Setelah menempuh perjalanan lebih kurang tiga puluh menit, Zafira dan Ronald telah sampai di Plaza Indonesia Mall.
Setelah memarkir motor, keduanya segera masuk ke mall dan berkeliling mencari sepatu yang diinginkan Ronald.
Kedua muda mudi itu, sebelum berangkat ke mall telah terlebih dahulu pergi ke toilet sekolah, mengganti seragam sekolah dengan baju biasa, layaknya pengunjung mall pada umumnya.
Zafira mengenakan baju kaos oblong tangan panjang dengan bawahan jeans, Ronald memakai kaos hitam berkerah dan celana pendek selutut.
Zafira telah melipat seragamnya dengan rapi lalu memasukkan ke dalam paper bag dan menentengnya, sedangkan seragam Ronald dimasukkan ke dalam plastik dan digantung di motor.
Hampir satu jam, Zafira dan Ronald mencari barang yang dibutuhkan Ronald untuk bermain basket.
Mereka telah masuk di beberapa store sepatu, akhirnya pandangan mata Zafira tertuju pada sepasang sepatu, tangan gadis belia itu mengambil satu pasang sepatu, merk Kickers, berwarna biru ber-list putih, dengan harga dibandrol 2,1 juta, gadis belia itu memilihkan dan menunjukkan sepatu itu kepada Ronald.
"Bagaimana dengan yang ini? Sepertinya ini cocok untukmu. Bahannya kuat dan tahan air. Ini pasti awet untuk kau pakai bermain basket," Zafira berkomentar tentang sepatu yang dipegangnya seraya menyodorkan kepada Ronald.
Ronald mengambil sepatu mahal itu dari tangan Zafira, lalu membolak-balik, memutar, mengamati dari segala sudut sepatu pilihan Zafira. Akhirnya setelah melihat bentuk serta warna, Ronald pun mengangguk.
"Aku suka pilihanmu. Sepatunya bagus," Ronald tersenyum menatap Zafira kagum.
Zafira hanya tersenyum membalas sekilas tatapan Ronald lalu kembali memfokuskan pandangannya pada sepatu yang masih di pegangan Ronald.
"Kita bayar sekarang," Ronald berjalan menuju ke meja kasir yang diikuti Zafira, Ronald segera membayar lunas belanjaan dengan kartu ATM pemberian sang papa.
Ronald sengaja membawa tas ransel ukuran besar untuk memasukkan kotak sepatu ke dalamnya supaya tidak repot menenteng barang belanjaan.
Setelah memasukkan barang belanjaan ke dalam tas ransel, Ronald langsung keluar dari store sepatu dengan mendukung tas ransel di bahu, yang diikuti Zafira di sampingnya.
"Kau lapar tidak?," Ronald bertanya lembut, menoleh pada gadis berkulit putih di sampingnya.
Zafira yang ditanya, tampak tersenyum dan menjawab tanpa rasa malu.
"Iya lapar. Lelah juga ternyata pulang sekolah langsung nge-mall," Zafira berkata jujur sambil terkekeh memperlihatkan deretan gigi yang putih dan rapi, sama persis dengan gigi sang mama.
"Baiklah, bagaimana kalau kita cari makan dulu sebelum pulang ke rumah. Kau mau makan apa?," Ronald bertanya penuh perhatian.
"Bagaimana kalau kita ke resto "Sate Khas Senayan" saja? Aku suka menu makanan di sana. Mama papa sering mengajak aku dan Zafran makan di sana," jelas Zafira memberi gagasan.
"Oke, kalau kau mau ke sana. Ayo kita ke sana," Ronald tersenyum senang menuruti keinginan Zafira.
Keduanya telah duduk di kursi, saling berhadapan, meja mereka berada di pojok. Lebih tenang dan tidak terlalu berisik dengan suara pengunjung lain yang tengah mengobrol atau pun bersenda gurau.
"Aku pesan sate daging sapi dan air mineral. Kau mau pesan apa? Ada daging ayam dan kambing juga," Zafira menyodorkan daftar menu makanan pada Ronald.
"Samakan saja dengan menu pesananmu," Ronald tidak membuka daftar menu yang disodorkan Zafira.
Setelah memesan menu dan pelayan telah mengantarkan makanan, keduanya pun langsung menyantap makanan yang terhidang di meja.
Belum selesai keduanya menghabiskan makanan, tiba-tiba handphone di dalam tas ransel Ronald berdering.
Ronald membuka tas ransel dan mengambil ponsel. Alis matanya bertaut melihat nama yang tertera di layar.
"Siapa yang meneleponmu?," Zafira bertanya memandang ke arah Ronald.
"Mama," ucap Ronald pendek dan memasukkan kembali benda canggih itu ke dalam tas ransel.
"Kenapa tidak diangkat? Angkat saja," suruh Zafira.
"Nanti saja, kita makan dulu," Ronald kembali melanjutkan menggigit daging sate, melepas dari tusuknya lalu mengunyahnya dengan santai.
Ponsel Ronald terus berdering dan Ronald tetap mengabaikan. Jika dihitung, mungkin hampir sepuluh kali si penelpon tersebut berusaha menghubungi Ronald namun si pembasket tetap tidak menggubrisnya.
Zafira yang mendengar dering ponsel yang terus bergema hingga berulang kali menjadi sedikit terganggu dan meletakkan tusuk sate yang ada di tangannya kemudian menatap serius pada Ronald yang masih dengan santainya mengunyah makanan.
"Coba kau angkat dulu telepon mamamu. Kasihan dari tadi mamamu terus berusaha menghubungimu. Mungkin ada sesuatu yang penting." ujar Zafira dengan suara sedikit ditekan.
"Baiklah," sahut Ronald menuruti permintaan Zafira dan menghentikan makannya.
Ronald mengambil ponsel di dalam ransel, tampak benda di tangan Ronald masih berdering.
Zafira mengerlingkan mata, mencoba melihat nama yang tertera di layar ponsel tetapi belum sempat matanya menangkap nama pemanggil di layar, Ronald telah menggeser tombol angkat dan menempelkan benda tersebut di telinga.
"Hallo?," Ronald diam sesaat mendengarkan pembicaraan orang yang menelepon.
"Oh iya, aku juga sedang berada di Plaza Indonesia. Baiklah, tunggu sebentar, beberapa menit lagi aku ke sana. Jangan kemana-mana," hanya kata itu yang meluncur dari bibir Ronald.
Tanpa menunggu jawaban dari si penelepon, Ronald langsung memutuskan pembicaraan dan mematikan sambungan telepon. Memasukkan benda kecil itu ke dalam saku celana.
Zafira yang sejak tadi duduk memperhatikan Ronald, langsung melontarkan pertanyaan.
"Ada apa Nald? Apa terjadi sesuatu?," gadis itu memfokuskan sepasang matanya memandang heran pada Ronald yang sudah berdiri dari kursi seraya mendukung tas ransel di bahu, siap untuk pergi.
"Aku turun sebentar menemui mamaku. Kau tidak apa-apa kan tunggu di sini? Aku akan secepatnya kembali ke sini," ujar Ronald dengan gerakan terburu-buru.
Zafira hendak menjawab perkataan Ronald namun mulutnya kembali terkatup karena Ronald telah terlebih dulu memutar tubuh dan pergi meninggalkan Zafira sebelum mendengar kalimat yang akan diucapkan gadis itu.
Mata gadis itu bergerak mengikuti langkah Ronald yang tergesa-gesa. Hanya dalam hitungan satu menit, Ronald telah lenyap dari penglihatannya.
Zafira menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Ronald yang tampak tergopoh-gopoh hingga membuat gadis itu tak sempat untuk bertanya banyak.
Dan tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun pada Ronald, gadis cantik berhidung mancung itu kembali mengambil satu tusuk sate, menggigit lalu mengunyahnya pelan.
Gadis belia itu begitu menikmati sate favoritnya. Dia tidak terlalu memikirkan kepergian Ronald, dia hanya menikmati setiap daging sate yang masuk ke mulutnya. Setiap kali makan di resto ini, dengan teman atau berdua dengan saudara kembarnya, dia pasti akan langsung teringat kepada mama serta papanya. Karena tempat ini salah satu tempat yang paling sering mereka kunjungi.
Ronald yang telah keluar dari resto, langsung melangkahkan kaki panjangnya menuju eskalator. Si pembasket terlihat sangat tergopoh-gopoh. Kepala terus mengarah ke resto, kedua mata melirik tajam ke pintu resto memastikan Zafira tidak keluar dan tetap berada di dalam sana.
Ronald terus berjalan dengan sedikit berlari. Di atas eskalator pun kakinya tetap berjalan menuruni tangga eskalator dengan gerakan cepat. Sesekali kepalanya tetap menoleh ke belakang memastikan tidak ada Zafira yang mengikuti di belakangnya.
Namun Ronald tidak sadar, jika ada satu sosok memakai topi hitam yang sejak dari resto terus mengikutinya dengan jarak sepuluh meter.
Kaki pria itu terus berjalan membuntuti dan mengejar langkah Ronald. Ronald yang berjalan dengan cepat membuat pria itu kesulitan mengikutinya, ditambah pengunjung di mall sore ini kebetulan cukup ramai, sehingga pria itu harus berusaha keras mengejar Ronald sambil sesekali bersembunyi di antara para pengunjung yang ada di depannya agar Ronald tidak sampai melihat keberadaannya.
Pria itu tampak sedikit berlari saat Ronald semakin menjauh dari pandangannya dan tertutupi di antara pengunjung mall yang berlalu lalang. Dia terus berlari kecil dan terkadang harus bertabrakan dengan pengunjung mall yang berpapasan dengannya.
Sama halnya seperti pria itu, Ronald juga berjalan sedikit berlari sambil terus menoleh ke belakang memastikan tidak ada sosok Zafira mengikutinya. Sesekali dia juga menabrak pengunjung mall yang menghalangi jalannya.
Setelah beberapa menit mengejar Ronald, akhirnya usaha pria itu tidak sia-sia. Kini jaraknya dengan Ronald hanya sekitar tujuh meter. Hatinya lega karena dia tetap bisa memantau keberadaan Ronald walau pun nyaris kehilangan jejak.
Ronald telah sampai di tempat tujuan. Untuk terakhir kali, Ronald kembali mengedarkan pandangan ke belakang, kanan dan kiri. Matanya berputar ke sekeliling, memastikan tidak ada Zafira di sana.
Dia menarik nafas dan menghempaskannya panjang. Sekarang dia bisa bernafas lega karena gadis belia yang ditinggal di dalam resto memang tidak membuntutinya.
Setelah memastikan situasi aman, Ronald dengan langkah cepat langsung masuk ke sebuah store.
Ronald mengelilingkan pandangan ke seluruh ruangan mencari sesuatu, tetapi matanya tidak kunjung menemukan apa yang dia cari.
"Kau lama sekali!," tiba-tiba satu sosok sudah berdiri di samping Ronald.
Ronald tersentak memalingkan pandangan ke arah datangnya suara.
...*******...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Nita
jangan jangan si ronald ini mata keranjang,
2024-06-10
1
Sugiharti Rusli
Zafira apa masih lempeng aja pikirannya, dia belum bisa membedakan rasa kagum dan cinta sepertinya😇😇
2023-09-13
1
Zainab Ddi
kayaky Ronald Uda punya cewek deh zafira cuma dikadlin doang
2023-08-22
1