Bab 3

"Nona bukankah kita akan bertemu Duke? Kenapa kita harus melakukan ini dulu?" Tanya Momo yang berguling di pangkuan Lucia.

"Apakah pikiranmu jadi tumpul sejak kita beristirahat terlalu lama? Apa kamu lupa uang bulananku yang dikorupsi oleh pelayan?" Jawab Lucia bersamaan dengan dia memutar bola matanya.

Momo tersenyum sumringah. "Wah, Nona jadi ini ajang balas dendam, hehehe aku selalu menunggu ini Nona. Tapi kenapa tidak Nona lakukan setelah bertemu dengan Duke?"

"Bukankah dengan bertemu Duke lebih dulu Nona bisa lebih leluasa mengatur pelayan dan prajurit. Lihat di bawah! Prajurit memang hadir semua tapi lebih dari setengah pelayan tidak ada."

Lucia mengelus perut Momo dan berkata, "bodoh, dengan melakukan semua ini aku menunjukkan kepada kepala prajurit bahwa sekarang aku bisa memanfaatkan kekuasaanku sebagai putri Duke."

"Dawson pasti akan menyampaikan tindakan yang kulakukan sekarang pada Lawson, kepala pelayan di kediaman Duke. Kedudukanku di mata Lawson juga akan naik."

"Lucia yang sekarang tidak bisa lagi mereka remehkan. Sedangkan pelayan yang tidak hadir, aku akan memecat mereka terutama yang berhubungan dengan Retta. Mengerti, sekarang?" Tanya Lucia yang diikuti dengan anggukan dari Kucing gendut Oren itu.

"Momo, berhenti makan! Kamu sudah terlalu gendut. Lihat berat badanmu pasti sudah lebih dari 7kg."

Lucia menyingkirkan semua cemilan dan memberikan kepada pelayan untuk dibawa pergi. Momo merengek dan berguling di lantai membuat Lucia menekan pelipisnya.

"Sejak kapan Nona memelihara kucing, ya? Perasaan, aku belum pernah melihat kucing ini sebelumnya," ujar Dawson dalam hati.

Dawson kemudian memperhatikan prajurit dan pelayan yang ada di bawah dan berbisik, "Nona sepertinya hanya mereka yang hadir. Untuk semua prajurit Nona tenang saja, mereka hadir semua tapi untuk pelayan, sebagian besar dari mereka tidak datang. Selanjutnya apa yang akan kita lakukan?"

Lucia berdiri dengan anggun dan berkata dengan suara yang bisa di dengar oleh semua orang di bawah. "Aku Lucia Lamboerge, putri satu-satunya Duke Afsan Lamboerge memerintahkan kalian untuk segera angkat kaki dari Istanaku!"

Perintah itu mengagetkan semua orang bahkan Momo menganga dengan mulutnya hampir menyentuh lantai. Pupil mata Dawson bergetar sebentar sebelum dia menutup mata dan menghela napas. "Habislah, kami semua akan dipecat. Dimana lagi kami bisa mendapat pekerjaan yang bagus seperti di kediaman Lamboerge ini?"

Prajurit semua berlutut diikuti semua pelayan. Seorang pelayan menangis terisak. "Nona hamba mohon jangan pecat hamba. Hamba memiliki 2 orang anak yang butuh makan dan juga orang tua yang tidak bisa lagi bekerja. Hamba mohon pada Nona."

Pelayan itu tidak ragu bersujud dan mengetukkan kepalanya dengan keras beberapa kali hingga berdarah. "Berhenti! Kamu diberi kesempatan!" Ucap Lucia yang memberi angin segar untuk yang lainnya.

"Pelayan itu sudah menunjukkan keseriusan dengan bersujud padaku. Jadi aku menerimanya dengan senang hati. Tapi untuk kalian yang tidak memiliki inisiatif untuk memohon aku juga akan memberi kalian kesempatan."

"Untuk pelayan tampar diri kalian lima kali sekuat tenaga. Untuk prajurit tampar wajah kalian sepuluh kali sekuat tenaga. Ingat untuk sekuat tenaga, jika tidak ada darah yang mengalir aku tidak akan menerima ketulusan kalian."

Satu kata untuk Nona Lucia. Kejam. Dia sangat kejam. Sejak kapan Nona Lucia berubah jadi kejam dan berdarah dingin seperti ini?

"Aku tidak buta dan tidak tuli atas perlakuan kalian selama ini. Penghinaan yang kalian lontarkan di belakangku serta sikap acuh kalian saat aku disiksa. Aku tidak akan lupa."

"Kalian bebas memilih, untuk mengundurkan diri dari pekerjaan ini atau menampar diri sendiri. Tapi aku pastikan untuk kalian tidak akan mendapatkan pekerjaan apapun selain mengemis di jalanan."

Suara tamparan keras menggema di aula itu diikuti oleh tamparan-tamparan lainnya. Perkataan Nona mereka benar. Mereka terlalu pengecut untuk membantu. Tidak hanya tidak membantu, mereka malah ikut menggosipkan Lucia.

Pada tamparan terakhir wajah mereka bengkak, hidung berdarah, bahkan ada yang meneteskan darah dari bibirnya. Mereka memohon pengampunan Lucia untuk membiarkan mereka tetap bekerja di sana.

Ancaman Lucia tentu saja sukses menakuti mereka. "Aku tidak akan sekejam itu untuk memecat kalian setelah menunjukkan permintaan maaf kalian yang tulus ini."

Senyum lembut Lucia nampak membuat suasana Aula lebih dingin dari sebelumnya. Setelah melihat kekejian ini bagaimana seseorang bisa tersenyum bahagia?

Apakah Nona Lucia menjadi psikopat karena disiksa terus menerus oleh Retta? "Apa kehidupan kami akan baik-baik saja di sini?" Pikir beberapa orang yang telah menampar diri mereka.

Lucia mengangkat Momo kepelukannya. Ia lalu berkata pada orang-orang di bawah, "Kalian bisa tetap bekerja. Pergilah ke ruang kesehatan untuk memulihkan diri dan minum obat untuk menyembuhkan luka."

"Terima kasih, Nona," ucap mereka serempak.

"Dawson, untuk pelayan yang tidak datang pastikan mereka untuk dipecat dan tidak bisa bekerja dimana pun."

"Jika ada yang bekerja sama dengan Retta, masukkan mereka ke penjara."

"Periksa juga buku keuangan kita dan pastikan Retta dan anteknya menjalani hukuman yang setimpal."

"Ah iya, masukkan juga anak dan suami Retta ke Penjara. Kamu tentu tidak lupa apa yang mereka hampir lakukan kepada saya."

"Baik Nona,saya akan laksanakan semua perintah Nona" jawab Dawson dengan membungkukkan sedikit tubuhnya tanda penghormatan kepada keturunan Duke.

Lucia pun pergi menuju Kediaman Duke Afsan yang cukup jauh dari istananya. Istana Jasmine terawat cukup baik dari luar, tapi jika di lihat dari dalam sungguh memprihatinkan.

Tibalah Lucia di depan Istana yang cukup megah. Kediaman Lamboerge tertulis di atasnya. Sebelum sempat memasuki kediaman, Lucia dihadang oleh dua orang penjaga pintu masuk.

"Aku adalah Lucia Lamboerge, putri Duke Afsan Lamboerge. Biarkan aku masuk untuk menemui Duke," perintah Lucia kepada penjaga yang membuat mereka saling berpandangan dan terlihat tidak percaya.

"Maaf Nona Lucia, Duke memerintahkan kami untuk tidak membiarkan orang sembarangan masuk tanpa ijin," ujar penjaga tanpa ekspresi.

"Maaf, apakah Nona sudah membuat janji dengan Duke, sebelumnya?" Tanya penjaga lainnya.

"Aku belum membuat janji. Tapi kalian bisa mengatakan pada Duke bahwa aku ingin bertemu. Jika aku harus menunggu lama...." Lucia memperhatikan sekitarnya dan melihat ada Gazebo yang cukup indah dan menunjuk ke arah sana.

"Aku akan menunggu di sana. Kalian bisa memanggil pelayan untuk membuat camilan dan teh selagi aku menunggu."

Setelah mengatakan itu, Lucia segera menuju Gazebo dan duduk manis menunggu camilan meninggalkan kedua penjaga kediaman dengan keadaan canggung.

Mereka pun menghela napas dan salah satu dari mereka menjalankan perintah Lucia dan yang lainnya tetap berjaga di depan pintu kediaman.

Benar adanya Lucia harus menunggu sedikit lebih lama hingga camilan dan teh pun berdatangan. Pelayan yang mengantar camilan pun tidak memberi hormat dan tanpa ekspresi. Pelayan itu pergi begitu saja setelah mengantarkan camilan dan teh.

"Nona, kamu benar-benar diremehkan. Kalau aku jadi kamu, aku akan menyiram wajah pelayan tadi dengan teh panas ini," gerutu Momo.

Lucia hanya tersenyum dingin. Kadang dia menepis tangan Momo yang mulai menghabiskan camilan. Tampilan Momo yang menggemaskan dengan mata yang ingin menangis membuat Lucia mengalah dan membiarkannya menghabiskan camilan.

Terpopuler

Comments

Frando Kanan

Frando Kanan

ckckck 🙄....dpt pekerjaan bgs tpi....knp mlh jd pemalas? ckckck 🙄

2023-10-08

2

Wanda Wanda i

Wanda Wanda i

100% suka😍😍😍

2023-10-05

0

ella ellie

ella ellie

Seru banget, thor harus cepat update lagi dong!

2023-07-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!