"Madi, kok kamu tidak pernah cerita kalau punya keponakan yang kuliah satu kampus sama Melisa," ujar ayahnya Melisa
"Tidak Kang. Randy ini sudah lulus kuliah. Dan sudah bekerja di perusahaan milik ayahnya yaitu Abang saya. Randy ini kenal Melisa sekitar enam bulan yang lalu saat Melisa liburan," terang Madi.
"Sebentar. Kalau tidak salah,terakhir Melisa pulang itu waktu idul Fitri dan baru pulang lagi sekarang. Jadi sudah hampir setahun lebih Melisa tidak pulang karena memang tidak bisa pulang," jawab ayahnya Melisa.
"Apa Om yakin? Tapi waktu pertama saya bertemu Melisa di jalan. Ya sekitar enam bulan lalu. Dari situ hubungan kami mulai dekat," tandas Randy.
"Jujur saya juga sedikit heran, Kang. Makanya saya langsung ajak Randy kesini biar jelas masalahnya," imbuh Madi.
"Aneh bagaimana?" Ayahnya Melisa terlihat bingung.
"Begini Kang. Randy bilang, kalau selama ini sudah. Membiayai Melisa kuliah. Bahkan setiap bulan, Randy selalu mengirim uang kepada Melisa dengan jumlah yang lumayan karena Melisa bilang tidak pernah lagi diberi uang kuliah sama, Kakang."
Sungguh mencengangkan. Bagaimana bisa Melisa berani berbuat seperti itu. Ia memang sudah tidak minta uang kuliah tapi bukan berarti minta dari laki-laki, melainkan Melisa sudah punya usaha sendiri dan tidak akan habis kalau hanya buat biaya kuliah sama kehidupannya.
"Ini ada yang tidak beres. Tunggu biar saya telepon Melisa."
Lelaki itu menelpon putrinya dan meminta untuk segera pulang karena ada urusan yang sangat penting. Sekira satu jam, mereka menunggu Melisa datang dengan macam-macam pertanyaan dan prasangka di hari masing-masing.
Sedang asyik dengan pikiran masing-masing tiba-tiba sebuah mobil Honda jazz warna merah memasuki pekarangan. Randy melotot seakan tidak mau untuk berkedip takut tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil.
"Tu Melisa pulang," ucap lelaki itu
Seorang gadis berkerudung hitam senada dengan celana yang dikenakan turun dari mobil. Wangi parfumnya sudah tercium dari Jarak yang lumayan jauh menandakan kalau parfum yang dipakainya bukanlah barang murahan.
Randy semakin tidak mengerti karena ia sama sekali tidak mengenal gadis itu. Gadis yang tidak lain adalah Melisa keponakan dari istrinya Madi. Gadis itu berrjalan memasuki rumah. Sungguh elegan, jauh dari tanah ke langit kalau dibandingkan dengan Melisa yang Randy kenal.
"Assalamualaikum," ucap Melisa. Suaran sangat lembut, tidak seperti Melisa yang Randy kenal yang sering keceplosan berkata kasar kalau sedang telponan. Tapi rasa cintanya sudah membutakan akal Randy.
"Wa'alaikum salam," jawab yang ada di dalam.
Melisa duduk tepat di hadapan Randy.
Keduanya saling pandang mengingat-ngingat wajah itu
"Mel. Randy ini sengaja datang untuk menemuimu katanya ada urusan yang sangat penting," ayahnya memberi tahu putrinya perihal kedatangan Randy ke rumah itu.
Melisa menatap wajah Randy dengan seksama. Mengingat-ngingat apa dirinya pernah bertemu sebelumnya.
"Maaf kalau boleh tau, ini Randy siapa ya, dan ada urusan apa mencari saya?" Mendengar pertanyaan dari Melisa kepada Randy. Semua yang ada di tempat itu beralih tatapan kepada Randy
"Loh ini gimana yang sebenarnya. Tadi Randy bilang kalau kalian sudah lama saling kenal, bahkan menjalin hubungan." Ayahnya Melisa semakin bingung begitu juga dengan Madi.
"Randy, ini gimana sih. Kok sepertinya Melisa tidak mengenal kamu." Madi semakin tidak enak hati.
"Entah Om, saya juga jadi bingung. Karena Melisa yang aku kenal bukan ini. Ini kenapa bisa jadi begini ya?" Randy seperti orang yang kebingungan.
"Tunggu, tunggu. Coba cerita dulu dari awal. Sebenarnya apa yang sudah terjadi dan kenapa saya bisa terlibat." Melisa tampaknya lebih tenang
"Begini ceritanya." Randy kembali menceritakan kisah pertemuannya dengan seorang gadis yang mengaku bernama Melisa. Semua ia ceritakan hampir tidak ada yang terlewat.
"Astaghfirullah, sepertinya Bang Randy ini sudah ditipu sama wanita itu. Abang ada fotonya tidak? Siapa tau kita kenal dengan gadis itu."
Randy menghidupkan ponselnya dan menunjukan Poto Eni kepada semua yang ada di tempat itu.
"Loh, ini kan si Eni anaknya si Abas. Wah kacau. Ternyata Randy sudah ditipu sama si Eni," ujar Madi.
"Apa Om. Jadi gadis ini bukan Melisa?" Randy mendadak panas dingin.
"Bukan Randy. Dia adalah gadis nakal dan sombong yang bermimpi ingin menjadi orang kaya. Menurut cerita sudah hampir enam bulan dia tidak pulang ke rumah orang tuanya. Pantas, karena selama ini dia dibiayai oleh kamu." Madi merasa geram dengan ulah Eni
"Lebih baik kita datangi orang tuanya. Siapa tau mereka tau dimana si Eni sekarang."
"Setuju. Ini sudah tidak bisa dibiarkan. Si Eni ini sudah mencemarkan nama baik saya juga putri saya." Ayahnya Melisa tidak terima dengan cara Eni yang sudah mengaku-ngaku jadi putrinya dan menjelekan namanya.
"Dari kecil Eni memang begitu. Dia sering sekali berbohong dan mengaku jadi orang kaya. Kelakuannya sering membuat orang malu dan marah." Melisa rupanya sangat mengenal siapa Eni.
Siang itu, Randy yang ditemani oleh Madi juga ayahnya Melisa mendatangi rumah Abas untuk mencari tau keberadaan Eni.
Hari itu Abas benar-benar dibuat kesabarannya habis. Sementara Marni hanya bisa menangis. Ia sangat merasa malu dan juga takut. Bagaimana nasib Eni kalau sampai harus masuk penjara gara-gara kasus penipuan.
"Saya tidak akan melibatkan Mang Abas dan bi Marni dan kami juga tidak akan mengadukan Eni kepihak yang berwajib asalkan dia mau mengaku dan meminta maaf atas apa yang sudah diperbuat," ujar Randy.
Rasa cintanya yang awalnya begitu besar, kini berubah yang ada hanya rasa benci dan kecewa.
"Sungguh Den, Juragan. Kami tidak tau dimana anak itu sekarang. Sejak kepergiannya enam bulan yang lalu. Eni tidak pernah sekalipun memberikan kabar," terang Abas.
"Ya sudah. Saya percaya kok sama Mang Abas. Saya juga tau Mang Abas orang baik-baik. Tidak usah khawatir, kami bisa menemukan anak itu dengan cepat," ucap Madi.
"Randy kirimkan Poto Eni sama Om. Biar teman-teman Om yang akan melacak keberadaannya," imbuh Madi.
Benar saja. Tidak harus menunggu 24 Jam. Keberadaan Eni kini sudah dapat dilacak. Randy bersama Madi juga Melisa. Mendatangi tempat tinggal Eni sore itu juga.
Setibanya di tempat tujuan. Randy tidak langsung mendatangi rumahnya. Ia menunggu sampai Eni keluar dari rumah. Selang berapa menit. Terlihat pintu kosan terbuka. Eni ke luar dengan dandanan yang sudah sangat berbeda dengan Eni yang waktu pertama Randy kenal.
Penampilan Eni kini semakin cantik dan dandanannya sangat mewah. Rupanya uang yang selama ini selalu dikirim oleh Randy ia pakai untuk mempercantik diri dan penampilannya.
"Itu dia orangnya." Randy gegas merogoh ponselnya dan menelpon nomor Eni.
"Halo sayang. Kamu lagi apa? Aku sekarang ada di kampung untuk menemui orang tuamu"
*Apa? Kok kamu gitu sih. Kan aku udah bilang. Nanti kalau Aku sudah kembali baru temui orang tuaku*
"Tidak apa-apa sayang. Habis kamu lama sih. Aku sudah tidak tahan ingin melamar kamu."
*Tapi sayang. Ini belum saatnya. Aku mohon sama kamu, tolong kembali dan jangan cerita tentang hubungan kita kepada siapapun*
"Memangnya kenapa Melisa sayang? Coba deh kamu lihat ke depan."
Mendengar perintah Randy di telepon, tampak Eni menoleh ke arah depan dan dia langsung terdiam sambil memandang Randy yang sedang tersenyum sambil melambaikan tangan.
Perlahan Randy berjalan mendekati Eni yang diam bagaikan patung. Sungguh tidak menyangka kalau hari itu kebohongannya akan terbongkar.
"Ka–kamu di–disini?" Suara Eni bergetar
"Seperti yang kamu lihat. Kenapa? Kok gugup gitu." Randy menatap wajah Eni dengan sorot mata yang tajam. Terasa menusuk sampai jantung Eni.
"Ma–maafkan aku. Bi–biar aku jelaskan." Wajah Eni pucat
"Tidak perlu menjelaskan disini. Santai saja sayang, biar nanti kamu jelaskan di kantor polisi, Eni sayang." Ucapan Randy terdengar bagaikan petir yang tiba-tiba menyambar.
"Ya benar. Bang Randy, bawa dia ke kantor polisi biar dia tau, hukuman apa yang pantas bagi seorang penipu dan pencemaran nama baik." Tiba-tiba Melisa datang dan langsung menggeretak Eni.
"Me–Melisa. Ka–kamu ada disini?" Eni semakin ketakutan.
"Kenapa, kaget ya? Eni, Eni. Kamu itu dari kecil memang tidak pernah berubah ya. Selalu saja buat masalah bagi orang lain." Melisa tampak mulai emosi mengingat semua kelakuan Eni.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Lembayung jingga🥀🍃
kan bener sesuai ekspektasi aku hihihi nah rasain tuh Eni sukurin greget aku
2023-09-02
0
Neng Noni
Mantap
2023-08-03
0
wiwin sumedang
Kena loh
2023-07-24
0