Kali Kedua

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Xavi........."

Seperti biasa suara bunda yang menggelegar tidak lepas di setiap harinya. Contohnya di pagi ini, aku sudah di bangunkan oleh suara beliau yang menggelegar.

"Iya......." Balas ku parau karena masih belum sepenuhnya sadar.

"Bagun lah nak, nanti kamu telat lagi."

"Iya......."

Karena merasa jengkel, bunda pun langsung menerobos masuk untuk membangunkan ku.

"Benarkan perkiraan bunda apa, kamu pasti masih tiduran saat ini."

"Ayolah nak, bangun."

"Nanti kamu telat loh, ini kan hari pertama kamu masuk sekolah."

"Ya kan paling masuk jam setengah 8, ini baru jam 7 bunda."

"Emang iya, masuknya jam segitu?" Tanya bunda.

"Ya iyalah bunda, kan pas kemarin aku SMP pun masuknya jam segitu. Pasti sama lah, namanya juga masih satu daerah."

"Ya udah yang terpenting sekarang ini, kamu bangun dan cepat bersiap untuk mandi."

"Nanti kamu telat lagi,"

Dengan lemas aku pun berusaha untuk bangkit dari tidur ku.

"Oh iya, takutnya nanti Vira datang ke sini. Bilang aja tunggu dulu gitu,"

"Iya........"

"Lagian kamu sama Vira sama-sama tukang kesiangan ini." Timpal bunda langsung berlalu.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Setelah selesai dan aku pun sudah memakai seragam sekolah ku yang baru. Aku pun langsung turun ke lantai bawah untuk sarapan terlebih dulu. Seperti biasa, saat sarapan aku hanya bisa makan roti sama selai kacang di campur selai coklat. Itu merupakan perpaduan yang paling enak menurut ku.

"Ayah mana bunda?"

"Udah berangkat sejak tadi,"

"Hati ini katanya ada barang baru yang harus di cek. Makanya ayah berangkat lebih pagi dari biasanya,"

"Yah, berarti aku berangkat sekolah pake apa dong?''

"Kan bisa kamu pakai sepeda listrik itu, lagi pula jaraknya gak jauh banget. Kalau tidak kamu naik bus aja, kan di depan komplek ini ada halte bus. Kalau tidak salah, busnya itu lewat ke sekolahan kamu." Jelas bunda.

"Ya ampun, bisa-bisanya di hari pertama sekolah aku malah naik kendaraan umum." Keluh ku.

"Udah nggak usah kamu merajuk, kamu udah gede sekarang. Tidak perlu kamu merajuk seperti itu,"

Saat aku tengah mendengarkan petuah dari bunda, terdengar suara Vira dari luar rumah.

"Itu Vira......."

"Ya udah kalau gitu aku berangkat ya bunda......"

Tidak lupa aku pun menyalami beliau sebelum berangkat. Hampir saja aku melupakan tas ku yang tadi aku simpan di balik kursi.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Hai........" Sapa ku pada Vira.

"Hai juga, udah siap?"

"Udah dong,"

"Kamu bawa sepeda listrik juga?" Tanya ku.

"Iya lah, emangnya bunda kamu tidak cerita apa."

"Cerita apa memangnya?" Tanya ku kembali.

"Tadi tuh, aku sempat ke sini. Bunda kamu bilang kalau hari ini,ayah kamu berangkat kerja lebih awal. Makanya bunda kamu menyarankan untuk aku bawa sepeda listrik pula." Jelasnya.

"Enggak tuh,"

"Ya mungkin nggak keburu......"

Kami pun langsung menaiki sepeda listrik kami masing-masing. Jarak dari rumah menuju sekolah membutuh waktu sekitaran 15 sampai 20 menitan dari rumah ku.

Aku dan Vira sebenarnya bisa saja,berangkat sekolah dengan menggunakan transportasi umum. Hanya saja seingat ku pas hari senin gini, apalagi sekarang pas banget dengan tahun ajaran baru. Pastinya bus nya penuh dan kami harus menunggu lebih lama lagi supaya kebagian bus.

Namanya Savira, aku sering memanggil namanya dengan sebutan Vira. Karena kalau aku panggil dia Savi, orang-orang bakalan ketika dengan nama ku Xaviera yang terbilang mirip dengan dia Savira.

Kami sudah berteman semenjak aku pindah ke sini 3 tahun yang lalu. Sejak SMP kami selalu di kasih kesempatan berada di dalam kelas yang sama. Entah itu sebagai kebetulan atau pun bukan, tapi memang sejak kelas satu sampai kelas tiga kami berada dalam satu kelas yang sama.

Bukan hanya itu, rumah kami pun berjarak cukup dekat juga dan berada dalam satu komplek. Hanya saja rumah yang aku tinggali berada di blok A- 1, sedangkan dia di blok A-5.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

"Eh bentar deh," ucap Vira tiba-tiba menghentikan laju sepedanya.

"Kenapa?" Tanya ku heran.

"Kamu tadi memperhatikan nggak sih, perasaan sepanjang jalan aku nggak lihat anak-anak yang menuju sekolah kita."

"Baik yang naik sepeda seperti kita, atau pun di halte bis juga." Lanjutnya.

"Lah emang kenapa gitu?"

"Mungkin nggak sih, kita yang kesiangan."

"Mana mungkin, baru aja ini jam setengah 8 lebih 5. Masih ada waktu sekitar 25 menit lagi,"

"Itu hanya perasaan kamu saja kali."

"Tapi kamu yakinkan, sekolah baru kita ini masuknya jam 8?" Tanyanya meyakinkan.

"Tentu saja aku yakin, saat SMP kemarin kan kita biasa masuk jam segitu. Masa iya beda sih, kan masih satu daerah." Jelas ku.

"Mungkin, tapi kok aku tidak yakin."

"Udahlah, kamu nggak usah pusing. Sekarang sebaiknya kita lanjutin aja perjalanan kita, kalau kelamaan di sini nanti yang ada kita beneran telat lagi."

"Oke......."

Dengan penuh semangat, kami pun melanjutkan kembali perjalanan kami.

...¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶ ¶...

Ternyata benar, dugaan ku salah besar. Kami berdua terlambat di hari pertama masuk sekolah. Di dalam gerbang sudah ada kakak kelas yang waktu itu meng ospek kami,tengah menunggu siswa yang terlambat seperti kamu berdua.

"Hei kalian........" Teriak kakak kelas bernama Nina.

Aku dan Vira pun buru-buru memarkirkan sepeda kami berdua dan langsung menghadap mereka.

"Nama kalian siapa?" Tanya kak Ritcie.

"Xaviera......"

"Aku Savira....." Sambung Vira.

"Ah aku ingat, anak kembar tapi beda." Ucap kak Ritcie.

"Kalian udah terlambat aja, ini padahal hari pertama kalian sekolah."

"Iya maaf kak,"

"Soalnya saya kira masuknya itu jam 8, sama seperti saat SMP." Balas ku.

Mereka berdua pun terlihat menahan tawa dan menutupnya dengan buku yang mereka masing-masing bawa.

"Kalian masih beruntung kali ini, berhubung ini hari pertama kalian masuk sekolah. Jadi kami hanya di tugaskan untuk mencatat saja dan tidak menghukum kalian." Ucap kak Nina.

Saat kami tengah menerima petuah dari kak Nina dan Ritcie, tiba-tiba saja kak Nina menunjuk ke arah belakang kami. Sepertinya ada siswa lain yang sama terlambat dengan kami.

"Ya ampun Angga,"

"Hobi banget kamu terlambat, untung saja hari ini kami yang bertugas." Lanjut kak Nina.

"Macet," ucapnya singkat.

Aku langsung terkejut mendengar suaranya yang tampak tidak asing.

"Hah, jangan-jangan itu laki-laki yang aku lihat di depan toko itu lagi." Bisik ku dalam hati.

"Ya udah sana, nanti keburu guru sadar lagi kamu belum hadir."

Ingin sekali rasanya aku berbalik dan meyakinkan apakah benar laki-laki yang barusan itu adalah sosok yang aku lihat di depan toko kemarin itu.

Namun aku pun takut, nanti malah buat kedua kakak kelas ku ini menghukum ku karena tidak fokus.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!