Pada jam 15:30 bel sekolah berbunyi, \*\*\* (Kegiatan Belajar Mengajar) berakhir. Seluruh siswa dengan wajah riang mulai berhamburan keluar dari kelas masing-masing. Inilah salah satu waktu yang selalu di tunggu oleh mereka saat di sekolah, pulang.
Kelas XI IPS 3 yang selalu berisik itu kini tampak sepi. Hanya ada Langit di dalamnya yang sedang membaca buku sambil menunggu lingkungan sekolah benar-benar sepi dari siswa-siswi yang lainnya. Karena Langit tidak terlalu suka keramaian, itulah alasan Langit mengapa setiap hari pulang paling akhir. Dia lebih suka sendiri bersama kesunyian.
Sebenarnya Langit tidak hanya sedang membaca tapi juga belajar. Karena pada saat Bu Seli yang merupakan guru Ekonomi, menjelaskan materi Bab 2 tentang perpajakan dalam pembangunan ekonomi dia tidak fokus mendengarkannya. Sehingga dia pun sama sekali tidak memahami materi tersebut. Dan semua itu gara-gara seorang laki-laki bernama Gio.
Langit tidak tahu apa yang harus di jawabnya saat nanti dia bertemu lagi dengan Gio. Jika dia memilih untuk ganti rugi, maka dari mana dia akan mendapatkan uang sebanyak itu. Tetapi jika dia memilih untuk menjadi pacar pura-pura, maka kehidupan sekolahnya tidak akan tenang.
Dia tidak ingin berurusan dengan orang yang berbahaya seperti Gio. Dari yang pernah di dengarnya, laki-laki itu terkenal karena kenakalannya yang sudah tidak terhitung jumlahnya. Mungkin yang paling parah diantara aksi nakalnya itu adalah membuat teman sekelasnya masuk rumah sakit dengan kondisi tubuh penuh luka. Tidak heran kenapa dia di juluki sebagai monster tanpa ekspresi.
Jam menunjukkan pukul 16:00 itu artinya sudah setengah jam Langit menghabiskan waktunya untuk belajar. Dia pun segera membereskan alat tulisnya ke dalam tas. Saat keluar dari kelas ada suara seseorang memanggilnya.
“Langit.”
“Pak Doni, ada apa?”
“Jadi begini, Bapak minta tolong sama kamu untuk ambil buku kehadiran siswa di kelas 12 IPA 5. Soalnya Bapak buru-buru ada urusan penting.”
Langit masih diam tidak menjawab. Dia ingin menolak tapi tidak bisa, karena sepertinya Pak Doni benar-benar ada urusan penting yang membuatnya tidak boleh telat.
“Kalau begitu Bapak pergi dulu. Oh, ya nanti taruh aja di meja Bapak.”
Semoga enggak ketemu sama Kak Gio, Batinnya penuh harap.
Langit menghela napas sejenak saat akan memasuki kelas 12 IPA 5. Matanya menelisik setiap penjuru ruangan tersebut untuk memastikan bahwa tidak ada siapa-siapa di dalam sana. Ruangannya benar-benar lengang, semua siswa-siswi sudah pulang. Hanya menyisakan suara dari jam dinding, tinta spidol yang melekat di papan tulis, dan kursi serta meja yang tidak beraturan.
Langit melangkahkan kakinya keluar dari kelas tersebut setelah mengambil buku yang di suruh oleh Pak Doni. Namun, ada tubuh seseorang yang menghalangi pintu.
“Apa jawaban Lo?”
Langit terdiam sejenak, menatap laki-laki di depannya yang tidak lain adalah Gio dengan wajah terkejut. Kenapa dia belum pulang? Kira-kira seperti itulah yang di pikirkannya saat ini.
“Ada barang Gue yang ketinggalan.” Jelas Gio menjawab keterkejutan Langit.
“Bukannya Kak Gio kasih aku waktu untuk menjawab?”
“Gue juga bilang, kalau nanti kita ketemu lagi, maka Lo harus mempersiapkan jawabannya. Lupa?”
“Tapi ini terlalu mendadak.”
“Kalau Lo mau jadi pacar pura-pura Gue. Gue janji akan kabulin satu permintaan Lo setiap harinya.”
Langit menghela napas pasrah, “aku mau jadi pacar pura-pura Kak Gio. Hanya untuk bertanggung jawab, bukan karena hal lain.”
Gio menyerahkan ponsel yang terlihat masih baru kepada Langit. “ Ketik nomor Lo.”
Tanpa berpikir lama dia pun mulai memasukkan nomor ponselnya di kontak laki-laki itu.
“Satu-satunya hal yang Gue suka di dunia ini adalah langit.” Ucap Gio sambil menatap layar ponselnya.
Tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering yang asalnya dari ponsel Langit. Ternyata orang yang meneleponnya adalah Gio.
“Takutnya Lo masukin nomor tukang sedot WC di kontak Gue.”
...•••••...
Mentari mulai menampakkan diri. Menyambut hari yang baru. Menyinari setiap langkah kaki semua orang. Hari Senin adalah hari awal di mulainya setiap aktivitas manusia setelah berlibur di hari Minggu. Tidak sedikit orang mulai mengeluh jika bertemu hari Senin. Mereka lebih ingin berlama-lama dengan hari Minggu. Apalagi untuk seorang pelajar yang tidak ingin mengikuti upacara bendera. Hanya untuk bangun dari tidur saja terasa sangat berat dari hari-hari yang lain.
Di lapangan upacara SMA Pelita Bangsa para siswa-siswinya sudah berbaris rapi. Hanya para guru saja yang belum datang. Beberapa siswa sedang memeriksa dan merapikan setiap barisan kelasnya masing-masing. Anggota PMR sudah siap siaga di belakang untuk membantu di saat nanti ada yang tiba-tiba sakit, atau pingsan. Petugas upacara pun sudah rapi dengan selendang yang melekat di tubuh mereka sebagai penanda dari tugasnya masing-masing.
Langit berada di barisan paling depan karena tubuhnya yang kecil dan pendek. Tiba-tiba lengannya di tarik oleh seseorang dan membawanya ke tengah lapangan. Dia hanya bisa menunduk, pasrah dengan apa yang akan di lakukan oleh orang itu.
“Mohon perhatiannya! Gue sama Langit udah resmi jadian. Bagi siapa aja yang berani ganggu dia akan berurusan langsung sama Gue.” Ungkap Gio penuh ketegasan.
Seluruh siswa-siswi terkejut mendengar pengakuan dari monster tanpa ekspresi itu. Mereka semua mulai mengutarakan pendapatnya masing-masing pada teman yang lainnya. Ada yang setuju dengan hubungan antara Gio dan Langit. Ada juga yang tidak setuju sehingga memfitnah Langit melakukan hal yang tidak baik. Namun, walaupun ada pihak kontra itu tidak akan membuat Gio berubah pikiran untuk menjadikan Langit sebagai pacar pura-puranya di depan banyak orang.
“Kak Gio, kenapa harus di umumin?”
“Supaya mereka tahu.”
“Tapi enggak pas lagi upacara, gimana kalau guru-guru tahu?”
“Gue enggak peduli.”
“Tapi Kak-“
“Baris lagi, jangan nakal, jadi anak baik.” Perintahnya sambil mengelus rambut Langit.
Semua orang melihat apa yang di lakukan oleh Gio terhadap Langit. Para siswi mulai berteriak histeris melihat adegan yang menurut mereka romantis. Kejadian ini sungguh langka untuk mereka karena dari dulu Gio tidak pernah dekat dengan perempuan apalagi pacaran. Itulah mengapa dia di gosipkan menyukai sesama jenis.
Langit mengembuskan napas, pagi-pagi dia sudah di buat kesal oleh laki-laki itu. Memangnya Langit seperti anak kecil yang harus selalu di ingatkan untuk jangan nakal saat di sekolah oleh orang tuanya. Padahal yang selalu melakukan kenakalan adalah Gio monster tanpa ekspresi.
Saat Langit memasuki barisannya lagi, Naya selaku wakil ketua di kelasnya bertanya. “Langit, kok, Lo bisa jadian sama Kak Gio?”
Langit ingin menjawab bahwa dia sangat terpaksa, demi untuk bertanggung jawab atas ponsel Gio yang rusak olehnya. Tapi tentu saja dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya tentang hubungannya dan Gio. Bisa-bisa perannya sebagai pacar pura-pura Gio terbongkar. Jadi dia hanya menampilkan senyum sebagai jawaban dari pertanyaan Naya barusan.
Karena guru-guru sudah berkumpul upacara pun akhirnya bisa di mulai dengan khidmat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Raudatul zahra
seru thoorrr.. aku berasa muda lagi baca cerita ini😁😁
2023-09-24
0
Puji Lestari Putri
Susah move on
2023-07-17
0
Daina :)
Saya sangat menikmati ceritamu, jangan berhenti menulis ya author!
2023-07-17
0