Airin baru saja masuk ke dalam rumah dengan langkah lunglai, wajahnya juga terlihat sangat bingung. Airin lalu menutup pintu rumah Bibinya itu pelan. Baru saja membuka sepatunya, dan meletakkan di rak. Tangan Airin sudah ditarik kasar oleh seseorang, lalu kemudian mendorong Airin kasar hingga jatuh ke lantai. Airin meringis merasakan tangan dan pinggangnya sakit sekarang.
"Jam segini kau baru pulang? Dari mana saja, kau?" bentak laki-laki yang terlihat sangat marah sekarang.
Airin mendongak dan menatap laki-laki itu dengan wajah takut.
"Maaf, Paman aku baru saja pulang dari rumah sakit. Ta,,,tadi sepulang dari kantor, aku langsung pergi ke rumah sakit karena merasa badanku tidak enak," jawab Airin dengan terbata-bata.
"Rumah sakit? Bisa-bisanya kau beralasan sakit sekarang. Oh,,,atau kau memang minta benar-benar di buat sakit? Baiklah kalau itu maumu."
Setelah bicara seperti itu laki-laki paman Airin itu menyeret rambut Airin kasar. Airin sendiri berteriak kesakitan, kulit kepalanya terasa sangat panas sekarang. Airin diseret oleh sang paman menuju kamar mandi, setelah memasukkan Airin ke kamar mandi. Pamannya itu lalu mengunci kamar mandi itu dari luar.
"Paman, buka pintunya! Aku, benar-benar tidak sehat. Jangan kurung aku di sini, aku minta maaf." Airin berteriak-teriak minta dibukakan pintu pada sang paman. Namun pamannya itu seperti tidak memiliki hati, hanya berlenggang masuk begitu saja ke dalam kamarnya dan meninggalkan Airin yang terus berteriak-teriak.
Pagi harinya Airin akhirnya dikeluarkan dari kamar mandi yang dingin dan lembab itu. Airin tetap harus melakukan pekerjaan rumahnya seperti biasa. Airin baru selesai melakukan pekerjaan rumah dan duduk di tepi ranjang sekarang.
"Inseminasi ini seharusnya diberikan pada Kim Chairin, dia menjadi ibu pengganti seorang kaya raya. Tapi, suster yang bertugas hari itu salah mengenali orang Airin sebagai Chairin karena namanya yang hampir sama. Fatalnya lagi, bukannya mengambil tabung yang berisi sel orang kaya itu. Suster yang bertugas justru membawa tabung sel milik Yoonjae, yang hanya tertinggal satu."
Ucapan Dokter Sujin terus saja Airin ingat. Airin bingung harus melakukan apa sekarang. Kalau sampai inseminasi itu berhasil. Maka sudah bisa dipastikan Airin akan mendapatkan masalah baru. Airin lalu menghela napas dalam dan mengusap wajahnya pelan. Airin memilih membersihkan diri sebelum berangkat kerja pagi ini.
"Aku, pikirkan ini saja nanti. Aku, bisa telat kalau tidak segera bergegas pergi ke kantor," ujar Airin bermonolog.
Di kantor Airin benar-benar gelisah, bukan hanya karena pekerjaannya yang tiba-tiba saja menumpuk. Airin merasa badannya tidak bisa diajak kompromi hari ini. Berkali-kali Airin memegangi perutnya yang terasa sedikit kaku, belum lagi perasaan tidak nyaman pada ulu hatinya juga semakin menjadi saja.
"Apa karena aku tidak sarapan pagi lagi?" tanya Airin pada dirinya sendiri.
Tidak lama seseorang menghampiri Airin dan meletakkan sebuah map berwarna jingga di atas meja Airin. Gadis yang terus merasa perutnya kram itu melihat ke arah orang yang meletakkan map itu.
"Airin_ssi, bisa tolong aku? Seharusnya ini tidak aku lakukan, hanya saja aku sedang benar-benar kepepet. Ini berkas untuk ditandatangani, investor baru di perusahaan kita. Sekarang mereka sedang menunggu di ruang Pak Kim. Bisakah, kau menggantikanku dulu? Aku, harus ikut Pak Jung pergi meeting di luar," ucap Hyejin teman sekantor Airin.
"Ah? Kenapa harus aku? Kenapa tidak minta tolong, Juan atau Jimmy saja?" tanya Airin yang sedikit enggan pergi ke ruangan Pak Kim karena dia sangat ingat bagaimana atasannya itu mengejar-ngejar dirinya.
"Please! Bantu aku sekali ini, Airin_ssi. Juan dan Jimmy sedang riset pasar di luar, jadi aku hanya bisa mengandalkanmu sekarang," terang Hyejin memberikan alasan yang tidak bisa Airin tolak lagi.
Airin menghela napas berat, namun pada akhirnya kepalanya mengangguk mengiyakan permintaan tolong Hyejin. Setelah menjelaskan sedikit tentang isi berkas di dalam map itu pada Airin, Hyejin pun pergi meninggalkan ruang divisinya yang memang hanya tersisa Airin sekarang.
***
"Ini, semua rencananya dan sebentar lagi orang divisi marketing yang bertanggung jawab akan membawakan berkas yang harus kita tanda tangani, CEO Yoon," terang Pak Kim yang terlihat menunjukan beberapa rencana kerja sama antara perusahaannya dan perusahaan Yoonjae.
"Ah,,,baiklah saya paham," ucap Yoonjae yang bisa membaca sekilas kalau rencana kerja sama mereka cukup menarik dan juga saling menguntungkan.
"Tentu saja anda bisa dengan mudah memahaminya, CEO Yoon. Aku, jadi sangat tersanjung karena anda sendiri yang datang ke sini, tidak diwakilkan pada sekretaris anda seperti biasanya," ujar Pak Kim menganggukkan kepalanya hormat pada Yoonjae.
Yoonjae sendiri tersenyum tipis, lalu menggelengkan kepalanya pelan tanda tidak apa-apa.
"Kebetulan aku ada di sekitar sini, sekretarisku sedang cuti. Jadi, aku memajukan jadwal pertemuan kita. Tentu ini tidak mempersulit anda, 'kan, Pak Kim?" tanya Yoonjae yang merasa menyalahi aturan.
"Oh,,,tidak apa-apa kami..."
Tok...tok...tok...
Suara pintu diketuk membuat Pak Kim menghentikan perkataannya, keduanya lalu sama-sama melihat ke arah pintu sekarang.
"Itu pasti staf marketing," ujar Pak Kim.
Yoonjae hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Pak Kim.
"Masuk!" ujar Pak Kim yang kemudian tidak lama Airin pun masuk ke dalam ruangan Pak Kim. Yoonjae yang sedang meminum kopi yang dihidangkan untuknya, tidak melihat ke arah pintu lagi.
"Oh,,,kau yang mengantar berkasnya, Airin_ssi," ucap Pak Kim.
Mendengar nama orang yang Yoonjae kenal, membuat Yoonjae reflek menoleh dan melihat ke arah Airin sekarang. Keduanya sama-sama melihat satu sama lain dengan wajah terkejut sekarang. Tapi, sebisa mungkin Airin menutupi itu dari Pak Kim. Airin berdehem lalu berjalan mendekati sofa dimana Pak Kim dan Yoonjae duduk.
"Ini berkas yang harus di tanda tangani, Pak Kim. Di dalamnya juga ada surat perjanjian, dan juga beberapa poin penalti jika salah satu dari kita membatalkan kontrak atau menyalahi kontrak. Secara sengaja, ataupun tidak sengaja," ucap Airin yang menjelaskan sedikit mengcopy perkataan Hyejin tadi.
"Oh,,,baiklah," sahut Pak Kim yang kemudian menerima map jingga dari Airin itu.
Tanpa ragu-ragu Pak Kim langsung menandatangani berkas itu, lalu Pak Kim menyerahkannya pada Yoonjae yang masih saja memperhatikan Airin yang berdiri dan menundukkan kepalanya itu.
"Silahkan di tanda tangani, CEO Yoon," ucap Pak Kim yang membuat Yoonjae sedikit terjingkat.
Yoonjae tersenyum kikuk, lalu kemudian menandatangani berkas itu tanpa membacanya lagi. Airin melirik sekilas pada Yoonjae, tanpa sadar gadis itu justru menghela napas berat. Setelah kedua petinggi perusahaan itu menanda tangani berkas itu. Airin kembali mengambil berkas itu dan membungkukkan badannya.
"Saya permisi akan menggandakan kontrak kerja ini terlebih dahulu," pamit Airin.
"Em, pergilah, Airin_ssi!" sahut Pak Kim.
Airin pun meninggalkan ruangan Pak Kim, sesampainya di ambang pintu bukannya keluar. Gadis itu justru terkulai lemas di lantai, tidak sadarkan diri. Melihat itu Yoonjae reflek memekikkan nama Airin secara lengkap, dan berlari menghampiri Airin. Dia tidak sadar sedang dipandang dengan wajah penuh tanda tanya oleh Pak Kim saat ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
❂Tsukuyomi✧[Hiatus]
jahat nya , masukin penjara
2023-10-13
0
❂Tsukuyomi✧[Hiatus]
sabar napa , marah' Mulu ngk yang perempuan ngk yang laki
2023-10-13
0
Ichakim
tapi yoonjae gini2 CEO loh
2023-10-12
0