Aku pergi pagi-pagi sekali hari ini agar tidak membangunkan makhluk bulat yang masih di kost-an ku itu. Jika diingat raut wajah bulatnya itu memang benar-benar sedih. Tapi, aku tidak ingin berurusan dengan hal seperti itu. Bagaimana jika nantinya aku mati karena melawan penyihir itu?? Andai Wina ada disini dia pasti sudah menerima yang dikatakan makhluk berbulu itu. "Hei awas!!!" Ucap seseorang yang hampir menabrak ku dari belakang dengan membawa banyak buku. Dia meletakkan buku-buku itu ke rak. "Oh.. kau tidak terkena buku yang jatuh kan?" Tanyanya. Aku diam melihatnya dia tampan dan sedikit cool. Fashionnya juga tidak kalah dengan kebanyakan orang. Tipe Wina..
"Tidak.. tapi, kenapa kakak membawa banyak buku seperti itu?" Tanyaku.
"Aku mencari sesuatu yang hilang yang sangat berharga bagiku.. sudah 2 tahun aku mencarinya.." Ucapnya.
"Aaa.. aku sudah mau masuk kelas.. duluan yah kak.." Ucapku.
"Eh.."
Sesuatu yang hilang yang sangat berharga baginya. Bagaimana kalau yang dia maksud adalah buku itu? Kitab ijabah? Aku akan tanyakan pada Makhluk bulat itu siapa sebenarnya pemilik buku itu. Mungkin buku itu bukan memilihku melainkan memilih senior tadi. Tapi.. dia bilang 2 tahun.. dia semester berapa? "Ngapain aku mikirin dia.. udah ah yang penting nanti ku pastikan dulu.." Ucap ku kecil memasuki kelas.
Selama dikelas aku memperhatikan Wati yang termenung dan mencoret-coret kertasnya. Sudah jelas sejak kemarin dia seperti kehilangan semangat. Apa yang terjadi padanya?
"Permisi.." Ucap seorang senior cowok mengetuk pintu. Anehnya seketika aku merinding dengan kedatangannya dan entah bagaimana dia menatapku tajam namun kemudian tersenyum. "Menakutkan" batinku.
Dia berbicara dengan dosen dan kemudian saat akan pergi dia melihat ke arah Wati. "Hei.. ada apa? Buk dosen.. liat nih buk.. dia menangis.." Ucap senior aneh itu. Bukankah seharusnya dia diam saja.
"Ada apa Wati?" Tanya buk dosen yang langsung membuat Wati melihat ke arah depan dan baru sadar ia ditatap semua orang. Seketika itu juga dia langsung berteriak seperti kesurupan dan melempar semua isi tasnya mengusir semua orang. Dia mengacak-ngacak rambutnya dan terus berkata "nggak-nggak!!! Gak mau!!! Berhenti!!!!!!" Teriaknya yang kemudian pingsan. Senior itu mencoba membangunkan lalu mengantarnya ke klinik terdekat. Dosen meminta aku untuk menemani senior itu mengantarnya. Mataku membelalak bingung gak mungkin aku nanya "kenapa aku?" kan?.
Sampai klinik senior itu memperhatikan ku secara terus menerus.. "sial.. dia benar-benar membuatku risih" Gerutu ku kecil. "Siapa namamu?" Tanyanya.
"Tadi.. jika aku tidak salah dosen memanggilmu Sari??" Tanyanya.
"Iya kak.."
"Kau sering ke perpustakaan?" Tanyanya.
"Iya benar kak.." Ucapku lagi sepertinya sering ke perpustakaan malah menambah pusat perhatian. Apa aku harus berhenti saja ke perpustakaan?
"Cih.. gadis-gadis maba seperti kalian pasti datang ke perpustakaan karena ingin melihat ketampanan dia kan?" Tanya nya.
"Dia?? Siapa kak?" Tanyaku dengan wajah bingung.
"Kau tidak tau? Namanya kau pasti pernah dengar nama Dika Swaramaya.. setidaknya kau pasti salah satu penggemarnya.." Ucapnya lagi dengan aku yang hanya diam berpikir keras siapa nama itu?
Dia menghela nafas dengan posisi nya yang masih duduk melipat tangannya itu. "Dia itu bukan lelaki yang baik jadi sebaiknya kau hati-hati.." Ucapnya yang kemudian melihatku yang masih menatapnya dengan penuh kekosongan karena benar benar tidak mengerti dengan apa yang ia bahas.
"Kau benar-benar tidak tau??" Tanyanya lagi.
"Maaf kak.. kurasa kakak salah paham.. aku benar-benar tidak pernah mendengar nama itu.. selama aku disini aku baru bergaul dengan beberapa orang contohnya gadis yang pingsan ini.. dan, alasanku ke perpustakaan juga karena sahabatku.." jelasku.
"Aaa.. jadi kau memotretnya diam-diam dan memberikan foto-foto tampannya pada sahabatmu?" Tanyanya.
"Tidak.." satu kata itu ternyata membuatnya terkejut dengan menatap mataku. Tatapan itu seakan mengatakan "aneh.. tapi keren" aku tau aku ini memang keren hehehe. "Sahabatku ingin aku menjelaskan soal phobia padanya secara langsung.. dia tak mau jika harus mencarinya di internet.." Jelasku.
"Phobia?!" Aneh, wajahnya tiba-tiba redup dan menatapku tajam dan tak suka. "Untuk apa?" Tanyanya.
"Dia memang suka mempelajari soal phobia kak sejak dulu.. karena itu.." Ucapanku yang belum kelar diselanya.
"Memangnya dia mau apa setelah mengetahuinya? Bukankah tidak masalah jika seseorang memiliki phobia pada suatu hal?" Tanyanya.
"Aku pikir juga begitu.." namun seketika aku mengingat perkataan Wina. "Tapi.. sahabatku itu mengatakan ada beberapa orang yang mungkin akan mengakhiri hidupnya jika tidak segera disembuhkan.." Jelasku.
"Cih.. orang-orang seperti kalian ini benar-benar menyebalkan yah.." Ucap nya menatap Wati dan menghela nafas.
Seketika Wati membuka mata dan melihat senior yang menatapnya tajam. "Aaaaaaaaaa!!!! Berhenti!! Jangan menatapku seperti itu!! Aku tidak bersalah!!! Berhenti menatapku!!! Berhenti menyalahkan ku!! Hentikan!! Aku tidak bersalah!!!" Teriakannya yang berakhir dengan menundukkan kepala dan kaki yang iya tekuk dan peluk erat. Kami berdua terkejut dan senior cowok memeluknya. Well, dia mencari kesempatan kan??
"Hei.. tenanglah!! Tidak apa!! Aku tau perasaanmu.. maaf aku tak sengaja menatapmu seperti itu.. aku hanya sedang terkejut senang kau bangun.. tenanglah yah.." Ucapnya menenangkan. Sial.. Aku.. tidak tau cara menenangkan orang..
"Aku akan panggilkan dokter.." Ucapku keluar kamar pasien. Dokter pergi keruangan sementara aku duduk di lorong rumah sakit tepat didepan kamar pasien tempat wati di tempatkan. "Aku mengambil jurusan BK.. bagaimana jika suatu saat ada seorang murid yang memiliki psikis seperti itu? Apa yang akan ku lakukan?" Ucapku menundukkan kepalaku. "Cih.. padahal itu hal yang mudah, kau hanya perlu mengatakan kebohongan dimana akan ada orang yang mensupportnya dan orang-orang mencintainya.. apa itu sangat sulit bagimu?" Tanya senior itu tiba-tiba berdiri bersandar didinding sebelah pintu.
"Apa maksud kakak?" Tanyaku yang langsung teringat bagaimana Wina selalu mengatakan akan mendukungku dan mensupport ku.. "cih.. apa kau bodoh? Kau tau? didunia ini tidak ada manusia yang benar-benar tulus.. mereka semua hanya mengatakan semua itu karena itu adalah kewajiban omong kosong belaka.." Ucapnya.
"Aku pikir kakak salah.. seseorang berkata padaku, bahwa jika seseorang meragukan ketulusan kata-kata orang lain.. maka itu karena dialah yang tidak pernah benar-benar menemukan arti ketulusan.. jadi kurasa.. kakak! Kau harus mencari apa arti ketulusan dulu.." Ucapku mendorong tuas pintu. "Kau begitu percaya pada kata-kata sahabatku yah.. memangnya kau tidak pernah dikecewakan olehnya?" Tanya senior itu membuatku diam dan menghela nafas. "Yang kuingat dia sangat sering menyakiti dirinya karena kami.." Ucapku masuk dengan membanting pintu ruangan itu hingga membuat dia, Wati, suster, dan dokter yang terkejut. "Ada apa Sar??" Tanya Wati. "Ah.. maaf.. aku tadi bertemu seseorang yang menyebalkan.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku
"Sudah lebih baik kok.. maaf yah membuat mu khawatir.." Ucapnya.
"Syukurlah.. ayah ibumu akan segera datang.. saat itu aku akan pulang.." Ucapku.
"Ah.. iya baiklah.." Ucapnya.
Dokter dan suster pergi meninggalkan kami. Wati diam dan bertanya "apa kau tau sesuatu mengapa aku seperti itu?" Tanyanya.
"..." Aku memilih tuk diam. Karena yang ku tau mnemophobia adalah kasus dimana seseorang ingin melupakan masa lalunya. Dan aku pikir masa lalunya berhubungan dengan tatapan semua orang dan ia mungkin dulu tak memiliki sahabat.
Tiba-tiba pintu terbuka dan ayah ibunya datang. Ibunya langsung memeluknya dan bodyguard nya yang bukan hanya satu. "Kurasa sudah waktunya aku pulang.. aku duluan yah.. om, tante.. Sari pilang dulu yah.. udah malam juga.." Ucapku.
"Paman.. tolong antarkan Sari ke kost nya dengan selamat.." Ucap Wati.
"Tidak-tidak! Jangan!" ucapku dengan dia yang langsung mengatakan.
"Ayolah! Kau menghabiskan waktumu disini karena aku.. biarkan bodyguard kami mengantar mu.." Ucapnya dengan aku yang diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments