Rumah sakit

Aliliana berjalan gontai dengan harapan anggota keluarganya sudah selesai dengan ritual makan malamnya.

Sempat berusaha mengirim Zian pesan singkat tetapi Aliliana tak juga mendapat balasan.

Aliliana masih berusaha berfikir positif, meski itu susah. Susah setengah mati saat harus meninggalkan suaminya dekat dengan perempuan lain.

Tetapi apa boleh buat, Aliliana melenggang dari meja makan tujuannya ingin melihat ke pekaan Zian dan berharap Zian menyusulnya, kemudian di tengah itu Aliliana ingin berbicara dua mata tanpa gangguan dari ibu mertuanya.

Namun amat di sayangkan, ternyata Zian tidak juga menyusulnya, dan hal itu membuat Aliliana menjadi frustasi.

Aliliana terdiam kaku sambil sedikit harus menahan malu ketika masuk ke pintu Vvip yang di pesan suaminya.

Saat Aliliana masuk seluruh tatapan orang orang yang berada di dalam ruangan tertuju padanya, seolah mereka sedang mempertanyakan kedatangan Aliliana ke ruangan tersebut. Aliliana pun hanya bisa berdiri melongo bak patung tak bernyawa, melihat suami dan mertuanya tidak ada lagi di dalam ruangan tersebut, ruangan Vvip tersebut ternyata sudah di gunakan oleh pengunjung lain.

"Oh Maaf, saya salah masuk ruangan" ucap Aliliana sambil tersenyum kikuk, kemudian merengkuh undur diri dan menutup pintu.

padahal jelas jelas Aliliana ingat betul kalau ruangan itu adalah ruangan Vvip yang di pesan oleh suaminya, dan Aliliana tidak mungkin keliru.

Tanpa Aliliana ketahui ternyata lebih dari setengah jam yang lalu.

"Mah, aku ke kamar mandi sebentar ya" Zian meminta Izin.

"Ia" Feronika mengiakan.

Sekembalinya dari kamar mandi.

"Kita pulang sekarang?" Ajak Feronika.

"Ia" Zian menyetujui "Kalau gitu aku telpon Lili dulu, barangkali dia masih berada di area ini"

Feronika mengangguk setuju, namun tidak di sangka ternyata dia menyembunyikan sesuatu yang busuk buat Zian.

"Lah handphone ku pake acara mati lagi" keluh Zian. "Mah boleh tolong hubungi Lili?!."

"Apa yang mau kamu tanyakan sama dia?" Feronika terlihat keberatan mengikuti permintaan Zian.

"Tolong tanya, dia sedang ada di mana sekarang?"

"Dimana dia, palingan dia sudah pulang duluan" ketus Feronika.

"Syukur-syukur kalau beneran udah pulang, gimana kalau ternyata dia masih di sekitar sini, Ma?. Coba deh Mama tanya di mana dia"

"Udah, tapi nggak di bales tuh" kata Feronika berbohong padahal dia sendiri tidak mengechat Aliliana.

"Lagian, jadi perempuan kok nggak tau diri, main pergi se enaknya aja, keliatan banget 'kan nggak punya etikanya"

"Mah, sudahlah. Jangan terus menyalahkan Lili"

"Ini, nih. Pembelaan yang seperti ini yang membuat perempuan itu makin tidak tau diri, makin semena-mena. Taunya nyusahin aja"

"Mah. Udah dong jangan terus menggerutu kayak gitu, gimana udah ada balasan belum?"

"Nggak ada. Lagian, mungkin dia malas membalas pesan Mama. Kamu tau sendiri 'kan kalau kami tidak akur"

Zian menghela bingung.

"Kalau begitu saya saja yang menghubungi Lili barangkali dia mau menerima panggilan saya" usul Celia.

Tetapi Feronika mencegah "Nggak usah Celia, kamu juga tadi lihat sendiri 'kan bagai mana dia bersikap? Dia pasti marah juga sama kamu, jangan sampai kamu jadi bulan bulanan kemarahan Aliliana" Celia pun mengurungkan niat untuk mengasongkan handphonenya kepada Zian.

Zian menjadi kalut saat memikirkan kemana Aliliana pergi.

"Lebih baik kita cek saja barangkali Aliliana sudah pulang terlebih dahulu, sepertinya dia marah dan Mama rasa pasti dia sudah pulang. Nggak mungkin 'kan dia rela nungguin kita makan?. Atau mungkin dia sudah pergi ke tempat lain dan makan sendiri di sana" ujar Feronika kecut, Zian hanya diam menimbang.

"Tante Feronika benar, lebih baik kita cek saja dulu, barangkali Mbak Lili sudah pulang"

"Baiklah, kita pulang saja dulu. Sekalian aku mau ngisi batrai handphone ku"

Mungkin Zian tidak menduga bahwa Feronika (Ibunya) sudah menonaktipkan handphonenya agar tidak bisa menghubungi Aliliana.

Zian pun tidak menyadari kalau Feronika terus berusaha mencari celah untuk menjauhkan Aliliana dari Zian.

Aliliana mematung hampa setelah mengetahui kalau dirinya sudah di tinggalkan suami dan mertuanya.

Sekarang Aliliana bingung harus melakukan apa, sebab di tasnya tidak ada uang sepeser pun, Aliliana bahkan lupa untuk membawa dompetnya.

Sempat melakukan panggilan kepada orang tuanya untuk mentransfer sejumlah uang Aliliana malah lupa kalau dia tidak membawa kartu ATMnya, dia juga tidak punya aplikasi pembayaran online.

Setengah jam bahkan sampai satu jam lebih Aliliana mematung kebingungan, berkali kali menghubungi Zian tetapi lelaki itu masih belum mengaktipkan handphonenya, demikian dengan handphone mertuanya.

"Mas, kenapa kamu tega ninggalin aku sih?" Gumam Aliliana, sedih. Sekarang Aliliana merasa sudah tidak di perhatikan lagi, Aliliana benar benar benar berusaha di buang dan di singkirkan.

Aliliana duduk sambil menangis di kursi pojok'kan yang temaram, berharap Zian datang menjemputnya.

Berkali kali Aliliana menoleh ke pengunjung yang datang, berharap yang datang kali ini dan kali seterusnya adalah Zian, namun sampai malam menjadi larut Zian tak juga sampai.

Dalam kondisi kedinginan, Aliliana bangkit untuk menyebrang mencari taxi. Karena sudah berkali kali Aliliana memesan taxi online tetapi entah kenapa permintaannya sebagai customer selalu di tolak.

Aliliana juga takut untuk naik ojek Online sebab pernah mengalami trauma kecil atas kendaraan tersebut.

"Lili! Awas!" tiba tiba Aliliana mendengar seseorang berteriak kepadanya, dan di saat bersamaan tubuhnya di tarik seseorang hingga terhempas ke sisi jalan, beruntung Aliliana tidak kenapa kenapa, hanya terkena luka goresan sedikit di tangannya.

Namun lelaki yang menolong Aliliana sempat mengalami benturan di kepala hingga kepalanya sedikit bocor, Aliliana tidak sempat melihat seberapa parah luka itu, karena sang penolong langsung lari saat kerumunan orang mendatangi Aliliana.

"Hei, kepalamu berdarah!" teriak Aliliana, namun lelaki tersebut terus lari.

Kerumunan orang kian mengerumuninya, bertanya apa yang terjadi dan bagian mana yang sakit, Aliliana tidak menghiraukan itu sebab yang terluka adalah lelaki yang menolongnya dan Aliliana berharap orang orang akan pergi untuk menyusul lelaki itu.

"Saya minta maaf! kita ke rumah sakit sekarang!" sang pengemudi yang menyerempet Aliliana telah datang dan menawarkan pertanggung jawaban.

"Bukan saya, yang memerlukan Dokter tetapi lelaki itu!" tunjuk Aliliana, tetapi orang orang tidak melihat lelaki yang Lili tunjuk, hingga hanya membawa Aliliana ke rumah sakit.

..

"Nyonya saya minta maaf! sekali lagi saya minta maaf!. Tolong jangan bawa urusan ini ke pihak yang berwajib. Saya sadar saya ceroboh tapi semua itu karena saya terburu buru. Saya harus mengantar majikan saya ke resto, dan tak lama kemudian saya mendapat kabar kalau istri saya dibawa ke rumah sakit untuk melakukan tindakan persalinan, ini untuk pertama kalinya buat saya, saya panik hingga saya tidak melihat sekitar, dan menyerempet Nyonya" kata lelaki dengan kisaran usia 37 tahun tersebut.

Setelah Dokter selesai memriksa Aliliana dan pergi dari ruangannya lelaki itu tak hentinya dan terus meminta maaf, sambil membujuk Aliliana agar tidak membawa masalah ini ke jalur hukum, tampaknya lelaki itu benar benar ketakutan.

Aliliana bukanlah perempuan yang angkuh dia perempuan yang mudah tersentuh hatinya, apalagi saat mendengar bahwa lelaki itu memiliki istri yang akan melahirkan, tentu Aliliana langsung mengampuninya tanpa pertimbangan.

"Baiklah, saya tidak akan membawa kejadian ini ke jalur hukum ini berkat istrimu yang sedang memperjuangkan kelahiran anak kalian, tapi saya minta tolong untuk lain kali Anda lebih berhati hati! jangan sampai kesalahan Anda membuat Anda harus menanggung resiko yang besar. Beruntung saya tidak kenapa kenapa, tapi bagai mana bila kejadiannya malah sebaliknya, selain saya Anda dan keluarga juga akan kelihalangan ketentraman, bahkan mungkin Anda juga akan kehilangan pekerjaan Anda"

Lelaki tersebut mengangguk-angguk sambil menangis, dia juga menggenggam erat tangan Aliliana sebagai ucapan terima kasih yang banyak.

"Saya akan mengingat kebaikan Anda selamanya." Sambil menangis haru menggenggam tangan Aliliana.

"Kalau begitu, apa istrimu sudah melahirkan?"

Lelaki itu melepaskan tangannya, kemudian mengecek handphone.

Lalu berkata "Anak ku sudah lahir" Dengan air mata berlinang haru bahagia.

Aliliana pun ikut bahagia.

"Kalau begitu apa saya boleh saya melihat anak mu?" tanya Aliliana.

Dengan senang hati lelaki tersebut mengiakan permintaan Aliliana, kemudian lelaki itu mengantar Aliliana ke ruangan bersalin milik istrinya yang kebetulan berada di rumah sakit yang sama.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!