, gue belum beres sama nih nenek lampir--

Kalo tadi kaga gua samperin pasti lo lagi asyik-asyikan pacaran disini. Untung deh sekarang lo udah enggak sama Abang gua lagi. Enek gue liat muka lo." sergah Nayla.

"Heh mana ada seperti itu --" ucapan Vaola tepotong dengan suara bell masuk kelas.

"Gue bilang juga apa?!" ujar Zea kesal pada Nayla. Ia menarik tangan Nayla dan berlari ke kelas setelah pamit pada Vaola.

"Kita permisi bu, Assalamualaikum" pamit Zea pada Vaola. Dia pun berlari menuju kelas setelah memberi salam pada Vaola.

"Huhh !! Waalaikum salam" Awas ya kalian !!" teriaknya.

Dengan emosi yang masih tersisa ia menatap kepergian dua orang itu. Vaola duduk di kursi taman yang tadi tidak jadi ditempati olehnya dan Kenzo. Mengingat Laki-laki itu, Vaola kembali kesal.

"Arrrgghhhh kenapa gua bis kelepasan sih gara tuh bocah. Sekarang jadi gini kan! Mas Kenzo pasti marah banget sama gue sekarang. Gimana dong, carw gue biar bisa balikan lagi Huhuu" Vaola menangis menyesali perbuatannya yang membuat dia dan Kenzo akhirnya putus. Padahal sebentar lagi mereka akan merencakan pernikahan.

"Gimana pun caranya gue harus kembali merebut Kenzo. Gue gak mau dia berpaling lagi ke Zea. Apa lagi sekarang anak itu gak ragu buat nampakin dirinya dihadapan Kenzo."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV KENZO

Setengah jam sebelumnya, saat

Aku Kenzo Malik Arsenio, usiaku 25 tahun saat ini. Sekarang aku baru saja sampai ditempat adikku menimba ilmu. Dan juga ... Tempat kerja perempuan yang akan aku nikahi rencana. Vaola Anastasya, gadis cantik yang berhasil mengalihkan duniaku dari wamita sebelumnya. Jujur, sebenarnya aku masih ragu dengan semua ini. Tapi aku tak ingin menunda-nunda lagi. Usiaku sudah cukup matang sekarang.

Aku bergegas turun dari motorku dan berjalan kearah bangku taman sambil mencoba menghubungi Vaola. Namun belum aku men dial nomornya. Ternyata ia sudah menungguku dengan senyum manisnya.

Aku gegas menghampirinya dan meminta maaf karena aku datang begitu lama dari waktu yang aku janjikan.

Saat aku ingin duduk dibangku taman. Aku tak sengaja melihat adikku yang sedang berbicara dengan eorang gadis yang sangat familiar. Karena penasaran, Aku pun menghampiri Nayla yang memang bersekolah disini.

"Aku mau ke Nayla dulu ya !" pamitnya pada Ola.

"Loh Mas" teriak Ola. Gadis itu mencebik kesal karena tak jadi berduaan dengan Kenzo.

Meski kesal ia, akhirnya ikut menghampiri Nayla mengikuti langkah Kenzo.

"Dek, kamu disini?" Panggil Kenzo pada adiknya.

Jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya kala ia melihat siapa yang sejak tadi menganggu fikirannya. Ternyata benar dugaannya itu dia. Aku kaget bukan main, wanita yang selama ini masih aku sayangi ada didepan matanya. Setelah sekian lama ia menghilang karena aku kecewakan.

"Neng," panggilku refleks saat aku melihatnya.

Kulihat wajahnya terkejut dan menatapku dengan sendu. Aku tak kuasa melihatnya, meskipun ia tetap tersenyum saat aku panggil. Namun ia langsung menunduk seolah masih menghindariku.

Sekecewa itukah kamu? Sampai melihatku pun enggan? Bukankah sudah kukatakan alasanku?

Aku kecewa ! Tapi aku tau, mungkin hatinya lebih sakit dan luka itu pasti membekas hingga sekarang. Meskipun itu semua sudah berlalu.

Ia masih sama, gadis manis yang aku temui 9 tahun yang lalu. Meski pakaiannya feminim, namun dari gaya nya berdiri masih saja tomboy seperti dulu. Ia tak banyak berubah. Masih seperti dulu tetap terlihat menarik dan manis. Bagiku dia memang tak cantik, tapi manis. Kecantikannya akan terlihat saat ia sedang tersenyum dan menampilkan lesung pipinya.

"Aa ngapain kesini hah?" aku tersentak kaget saat mendengar adikku berteriak. Astagfirullah, sungguh aku malu mempunyai adik laknat seperti dia. Bisa-bisanya dia meneriaki kakaknya seperti itu.

Lea menegur adikku dengan lembut. Ahh, aku kembali memanggil namanya setelah sekian lama. Dulu ia sangat senang jika aku memanggil nama itu. Tapi, sekarang, apakah masih aku yang memanggilnya seperti itu?

Aku memarahi adikku karena kesal dia telah berlaku tak sopan pada kakaknya sendiri. Namun lagi-lagi ia tak mengindahkan teguranku. Nayla memang berbeda dari wanita lain. Apa lagi dengan Lea, sangat-sangat jauh berbeda bagai langit dan bumi.

Lagi-lagi aku menegur adikku dengan membentaknya. Aku lepas kendali karena sikapnya akhir-akhir ini sering membuatku pusing. Aku tak tau kenapa dia bisa benar-benar berubah seperti ini. Padahal dulu dia tak separah ini kelakuannya.

Kali ini Lea yang menegurku karena aku terlalu terbawa emosi. Aku kalah, dan aku sadar apa yang sudah aku lakukan itu salah. Entahlah, hanya pada Lea aku luluh seperti ini. Sedari dulu, hanya dia yang bisa membuatku bungkam dan menuruti apa yang dia katakan.

Kali ini, Vaola pun ikut andil menengahiku, ia memegang pergelangan tanganku mungkin agar aku tenang. Tapi anehnya, kali ini aku malah risih saat dia memegang tanganku. Aku malah takut Lea salah paham karena melihatku diperlakukan seperti itu oleh pacarku sendiri. Padahal aku sudah tak ada apa-apa lagi dengannya.

Nayla kembali berulah dengan meludah seolah jijik melihat perlakuan Vaola padaku. Aku mengerutkan keningku, aku baru menyadari satu hal. Apakah adikku ini sangat membenci pada kekasihku ini. Padahal yang kulihat selama ini, ia seperti biasa saja. Tapi sekarang.. Ahh sudahlah biar itu menjadi urusan nanti pikirku.

Namun aku yang sedari tadi masih kesal pada Nayla lagi-lagi tak bisa menahan emosiku. Aku hampir saja menampar adikku jika tak dicegah oleh Lea. Ia dengan lantang menawarkan diri menjadi pelampiasan kekesalanku. Aku lemas, tiba-tiba hatiku mencelos saat melihat netra itu menatapku dengan marah.

Apa kamu membenciku Neng? Neng Lea yang kukenal tak pernah menatapku seperti itu. Tapi sekarang kamu berani menatapku seperti itu, meskipun itu kau lakukan untuk membela adikku sendiri. Tapi, entah mengapa aku kecewa.

Sesakit itukah hatimu? Andai kamu tau yang aku alami selama ini Neng.

Hatiku sesak kala melihat netra itu terlihat diliputi amarah. Tapi aku mencoba terima, karena disini aku yang bersalah karena tiba-tiba meninggalkannya.

Aku mengalah dan meminta maaf, lidahku tiba-tiba kelu dan kalimatku pun terbata-bata. Aku menyesal telah lepas kendali. Andaikan aku tak berniat menampar adikku. Aku takkan melihat Lea seperti barusan. Aku meminta maaf pada adikku, meskipun ia malah membuang muka. Aku menghela nafas kasar, biarlah dia memang adik laknat.

Kali ini, Vaola yang menegur adikku yang karena bersikap kurang ajar. Namun, lagi-lagi aku melihat sikap arogan Nayla terhadap Vaola. Sungguh aku heran dengan sikap adikku yang seperti membenci kekasihku.

Ada apa sebenarnya ini, mengapa Nayla tiba-tiba bersikap seperti ini. Nayla memang beberapa kali kerap mengutarakan ketidak sukaannya pada Vaola padaku. Tapi selama ini aku tak menanggapi semua yang ia bicarakan padaku. Karena aku berfikir Nayla hanya butuh waktu untuk menerima Vaola.

Perlakuan Nayla memang sangat berbeda Vaola. Tidak seperti saat aku berpacaran dengan Lea. Dulu dia sangat antusias saat aku memilih Lea menjadi kekasihku. Dia terihat sangat senang karena aku berhasil merebut Lea menjadi milikku dibanding melihat Lea menjadi pacarnya yang dulu katanya. Namun karena beberapa hal kami harus berpisah, lebih tepatnya aku yang memilih meninggalkannya. Karena aku mengkhianati kepercayaannya saat itu.

Melihat perdebatan adikku dengan Nayla. Aku semakin yakin jika ada sesuatu yang membuat mereka seperti itu. Tak mungkin hanya karena Nayla tak setuju aku dengan Vaola.

Aku harus selidiki, ini pasti ada yang gak beres.

Saat sedang berfikir, aku terkesiap saat melihat Vaola akan melayangkan tangannya hendak menampar pipi Nayla. Aku segera mencekal tangan Vaola.

"Berani kamu menampar adik saya!!" aku membentak Vaola, tak terima dengan apa yang akan ia lakukan pada calon adik iparnya.

Lea tak pernah seperti ini, bahkan ia sangat menyayangi Nayla. Aku jadi semakin ragu untuk mempersunting Vaola menjadi istriku. Lebih baik aku akhiri saat ini juga, dari pada aku menyesal karena telah menikahinya nanti.

Aku memutuskan hubunganku dengan Vaola saat itu juga. Aku harus segera pergi dari sini, tak lupa aku mengucapkan terimakasih pada Lea karena jika tak ada dia, mungkin adikku sudah menjadi sasaran aku dan Vaola.

Aku berlalu meninggalkan taman sekolah. Masih kudengar teriakkan Vaola padaku. Sampai saat aku dekat dengan motorku. Ia mendekatiku dan memegang tanganku.

"Mas, kamu gak serius kan mutusin hubungan kita? Kita udah mau nikah loh mas !" rengeknya.

Aku muak melihat wajahnya saat ini. Aku baru sadar jika gadis ini hanya bisa merengek dan mengeluh. Mengapa aku baru menyadarinya sekarang.

"Sudahlah Ola, Aku capek. Lebih baik kamu kembali ke kantormu, ini sudah habis jam istirahat." cetusku.

"Mas aku gak mau putus," rengeknya lagi sambil masih memegang tanganku.

"Vaola, terimakasih kamu sudah mengisi hari-hariku. Tapi aku lebih menyayangi adikku yang hampir kau sakiti. Jika sekarang saja kau berani seperti itu pada adikku. Bagaimana pada ibuku. Bagaimana jika kamu nanti punya anak? Aku sudah tak bisa mentolerir ini Ola. Aku harap kamu bertemu dengan laki-laki yang lebih baik dariku aku tak bisa menjadi pendampingmu. Aku pamit, Assalamualaikum," aku segera menaiki motorku dan berlalu meninggalkan halaman pesantren. Aku tak pedulikan teriakan Vaola padaku. Hatiku tiba-tiba tertutup untuknya.

Jalan Allah memang tak pernah terduga. Allah tunjukkan sifat aslinya sebelum pernikahan terjadi. Aku bersyukur dengan hari ini. Meski aku jadi goyah karena melihat Lea.

Apa aku masih bisa mengejarmu ?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Terpopuler

Comments

Viva/Vivian

Viva/Vivian

Jangan biarkan kami terlalu lama menunggu next chapter 🥺

2023-07-19

2

Arisu75

Arisu75

Ngga nyangka sebagus ini!

2023-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!