Azel juga sangat menyayangi Alica, ia selalu mau membantu adiknya itu, setiap kali mengalami kesulitan. Ia juga sering menasihati Alica untuk tidak membenci Axel. Karena bagaimanapun juga, mereka adalah saudara kandung. Azel suka mengingatkan Alica untuk hal-hal kecil. Membuat Alica merasa aman dan nyaman saat berada di samping Azel.
Ucapan yang sopan dan lembut membuat semua orang terkesan. Jika Si hati iblis sudah di miliki Axel. Maka, hati malaikat disandang oleh Azel. Azel tentu keberatan, dia menolak sebutan tersebut dengan alasan masih belum menjadi apa-apa dan masih banyak kekurangan. Begitu rendah hati, membuat Azel tidak dipandang sebelah mata. Dibandingkan Axel yang suka menyendiri, Azel lebih suka berbaur dan mengenal hal-hal baru. Baik di lingkungan manapun, Azekl selalu bisa menempatkan diri. Azel tidak pemilih dalam berteman, suka menolong dan berbagi.
***
Alica Williams, perempuan berparas cantik berusia dua puluh lima tahun ini, adalah seorang gadis yang ceria. Ia suka membantu sesama, kepeduliannya kepada orang lain sangat terlihat. Sejak kecil, Alica sering diajak Kakeknya dan Neneknya untuk berkunjung ke panti asuhan.
Kakeknya menjelaskan mengapa harus berbagi, apa alasannya dan apa yang akan didapatkan Alicia, jika melakukan perbuatan baik. Alica masih ingat kata-kata Kakeknya, yang mengatakan, tidak peduli seberapa kecil pemberianmu, asalkan kau tulus maka kau akan menerima berlipat-lipat dengan penuh suka cita.
Alica mendirikan yayasan bersama beberapa orang temannya. Yayasan itu ditujukan untuk mereka yang kekurangan dan terlantar. Alica mengajak teman-temannya untuk mau berbagi kepada sesama. Tentu saja kegiatan itu di dukung oleh Andrew dan Lovely. Mendapat dukungan dari keluarganya, Alica merasa senang.
Menjadi orang baik tidak serta merta mendapat pujian saja. Alica juga sering mendapatkan cibiran dari orang-orang yang berpikirian sempit dan tertutup. Mereka mengatakan, jika Alica hanya melakukan hal yang sia-sia yang tidak berguna. Mendengar cibiran, tidak membuat Alica jera. Alica justru semakin bersemangat mengumpulkan orang-orang kaya yang mau menjadi donatur dan menolong sesama yang membutuhkan uluran tangan.
***
Sore hari. Alica keluar dari kamarnya dan berjalan menuju meja makan. Alica mengambil gelas air minum, lalu menuang air ke dalam gelas. Alica memegang gelasnya, hendak meminum air dalam gelas. Baru saja ingin meminumnya, gelas berisi air yang dipegang Alica sudah direbut oleh Axel. Axel meneguk habis air dalam gelas dan mengembalikan gelas kosong ke tangan Alica.
Axel hanya tersenyum tipis lalu pergi meninggalakan Alica. Alica kaget dan kesal, Alica meletakan gelas di atas meja dengan kasar.
Takk ... Suara kaki gelas yang menyentuh meja kaca. Alica menatapi kepergian Axel dengan tatapan mata yang tajam. Azel juga baru pulang dari kantor, Azel melihat Alica dan menyapa.
Azel mendekati Alica, "Alica, apa yang lakukan?" tanya Azel.
Alica mengalihkan pandangan menatap Azel, "Ohh... hai Kak. Aku ingin minum, seperti biasanya Axel menggangguku."
Mendengar keluhan Alica, Azel mengambil gelas baru dan menuang air, lalu di berikan pada Alica.
"Ini, minumlah..." Azel memberikan gelas berisi air minum, Alica menerima dan tersenyum pada Azel.
"Terima kasih," kata Alica.
"Ya, aku akan mandi dulu. Dahh..." kata Azel yang langsung pergi.
Alica hanya mengedipkan mata sebagai jawaban, karena dia masih dalam posisi minum.
Alica meletakan gelas di meja. Alica melihat Andrew masuk ke dalam rumah. Dengan cepat Alica berlari memeluk Andrew.
"Papa..." teriak Alica.
Andrew terkejut, tiba-tiba saja Alica memeluknya. Andrew tersenyum, membalas pelukan Alica.
"Sayangku, kau mengejutakan Papa."
"Alica rindu sekali pada Papa," kata Alica.
Alica melepaskan pelukan dan menatap Andrew. Andrew mengelus lembut kepala Alica.
"Papa juga rindu. Bagaimana di Inggris? kau begitu lama meninggalkan Papa," jawab Andrew.
"Di sana sangat menyenangkan. Aku puas bermain bersama Filmoon," jawab Alica.
"Papa senang kau tersenyum cantik seperti ini. Oh... di mana Mamamu?" tanya Andrew.
"Mama mungkin di kamar, aku baru keluar dari kamar Pa." jawab Alica.
"Oh, begitu. Baiklah, mandi dan lekas bersiap-siap. Ayo kita makan malam bersama di luar," kata Andrew kembali tersenyum.
"Asik," jawab Alica senang, "Aku akan beritahu Axel dan Azel," kata Alica yang langsung pergi berlari kecil meninggalkan Andrew.
Andrew menatapi kepergian Alica. Ia pun melangkah pergi menuju kamarnya untuk menemui sang istri.
***
Tok... Tok... Tok... Alica mengetuk pintu kamar Azel.
"Kak, buka pintu," teriak Alica.
"Masuk," kata Azel dari dalam kamar.
Mendengar jawaban Azel, Alica langsung membuka pintu kamar dan masuk. Alica menutup pintu dan menghampiri Azel yang beru saja melepas kemejanya.
"Ada apa Alica?" tanya Azel.
"Papa mengajak kita makan malam," kata Alica.
"Beritahu Axel, aku akan mandi sekarang." jawab Azel.
"Kau saja, aku tidak mau!" ucap Alica menolak.
"Kenapa? ayolah, dia juga Kakakmu." sahut Azel.
Alica diam sejenak, Alica tidak pernah bisa menolak permintaan Azel.
"Baiklah, aku akan pergi ke kamarnya," kata Alica terpaksa.
"Bagus, itu baru Alica-ku yang manis. Pergilah," kata Azel yang sudah melangkahkan kaki masuk dalam kamar mandi.
Alica keluar dari kamar Azel. Alica menatap tajam pintu kamar yang berada di ujung.
"Menyebalkan," gerutu Alica.
Alica mendekati pintu kamar Axel. Alica mengetuk pintu kamar Axel keras-keras.
Tok... Tok...Tok...Tok... Begitu lama Alica mengetuk, tetapi tidak ada jawaban. Alica membuka pintu dan masuk kedalam kamar. Alica menutup pintu kamar perlahan, matanya menelusuri sekeliling kamar mencari keberadaan Axel.
Saat Alica baru melangkah beberapa langkah, Alica mendengar pintu kamar mandi dibuka. Axel keluar hanya dengan berlilit handuk di pinggang. Alica kaget, langsung berteriak membalikan badan.
"Aaaaaaa ... dasar menyebalkan!" Teriak Alica.
Mendengar teriakan Alica, Axel kaget. Axel pun kesal karena Alica masuk tanpa izin kedalam kamarnya.
"Hei, kau masuk tanpa izin? ingin aku tarik rambutmu?" gertak Axel.
"Jangan salah paham, aku sudah mengetuk pintumu keras-keras. Jika kau berani menyentuh rambutku, aku akan patahkan tanganmu itu. Aku datang untuk menyampaikan pesan Papa. Papa mengajak kita makan malam bersama," kata Alica yang langsung pergi setelah selesai berbicara.
Axel hanya diam, tidak menghiraukan ucapan Alica. Axel lekas berganti pakaian dan ingin segera bersantai.
***
Di luar kamar Axel. Alica menghela napas lega, Alica merasa kesal juga ada rasa sedikit takut. Axel selalu terlihat menyeramkan dibanding Kakaknya yang satu lagi, Azel.
"Untunglah aku segera pergi. Jika tidak, aku tidak tahu apa yang akan terjadi," gumam Alica.
Selama ini Alica jarang sekali mau berbicara dengan Axel. Axel tidak pernah puas menggoda dan membuatnya menangis. Alica juga takut, karena pernah melihat Axel memukuli teman sekolahnya sampai babak belur. Alica menjadi ragu jika dekat dengan Axel, takut jika Axel akan kasar atau bahkan memukulnya juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments