Sepertinya rasa penasaran Evano terhadap Asna masih belum terjawab dan kemudian menatap kedua bola mata Kiara.
“Kenapa Asna, tiba-tiba ada di dalam kelas kita? Dan kenapa dia bisa sekolah disini?” Evano bertanya seraya menatap Kiara.
“Penasaran...! Yuk temani aku ke kantin, nanti kamu tau sendiri jawaban nya.” Ujar Kiara
Evano mengikuti Kiara dan gengnya ke kantin sekolah, sesampainya di sana dan kemudian mengantri untuk mendapatkan makanan dari kantin sekolah.
“Setelah kamu pindah tahun lalu ke Inggris, dan kemudian masuk anak baru.
Salah satunya Asna, putri dari ibu Jainab, juru bersih-bersih di sekolah ini.
Asna mendapatkan beasiswa prestasi dan juga beasiswa sosial.
Seharusnya Asna masih anak kelas satu, tapi karena eksalarasi kelas sehingga dia bisa masuk kelas kita dan menyingkirkan Davina sebagai juara umum.” Ungkap Kiara.
“Apa Davina merasa tersaingi?” tanya Evano lagi.
“Jelas ngak dong, dan Davina merasa lega karena tidak menjadi korban desakan para guru untuk jadi pemegang demi sekolah atau andalan sekolah untuk mengikuti berbagai kompetisi.” Jelas Kiara.
“Terus kenapa pak Dores memanggilnya?”
“Karena Asna itu setengah jantan, seperti orang-orang di klub voli itu. Bahkan si Asna itu jadi kaptennya, karena itulah dia ngak pantas untukmu.
Miskin dan tidak selevel dengan kita, tidak modis serta jelek seperti itu, dan kamu harus tau Evano...! Kita berdua sudah di jodohkan sejak kecil, dan kamu harus sadar itu.” Ucap Kiara dengan kesal.
“Papa yang menjodohkan kita dan si beliau itu sudah mati dari kehidupan kami, dan sekarang aku dah bebas memilih siapapun yang akan menjadi jodohku.
Jika karena bisnis, kau nikahi aja papa ku, karena mami sudah melepas nya.” Jawab Evano seraya tersenyum sinis.
Setelah berkata demikian, sepertinya Evano hendak pergi dan langsung di cegah oleh Kiara.
“Daris dan Nino sangat menyukainya, apa kamu akan bersaing dengan kedua sahabat mu itu?”
Evano tidak memperdulikan ucapan Kiara dan terus melangkahkan kakinya dan ternyata Evano menuju lapangan voli untuk menemui Asna.
Sepertinya Asna dan tim nya tidak memperdulikan kehadiran Evano di lapangan tersebut.
Lapangan yang berada di gedung sekolah yang mewah, akan tetapi cewek-cewek lain sudah pada berteriak karena Evano berada disana.
“Anak-anak, latihan hari ini sudah cukup, silahkan berganti pakaian dan lalu makan siang di kantin.
Jangan lupa untuk latihan esok pagi sekitar jam sembilan.” Perintah pak guru olahraga
“Siap pak....”
Asna dan tim volinya menjawab guru olahraga itu dengan serentak dan kemudian mereka langsung bergegas hendak ke kamar mandi dan tentunya untuk mengganti pakaian.
“Upss, mau kemana? Kok buru-buru...!” Ucap Evano.
Asna tidak menanggapinya dan terus melangkahkan bersama tim menuju kamar mandi.
Terlihat Evano semakin geram, karena baru kali ini dirinya di cuekin oleh seorang cewek.
“Mau kemana? Mas ngak liat kalau ini toilet cewek, toilet cowok itu sebelah sana.”
Evano di tegur oleh mama nya Asna, yang saat itu bekerja membersihkan area toilet cewek.
Lantas Evano langsung pergi karena sudah ditegur oleh pegawai juru kebersihan sekolah tersebut.
Asna dan tim nya sudah berada di kantin sekolah, untuk menyantap makan siang dan tentunya Asna selalu berada di antara rak makanan untuk membantu petugas kantin bersama mama nya.
“Asna, ngapain disitu? Kamu itu bukan petugas kantin. Kamu itu aset bapak dan juga aset sekolah ini, sini gabung untuk makan siang.” Ucap pak guru olahraga.
Guru olahraga memanggil Asna untuk keluar dari kantin itu, guru olahraganya yang datang bersama guru-guru lainnya dan meminta Asna agar duduk bersama mereka.
Ketika Asna sudah duduk bersama rombongan guru-guru tersebut, dan para guru menyisihkan sedikit makanan terbaik mereka untuk Asna.
“Kamu itu adalah murid ibu di kelas kimia yang paling mengerti ibu, Daging kelas satu ini, ibu berikan setengah untukmu agar selalu semangat belajar ilmu kimia bersama ibu.
Ibu bahagia melihat mu, karena mudah mengerti dan bisa mengajari teman-teman yang lain.” Ucap ibu kimia.
Bukan hanya guru kimia yang melakukannya, tapi guru-guru yang lain juga dan alhasil tempat makan Asna sudah penuh.
Asna yang menghabiskan semua makanannya, membuat Evano tertawa puas dari sudut ujung.
Akan tetapi Asna dan guru-guru tidak mengindahkan tawa dari Evano dan pada akhirnya Asna pergi setelah selesai makan dan sedikit bercengkrama dengan para guru.
“Heii, pulang sekolah nanti, jadi kan latihan nya?” tanya seorang laki-laki.
“Jadi dong Van, kan sebentar lagi hari guru. Pokoknya kita harus memberikan yang terbaik di hari ulang tahun pada guru kita.” Jawab Asna.
Namanya Irvan, seorang siswa yang jago drammer dan Asna adalah seorang vokalis dalam grupnya.
“Dibayar berapa sama si brengsek ini, sehingga kau mau bicara dengannya?” Ucap Evano dengan kasar.
“Apa-apaan kau bangsat...!” Ucap Irvan kepada Evano.
Asna mencoba melerai Evano dan Irvan yang hendak beradu jotos dan hal itu bisa terhindarkan.
“Kalian saling kenal ya?” Tanyanya kepada Irvan
“Ngak sudi mengenal pengecut ini.”
Irvan menjawab pertanyaan Asna, tapi jawaban itu malah membuat mereka hendak beradu jotos lagi.
Walaupun akhirnya bisa dilerai oleh Asna dan berhubung bel berbunyi pertanda jam pelajaran berikutnya akan segera di mulai.
Irvan beda kelas dengan mereka, dan Evano mengikuti Asna masuk kedalam kelas.
Asna sudah duduk di kursinya, kursi lipat atau citos yang terbaik dan Evano sengaja mendekatkan kursinya ke arah Asna.
Prak......
Kursi Asna di tendang dari arah belakang, dan itu adalah Kiara, yang cemburu melihat Asna yang selalu didekati oleh Evano.
“Jangan gitu Kiara, aku sama sekali tidak tertarik dengan cowok ini. Malah jadi pengganggu bagiku, kalau bisa aku minta tolong.
Tolong singkirkan pria ini dari hadapan ku, karena selalu menggangu.” Ucap Asna dengan wajah memelas.
“Ngak usah sok cantik, kau itu bukan tipe ku.” Kata Evano yang merasa tersinggung.
“Syukurlah......” Ujar Asna
Asna sejenak bersyukur, karena dirinya bukan tipe cewek yang di inginkan oleh Evano dan perdebatan itu segera berakhir karena bapak guru seni musik sudah tiba di dalam kelas.
“Selamat pagi anak-anak....!” Sapa pak guru.
Mereka serentak menjawab sapaan dari pak guru yang paling di sukai di ruangan tersebut, dan bapak guru itu sudah membawa peralatan nya yang didorong menggunakan meja dorong.
“Anak-anak, silahkan ambil gitar ini, dan bapak rasa gitar yang bapak bawa cukup.” Ucap pak guru.
Pelajaran seni musik adalah pelajaran favorit dan tentunya para siswa berebutan mengambil alat musik gitar itu dari meja dorong tersebut.
Hanya Asna yang tidak melakukannya, dan hanya duduk menunggu di kursinya dan biasanya juga seperti itu.
“Gitar habis dan Asna ngak kebagian ya...! Iya, bapak lupa kalau disini ada murid baru stok lama.”
Ucapan pak guru itu, serentak mengundang tawa gelak Lainnya dan pak guru membawa gitar miliknya dan diberikannya kepada Asna.
“Nanti biar Asna yang mencontohkan ke teman-temannya ya...! Karena bapak percaya dengan kemampuan permainan gitar mu.”
Terlihat Evano bengong karena ucapan dari pak guru, yang merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Lalu Asna di panggil untuk maju ke depan, dan pak guru mulai mengajarkan kunci nada untuk lagu Indonesia raya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments