Pingsan

Aleta berlari mencari sumber suara.

Ya, karena Aleta tidak tahu dimana letak kamar Saga.

Dia belum mengenal isi rumah besar itu.

Akhirnya, dia pun menemukan kamar suaminya.

Sebelum masuk, Aleta mengetuk pintu terlebih dahulu, lalu membukanya.

"Tuan memanggil saya ?" Tanya Aleta saat masuk dan melihat sang suami sedang berdiri di samping kaca yang memperlihatkan pemandangan taman di samping rumah.

"Lama sekali !!! Sedang apa kamu berlama-lama disana ? Ingin menarik simpati kedua orang tuaku ?" Tuduh Saga.

"Tidak, Tuan... aku hanya," Aleta tidak meneruskan ucapannya.

"Berani kamu mengelak ???" Bentaknya.

"Tidak, tuan." jawabnya gugup.

"Dengar ! Buang jauh-jauh pikiranmu untuk bisa mendapat perhatian dariku dengan menarik simpati dari orang tua ku !" Ucap Saga dengan tatapan tajam membuat Aleta tidak berani menatapnya.

"Duduk, diam disitu !!! Jangan pernah berinteraksi dengan orang lain tanpa izin dari ku ! Mengerti ?!"

"Me-mengerti tuan..." Jawabnya terbata.

Saga kemudian meninggalkan Aleta sendirian dalam kamar.

Dalam kamar yang besar itu, dia tidak tahu harus apa.

Sampai kantuk melandanya. Ingin tidur, tapi dia takut suaminya marah jika dia tidur di ranjang milik suaminya.

Disudut kamar ada sebuah sofa yang bisa dia gunakan untuk merebahkan tubuhnya.

"Ahhh... Setidaknya aku tidak harus tidur di lantai." Gumamnya kemudian mulai memejamkan mata.

...

Aleta terbangun, dia sangat kelaparan sekarang.

Jam menunjukkan pukul lima sore, dan dirinya belum makan apapun dari tadi pagi.

Saga juga belum terlihat kembali.

Aleta memegang perutnya yang mulai berbunyi.

"Pasti cacing-cacing dalam perutku sedang berontak karena kelaparan. Hhh, aku juga kelaparan tau !!! Kalian pikir hanya kalian ?" Gerutunya seakan sedang berbicara dengan cacing-cacing dalam perutnya.

Waktu terus berjalan. Pukul 7 malam, Saga baru pulang.

Dia mendapati Aleta tertidur di atas sofa.

Ya, Aleta kembali tertidur.

"Bangun !!!" Sentak Saga menendang meja kecil di samping Aleta.

Aleta terperanjat hingga jatuh dari sofa tempatnya berbaring.

Melihat Saga sudah berada di dalam kamar itu, Aleta berusaha untuk berdiri, namun tubuhnya tidak kuat. Dia limbung dan akhirnya jatuh pingsan.

Sesaat Saga hanya membiarkan.

"Kau pikir dengan berpura-pura pingsan aku akan kasihan padamu ? Dasar wanita !!!"

Sepuluh menit berselang, bahkan setelah Saga selesai dari kamar mandi, Aleta tidak bergerak sama sekali.

Saga menghampirinya.

Wajahnya sangat pucat. Saga ingin mengangkat tubuh Aleta, namun dorongan amarahnya masih sangat kuat.

Tanpa sengaja Saga menyentuh dahi Aleta.

"Suhu tubuhnya sangat panas !" Gumamnya dan refleks mengangkat Aleta dan meletakkannya di atas ranjang miliknya.

Saga segera menghubungi dokter keluarga dan memintanya untuk segera ke kamarnya jika sudah sampai.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, dokter pun sampai.

"Paul ? Siapa yang memintamu datang ?" Tanya Alex yang sedang duduk di ruang tengah.

"Saga tadi menghubungiku. Dia memintaku segera ke kamarnya. Memangnya dia kenapa ?" Tanya Paul yang merupakan dokter keluarga Wilantara tapi juga masih memiliki ikatan keluarga.

"Aku juga tidak tahu. Kalau begitu aku ikut ke kamar Saga." Ucap Alex.

Alex dan Paul pun segera menuju kamar Saga.

Tok... tok... tok...

"Masuk!" terdengar suara sahutan dari dalam kamar.

"Aleta ? Kamu apakan dia, Saga ?" Sontak Alex kaget melihat menantunya terbaring dengan wajah pucat.

"Segera periksa dia, Om ! Dia pingsan." Ucap Saga kepada Paul.

"Apa ? Saga, se kejam itu kamu pada istrimu ? Sampai dia pingsan seperti ini !!" Lagi-lagi Alex kaget.

"Apa sih, Pa ?! Aku tidak melakukan apapun padanya. Aku baru saja pulang, tiba-tiba dia jatuh dan pingsan." Jelas Saga dengan malas.

Paul pun sedang menjalankan tugasnya sebagai dokter tanpa memperdulikan Perdebatan ayah dan anak di sampingnya.

"Bagaimana, Paul ?" Tanya Alex khawatir.

"Keadaannya tidak terlalu mengkhawatirkan. Dia hanya dehidrasi saja. Apa dia tidak makan dan minum seharian ini ?" Tanya Paul menatap Alex dan Saga bergantian.

"Ya, tadi saat sarapan dia belum sempat makan apapun saat suaminya ini tiba-tiba saja berteriak memanggil nya hingga dia begitu ketakutan dan langsung meninggalkan sarapannya. Tapi, aku juga tidak sadar kalau dia tidak makan sampai waktu makan malam tadi." Jelas Alex menyindir putranya yang sudah sangat keterlaluan menurutnya.

Mendengar sindiran papanya, Saga terlihat biasa saja.

Entah terbuat dari apa hati laki-laki ini.

"Baiklah, kalau begitu aku pasangkan infuse saja. Takutnya kalau harus menunggunya sadar untuk memberinya makan, itu akan lama." Ucap Paul.

"Lakukan yang menurutmu baik saja, Paul." Jawab Alex.

Setelah memasangkan infuse, Paul menulis sebuah resep dan memberinya pada Saga.

"Saga, ini obat dan vitamin untuk istrimu. Kamu bisa menebusnya di apotek." Ucap Paul.

"Suruh supir saja !" Jawabnya tanpa ekspresi.

"Saga !!! Kau sudah membuatnya seperti ini !!! Cobalah bertanggung jawab sedikit dengan apa yang sudah kamu perbuat." Sarkas Alex.

"Bukan salahku !!! Salahnya sendiri tidak makan !!! Dirumah ini makanan melimpah, salahnya sendiri tidak makan." Elak Saga.

"Dia tidak mungkin mencelakai dirinya sendiri jika bukan karena perintah darimu !" ucap Alex.

Paul yang mulai pusing dengan perdebatan ayah dan anak itu pun, menengahi.

"Sudah, sudah !!! Berikan resepnya padaku ! Biar aku saja yang menebus obatnya ! Menunggu kalian berdebat, wanita ini bisa mati konyol !!!" Paul berdiri dan meraih kertas resep itu dari tangan Saga.

"Tidak perlu !!!" Saga mengambil kembali kertas resep itu dan langsung pergi begitu saja.

Alex dan Paul hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahnya.

"Anakmu itu, Lex !!" Ucap Paul.

"Ya, begitulah ! Maklum saja." Jawab Alex.

"Kalau begitu aku pamit. Pastikan dia makan dan minum obat serta vitaminnya saat dia sudah sadar." Pesan Paul sebelum meninggalkan rumah itu.

...

Emma masuk ke kamar membawa semangkuk bubur.

Tadi Alex memberitahunya jika Aleta pingsan karena seharian tidak makan. Maka Emma meminta asisten rumah tangga membuatkan bubur untuk Aleta.

Sesaat kemudian Saga pun masuk dengan membawa kantong berisi obat dan vitamin untuk Aleta.

Melihat ada sang mama di kamarnya, Saga tidak berniat untuk berbicara apapun, sampai Emma yang angkat bicara.

"Saga, jangan terlalu kejam terhadapnya. Dia itu wanita." Ucap Emma menghampiri Saga yang sudah duduk di atas sofa, jauh dari ranjang tempat Aleta terbaring.

"Semua wanita sama saja, Ma !!! Brengsek !!!" Saga kembali emosi mengingat Liora.

"Termasuk mama ?"

Saga langsung mengangkat kepalanya menatap sang mama.

"Mama juga wanita, Saga ! Jadi, kamu jangan menganggap semua wanita itu sama. Kecuali jika kamu menganggap mama juga sama seperti mereka." Ucap Emma membuat Saga sedikit tertegun.

Sangat sulit baginya menerima kehadiran Aleta. Aleta adalah adik dari wanita yang sangat dia cintai, dulu !!! Melihat Aleta, membuatnya seperti melihat Liora. Dan itu selalu mengundang amarahnya.

"Siapa suruh kalian menikahkan ku dengannya. Dia akan menjadi bayang-bayang Liora, yang selalu membuatku murka !!!" Ucap Saga penuh penekanan dan langsung keluar meninggalkan kamarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!