|•||𝕋𝕤𝕦𝕟𝕕𝕖𝕣𝕖||•|
"Kenapa kemari? Kamu nggak makan?" tanya Ellan merubah posisinya menjadi duduk bersila.
"Kamu mau kita punya anak?"
Ellan terlonjak dari ranjangnya. "A-anak?!" wajahnya seketika memerah mendengar kata itu. Namun Kaila tetap santai dengan pertanyaan yang ia lontarkan.
Ellan menggaruk tengkuknya sembari melihat kesembarang arah. "Akuuu...,"
"Tante Kailaa buka pintunyaa!" terdengar suara Arka mengetuk pintu berkali-kali.
"Sebentar, itu kayaknya Arka," Kaila membukakan pintu untuk pria kecil yang terus berteriak memanggil namanya.
Dalam hati Ellan, ia terus mencerutuki pria kecil yang notabenenya keponakannya.
Dasar bocil sialan.
Sekarang perhatian Kaila teralihkan pada bocah kecil di hadapannya ini. Mereka bermain dan tertawa berdua. Sedangkan Ellan? Ia tak diacuhkan layaknya nyamuk.
"Hmm Arka, kamu gak tidur? Ini udah malam banget," ujar Ellan sambil mengelus rambut Arka yang lembut.
"Arka tidur disini, paman."
Ellan mengepalkan tangannya emosi. Walaupun begitu ia tetap tersenyum agar Kaila tidak menyadari rasa kesalnya.
"Tapi Ar--"
"Ya ampun ternyata disini. Arka ayo tidur!" panggil Arin di depan pintu. Gadis itu merasa kewalahan karena berkeliling mencari anaknya.
Bagus, ayo bawa bocil ini.
"Tapi Arka masih mau main, Ma."
"Tante Kaila udah ngantuk tuh. Besok lagi aja ya mainnya."
Arka menatap Kaila dengan wajah memelas. Berharap gadis itu mau membantunya. Kaila ternyata mengerti kalau Arka tetap ingin bersamanya ia mengelus lembut rambut Arka. "Gapapa kak, Arka tidur sama kami aja," ucap Kaila.
"Nanti kalian nggak bisa tidur. Arka tidur badannya gak bisa diam."
"Arka janji gak bakal gitu."
Arin menghela nafasnya. Melihat wajah Arka ia menjadi tak sampai hati untuk memarahi anaknya.
"Yaudah, sekarang tidur ya. Jangan ribut lagi, nanti paman Ellan marah tuh," Arka mengangguk dengan cepat.
Memang udah emosi
|•||𝕋𝕤𝕦𝕟𝕕𝕖𝕣𝕖||•|
Ellan mengusap wajahnya kasar. Ia tidur membelakangi Kaila dan Arka. Melihat Arka memeluk Kaila saja membuatnya benar-benar tidak bisa tidur.
Padahal sudah dua jam berlalu sejak Arka meminta untuk tidur bersama Kaila, bahkan keduanya sudah tidur.
Ellan sangat menyesal bertele-tele hanya sekadar untuk menjawab 'mau'. Dan ini mungkin akan menjadi penyesalan seumur hidup baginya.
Ini gak bisa dibiarkan. Enak banget nih bocil tidur berduaan sama Kaila. Aku aja gak pernah.
Ellan memindahkan Arka ke ujung ranjang dengan pelan dan hati-hati agar mereka berdua tidak terbangun.
Akhirnya Ellan berhasil memindahkan Arka tanpa ada yang terbangun. Dengan perlahan, Ellan membaringkan tubuhnya di tengah-tengah mereka.
Ini baru adil.
Ellan menatap lekat wajah Kaila yang cantik. Alis yang tertata rapi, bulu mata lentik, hidung mancung, serta bibir yang indah.
Mana mungkin aku bisa lepasin kamu. Memangnya masih ada wanita secantik kamu?
Setelah melihati wajah Kaila, Ellan mulai memejamkan matanya. Ia bisa tertidur nyenyak sekarang, namun Kaila terusik karena hembusan nafas Ellan ditelinganya.
Kaila membuka matanya perlahan sekilas merasa kaget. Bukannya tadi Arka di tengah? Kenapa Ellan yang di sampingnya sekarang?
"Apa mungkin karena Arka yang berpindah?" pikir Kaila.
Kaila hendak turun dari ranjang tapi tertahan karena Ellan memeluknya dengan erat.
Sekarang Kaila benar-benar tidak bisa bergerak. Tatkala Ellan memeluknya dengan sangat erat layaknya guling. Kepala Kaila tepat berada di dekapan Ellan. Tangan Ellan memeluk erat pinggang ramping Kaila.
Hampir tidak bisa bernafas, Kaila merasa detak jantungnya berdetak lebih kencang. Wajahnya mungkin sudah merah seperti tomat.
Alhasil setelah cukup lama Ellan dengan posisi itu, ia kemudian berbalik menghadap Arka. Disitulah Kaila merasa sangat lega karena bisa tertidur dengan tenang sekarang.
|•||𝕋𝕤𝕦𝕟𝕕𝕖𝕣𝕖||•|
Ellan terusik dari tidurnya tatkala Kaila membuka jendela kamar. Ia mengerjapkan matanya berulang kali, dan yang pertama kali ia lihat adalah Kaila Istrinya.
"Udah jam segini. Belum mau bangun?" ucap Kaila seraya duduk di pinggiran ranjang.
"Dia ngomong sama aku? Ah gak mungkinlah palingan ngomong sama Arka," batin Ellan.
Ellan tetap dalam posisi rebahan, hanya saja tangannya meraba-raba ke samping untuk mencari Arka di sana.
Gak ada?! Dimana bocil itu.
"Kamu cari Arka? Dia udah bangun daritadi."
Ellan langsung merubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat kearah jam dinding kemudian beralih menatap Kaila.
"Kamu Kaila?" tanya Ellan ragu. Ia hanya ingin memastikan ini mimpi atau tidak.
Kaila mengerutkan keningnya. "Iya, Kaila."
"Bukan mimpi? Ya ampun ini bukan mimpi! Ini pertama kalinya Kaila membangunkanku," batin Ellan berteriak.
"Ekhem! Yaudah aku mandi dulu ya. Biar pergi kerja," Ellan mulai salah tingkah. Sampai ia lupa kalau dirinya sedang cuti sekarang.
"Bukannya kamu cuti hari ini?"
"Ah kau benar. Kalau begitu aku mandi dulu."
Memalukan sekali. Ellan melakukan kesalahan dua kali hari ini. Entah kemana ia harus menaruh mukanya.
Sambil menggaruk tengkuknya, Ellan berjalan dengan langkah besar ke kamar mandi. Dia harus bagaimana sekarang? Malu atau senang?
Kaila tertawa kecil setelahnya. Apa benar Ellan punya sifat seperti ini? Kaila bahkan tidak pernah melihat wajah ekspresi Ellan tersenyum.
|•||𝕋𝕤𝕦𝕟𝕕𝕖𝕣𝕖||•|
Satu hari setelahnya. Ellan dan Kaila kembali ke rumah mereka. Hari-hari kembali berjalan seperti biasa sibuk dengan urusan masing-masing.Walaupun begitu, Ellan masih memikirkan keadaan istrinya sekarang.
Setiap Kaila bekerja, gadis itu kerap kali lupa untuk makan. Bahkan ia lupa untuk merawat dirinya sendiri. Yang ia pikirkan hanya pekerjaan dan pekerjaan. Ellan memegang ponselnya dan siap untuk mengirimi pesan.
Kaila
Kamu udah makan?
Namun begitu Ellan mengirim pesannya, ia menghapus pesan itu kembali. Ellan takut ia akan mengganggu Kaila.
Notifikasinya langsung terlihat di ponsel Kaila. Melihat nama Ellan yang tertera di ponselnya, gadis itu segera membuka pesan yang dikirim.
Senior Ellan
Pesan ini telah dihapus
Kaila menghembuskan nafasnya panjang. Ia terlalu berharap lebih Ellan menanyakan bagaimana kabarnya hari ini.
Namun tidak lama kemudian seorang membawa makanan di hadapan Kaila. Kaila mendongakkan kepala melihat seorang pria yang tiba-tiba masuk ke ruangannya.
"Anda bekerja terlalu keras. Bukannya lebih baik makan dahulu?"
"Pengacara Zi, apa yang anda lakukan di sini?"
"Hanya memberi sedikit makanan. Bukan berarti ini untuk uang suap ya haha."
Kaila tersenyum kecil. Karena kebetulan ia memang lapar, akhirnya ia menerima makanan yang dibungkus itu.
"Anda tidak makan?" tawar Kaila.
"Sudah. Tapi bagaimana anda percaya dengan mudahnya bersama saya. Padahal kita baru bertemu satu kali saat di pengadilan."
Kaila tertawa kecil. "Lalu anda menaruh racun disini?"
"Ya tidak sih. Karena sepertinya jaksa berpihak pada orang saya."
Lagi-lagi Kaila tersenyum sebagai balasan. Wajahnya yang sangat cantik membuat pengacara Zyan semakin tertarik untuk mendekati gadis yang berstatus jaksa itu.
"Jangan tersenyum seperti itu. Nanti saya benar-benar jatuh cinta dengan anda..."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments