"Gimana caranya supaya gue berhasil ajakin Steven ciuman?"
Renata menyemburkan minuman yang sedang diminum karena pertanyaan Reya. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Reya akan bertanya seperti ini. Dalam situasi mereka berdua sedang berada di kantin kampus sekarang.
Renata memegang dahi Reya dan tidak merasakan panas di sana. "Re, kondisi tubuh lo aman. Tapi kenapa lo tiba-tiba ngomong ngaco kayak gini? Lo lagi ada masalah cerita sama gue, jangan malah jadi gila."
Reya menatap Renata serius, bahkan tangannya ikut terlipat rapi di atas meja. "Gue gak bercanda, Renata. Jujur gue kepo gimana rasanya ciuman sama orang yang gue suka, makanya lo harus kasih gue tips gimana caranya supaya berhasil."
Renata mendorong wajah Reya yang terlalu dekat dengan dirinya. "Kayaknya pulang dari kampus, gue harus bawa lo ke dokter. Ada sesuatu yang salah sama isi pikiran lo. Mana ada orang yang minta tutorial cara ciuman sama pacarnya segala. Semua itu terjadi karena refleks dan saling sayang."
Reya menghela nafas berat dan mengaduk-aduk minumannya tanpa minat. "Berarti kesimpulannya Steven enggak sayang sama gue ya, makanya dia enggak pernah cium gue?" tanya Reya.
"Enggak gitu juga konsepnya, Rey. Setiap orang punya pemikiran berbeda-beda, bisa jadi Steven gitu karena dia menghargai perasaan lo dan dia tau kalau lo cewek baik-baik. Dia enggak mau merusak lo."
"Tapi katanya ciuman itu terjadi karena saling sayang, kok jadi merusak gue?” Reya tidak paham maksud dari penjelasan Renata.
Renata memutar otak untuk memikirkan jawaban, mengapa Reya menjadi sangat rumit seperti sekarang.
"Gini deh, gue tanya sama lo. Siapa yang udah bikin lo kepikiran soal ini?"
Reya terdiam, jelas dia tidak akan mengatakan bahwa akar dari semula permasalahan ini adalah Gara yang sangat menyebalkan. Yang ada dirinya akan semakin tampak menyedihkan di depan Renata.
"Enggak ada sih, gue cuma tiba-tiba keingat aja. Karena udah hampir dua tahun sama Steven, tapi belum pernah ciuman. Makanya gue merasa ini semua gak wajar dan seolah gue gak punya pacar."
"Udah, gak usah dipikirin. Apa yang terjadi sama lo sangat wajar kok, percaya sama gue kalau Steven lagi menjaga lo. Makanya dia enggak melewati batas."
"Tapi dia kira-kira pernah ciuman sama Jesika enggak ya?" tanya Reya kembali lesu.
Renata menggulung kertas yang ada di atas meja, kemudian memukul kepala Reya menggunakan kertas tersebut. "Udah enggak usah dipikirin, mana mau dia cium cewek yang gak dia suka. Ada-ada aja lo, Re."
****
Saat Reya pulang ke rumah, suasana di sana terasa sangat sepi dan dia tidak menemukan siapa-siapa. Apalagi suara keributan yang biasanya berasal dari Gara, tapi sekarang cowok itu sama sekali enggak terlihat.
"Re, ke sini dulu sebentar." Mamanya tiba-tiba keluar dari kamar, Reya sedikit kaget karena mendapatkan panggilan yang tiba-tiba.
Reya berjalan masuk ke dalam kamar mamanya dan duduk di atas tempat tidur. Semenjak mamanya memutuskan untuk menikah lagi, Reya baru sekarang kembali menginjakkan kakinya di sini. "Tumben Mama cepat pulang dari kantor, biasanya jam segini rumah masih sepi dan gak ada siapa-siapa."
"Jangan bahas hal enggak penting dulu, Mama panggil kamu ke sini karena ada sesuatu yang mau Mama bahas. Tentang Gara dan gitarnya, Mama udah tau semuanya dari dia."
Reya menunduk dengan memainkan jemarinya, jika berita itu sudah sampai ke telinga mamanya. Maka semuanya akan menjadi buruk dan rumit.
"Gara ngadu sama Mama?" tanya Reya. "Kayak anak kecil segala sampe hal gitu kasih tau Mama. Padahal kita masih bisa menyelesaikan masalah itu berdua."
"Gara enggak mengadu, Mama tanya karena dia kelihatan lesu. Jangan anggap sepele semua permasalahan orang lain. Gitar yang kamu rusak adalah hadiah terakhir di ulang tahunnya sebelum mama dan papanya bercerai. Jadi gitar tersebut jelas sesuatu yang sangat berharga buat Gara. Kenapa malah kamu rusak cuma untuk jahil sama dia?"
"Aku merusak gitar itu bukan untuk jahil, tapi Gara duluan yang main-main sama benda privasi aku." Reya berusaha tenang walaupun sebenarnya sudah ingin mengamuk karena sadar mamanya membela Gara.
"Emang apa yang Gara lakukan sampe kamu marah?"
"Dia baca buku diary Reya, Ma. Semua itu isinya rahasia Reya, dia enggak sopan dengan masuk kamar aku dan membaca apa yang aku tulis di sana."
"Cuma karena buku diary kamu yang dibaca, kamu langsung marah dan membalas dengan cara enggak wajar?"
Cuma buku diary katanya, Reya ingin tertawa sebab mamanya terlalu menganggap sepele semua hal yang terjadi di dalam hidupnya.
"Buku diary itu berarti buat Reya, Ma. Bahkan saat aku enggak punya siapa-siapa buat cerita, diary itu bisa menjadi tempat untuk aku menuangkan segala isi kepala. Saat Mama enggak peduli sama aku, diary itu jauh lebih berguna dibandingkan apapun. Jadi dengan Gara mengusik dan membaca semua yang aku tulis, maka rahasia yang berusaha aku sembunyikan dari semua orang jadi terbaca sama dia. Apa itu bisa dianggap sepele?" Reya berteriak emosi.
"Mungkin bagi Mama emang sepele, karena Mama enggak pernah tau apa yang aku rasakan. Mama cuma tau kalau punya putri keras kepala dan susah dikasih tau. Padahal kepala aku hampir meledak karena menanggung beban sendiri dan gak tau mau cerita sama siapa. Mama barusan bilang kalau enggak boleh anggap masalah orang lain sepele, tapi Mama dengan mudah menyepelekan aku.”
Mamanya terdiam, menatap Reya yang kesusahan mengontrol emosinya sekarang. Bahkan nafasnya naik turun karena terlalu kesal.
"Kamu harus tetap minta maaf sama Gara, gitarnya udah Mama perbaiki."
"Terus gimana sama Gara, apa dia enggak harus minta maaf sama aku?"
"Kesalahan kamu jauh lebih fatal, Re. Dengan kamu minta maaf, maka semuanya terselesaikan."
Reya tertawa, dia memegang bagian dadanya yang mendadak terasa sakit. "Ternyata kehidupan aku beneran menjadi sangat gak adil setelah Papa pergi. Kenapa Papa yang duluan pergi, padahal dia yang lebih sayang sama aku. Kalau aku bisa milih, aku lebih memilih Papa yang ada di sini sama aku bukan Mama."
Plak.
Tangan mamanya bergetar setelah memberikan tamparan di pipi Reya. "Kamu kelewatan Reya, kamu sama sekali enggak menghargai Mama dengan kalimat yang baru saja kamu katakan."
"Mama juga enggak menghargai aku dan lebih sayang sama cowok yang gak ada ikatan darah sama Mama."
"Minta maaf sama Gara atau Mama enggak pernah memaafkan apa yang baru saja kamu katakan. Mama mau rumah ini damai dan berhenti menciptakan kegaduhan."
Reya mengusap air mata yang tiba-tiba jatuh ke pipinya, padahal dia sudah berusaha keras menahannya sejak tadi.
"Reya gak akan minta maaf."
Dia keluar dari kamar mamanya dan membanting pintu dengan kencang. Reya melangkah keluar dari rumah dengan menahan rasa sesak di dadanya.
Baru saja ingin keluar dari pagar, Gara tiba-tiba pulang dan memberhentikan motornya. "Mau kemana?"
Reya terlihat sangat menyedihkan dengan pipi yang agak basah dan hidungnya memerah. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya dan menatap Gara tajam. "Bukan urusan lo, mulai hari ini jangan coba-coba ngomong sama gue lagi. Atau gue enggak bakalan segan-segan buat bunuh lo."
Gara sama sekali tidak mendengar, dia turun dari motor dan memegang tangan Reya. "Mau kemana gue tanya? Biar gue anterin."
Reya memberontak. "Lepas! Berapa kali gue harus bilang supaya lo tau batasan dan berhenti ganggu gue." Dia berteriak sekuat tenaga tapi sayangnya Gara tetap tidak mau mengerti dan masih memegang tangannya.
"Lo mau pergi dengan emosi yang gak terkontrol seperti sekarang, lo mau kenapa-kenapa di jalan?"
Reya mendorong Gara. "Bukan urusan lo, jangan coba-coba ikutin kemana gue pergi. Lo harus selalu ingat kalau gue benci sama lo dan gue enggak suka lihat lo muncul di dalam kehidupan gue."
Reya menabrak tubuh Gara dan melangkah pergi, dia tidak akan pulang sebelum merasa baik-baik saja.
Tiba-tiba dia teringat akan ucapan Renata yang berkata kalau Gara kemungkinan menyukai dirinya. Reya tertawa sumbang, mana mungkin itu semua terjadi.
Gara jelas membenci Reya dan berniat menghancurkan kebahagiaan Reya. Gara tidak akan berhenti sebelum Reya sengsara.
Reya sangat yakin akan hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Mưa buồn
Pokoknya thor harus segera update, para pembaca sudah gak tahan nih!
2023-07-14
1
Niputu Prizathena
Gak nyangka bisa ada karya seheboh ini, authornya keren!
2023-07-14
1
tao shin
Gak sabar nunggu lanjutannya!
2023-07-14
1