3 bulan kemudian
"Yang, coba deh kamu liat dekorasinya. Mau yang gimana?" Tanya Sarah kepada Dito sambil menyodorkan handphonenya yang menampilkan foto-foto dekorasi pelaminan.
Hari pernikahan yang mereka tunggu-tunggu memang masih 8 bulan lagi, tapi persiapan sudah harus dilakukan dari jauh-jauh hari. Mengingat keduanya yang sama-sama sibuk, mempersiapkan acara sebesar ini secara mendadak sama saja seperti jalan pintas menuju kegagalan acara sakral mereka.
Dito tampak antusias dan menggeser-geser foto yang ada di akun instagram itu. Lama kelamaan Dito semakin bingung dengan pilihannya. Maklum ini pertama kalinya dia melakukan hal seperti ini. Jadi semua ini tampak membingungkan baginya.
"Hmmm, sebenernya kalau mau keliatan sakral gitu kayanya bagus putih kan Yang? Tapi it's up to you deh, aku ga terlalu ngerti warna apa yang bagus. Yang penting kamu suka sama hasilnya." Ujar Dito menyerah setelah melihat-lihat foto yang tampak bagus semuanya.
Sarah tampak menyerah dan memilih sendiri. Dari dulu Dito memang selalu seperti itu. Indecisive. Susah mengambil keputusan dalam hal apapun. Ini juga penyebab kenapa Sarah seringkali tertipu harapan palsu karena Dito yang sulit mengambil keputusan. Tapi Dito adalah pria yang baik. Dia selalu menjadi pendengar yang baik, tidak peduli selelah apapun tubuhnya, Dito akan selalu ada ketika Sarah sedang penat dan siap menumpahkan seluruh cerita dan kekesalannya.
Dito juga memiliki kepribadian yang lembut dan sabar, tipikal pria Solo seperti pada umumnya. Ia selalu sabar menghadapi rengekan Sarah yang terkadang uring-uringan menjelang PMS. Ia selalu sabar menghadapi setiap permasalahan baik dalam hubungan mereka maupun dalam pekerjaannya. Dan hal yang paling Sarah sukai dari Dito adalah ia tidak pernah sedikitpun berkata kasar kepada Sarah. Jangankan berkata kasar apalagi melayangkan pukulan, meninggikan nada suaranya saja ia tidak pernah. Sesuatu yang Sarah rindukan dari seorang pria karena ia tumbuh dengan melihat ayahnya yang selalu bersikap kasar kepada ibunya.
Kalau diingat-ingat, dulu ketika ayah dan ibunya masih bersama, tidak ada satu haripun tanpa ledakan kemarahan sang ayah. Entah kopi yang terlalu panas lah. Sarapan yang belum siap lah. Anak-anak yang nilainya turun lah. Semua bisa jadi bahan bakar untuk emosi ayah Sarah yang pada akhirnya ditujukan kepada ibunya. Dan ibunya pun selalu mengiyakan saja setiap makian ayahnya.
Karena itu ketika Sarah bertemu dengan Dito, ia seperti menemukan oasis di tengah padang pasir. Kelembutan yang dapat melindunginya di tengah keras dan tajamnya batu di kehidupan Sarah. Dan itulah yang membuat Sarah selalu mencintai Dito bahkan setelah mereka 10 tahun bersama.
Sarah menghembuskan nafas pelan dan menatap mata Dito lamat-lamat.
"Yang, mulai sekarang kamu ga bisa kaya gini lagi loh. 8 bulan lagi kamu bakal jadi suami aku. Kepala rumah tangga kita. Ga ada lagi cerita ga bisa ambil keputusan kaya gini." Ujar Sarah mengingatkan Dito.
Dito tertawa mendengar perkataan Sarah.
"Iya-iya, tapi aku ga bisa harus berubah tiba-tiba jadi nyetir kamu Yang. Hahahaha. Nanti aku janji pelan-pelan bakal berubah. Ga plin plan gini lagi hahaha."
"Ah kamu mah suka gitu. Tar kalo plin plan gini, nikahnya keburu ga jadi loh!" Gerutu Sarah yang langsung disambut dengan mata Dito yang melotot.
"HEH! Ga boleh ngomong sembarangan gitu! Tar setan lewat terus ikut amin gimana?" Dito berseru kepada Sarah.
Sarah langsung menampar mulutnya sendiri karena bicara sembarangan.
"Iya!!! Ampuunn! Maaf maaf! Aku kalo ngomong suka ga dikontrol ih!!!"
"Hahahaha! Tuh, kamu juga harus benerin itu tuh. Gimana nanti kalo udah jadi mama terus suka keceplosan ngomong yang engga engga depan anak kita?" Canda Dito yang dibalas dengan gerutuan Sarah.
"Duhh, jangan sampe yaa nanti anak kita mulutnya sampah kek aku!" Seru Sarah tidak terima.
Keduanya tertawa bersama dan tenggelam dalam candaannya. Setiap orang yang melihatnya pasti akan melabeli mereka pasangan yang sempurna. Si cantik dan si tampan yang tampak seperti pasangan di opera sabun.
...****************...
"Yang, buruan ya siap-siap. Aku udah jalan ke kantormu. Palingan 20 menit lagi sampe." Ucap Dito di telepon.
"Aku udah di lobi nungguin kamu malahan, Yang! Udah aku bilangin jangan telat kan, taunya masih telat juga. Ini mbak Tika udah nelponin aku nanyain jadi fittingnya jadi ga? Udah berasa ditagih debt collector aku Yang" Sarah mengomel di telepon.
Dito tertawa renyah dari seberang telepon.
"Iya maaf ya Sayangku. Maaf banget. Hari ini ada meeting mendadak sama Kepala SDM. Aku juga kaget tau-tau kelar meeting udah jam lima." ucap Dito meminta maaf.
"Ya aku mah gapapa Yang, udah keseringan kena PHP kamu. Tapi mbak WO nya kan ga pernah kena PHP cowok kaya kamu Yang." Sembur Tika sewot.
Yah mau bagaimana lagi, memang pekerjaan Dito sebagai sebagai kepala proyek memang mengharuskannya untuk memiliki mobilitas tinggi. Hari ini disini, besok disana. Pagi ini di Bandung, sore sudah meeting lagi di Jakarta. Sibuk? Sudah pasti. Tapi semua Dito lakukan demi bisa menjadi pria yang diandalkan bagi Sarah. Sosok suami yang baik dan dapat memenuhi semua pinta istrinya
Mobil Dito tiba dan memasukki gerbang kantor Sarah. Sarah yang melihatnya langsung bergegas keluar lobi kantornya dan tanpa basa-basi langsung masuk ke mobil Dito tepat ketika mobil itu berhenti.
"Astaga Yang! Sabar dulu gabisa ya cantikku?" Seru Dito kaget karena Sarah langsung menyerbu masuk padahal mobilnya saja belum 5 detik berhenti.
"Gabisa Yang! Kita udah telat banget ini! Aku ga enak sama Mbak Tika! Yuk buruan gas-gas! Gigi 5 langsung!" Seru Sarah memburu Dito agar segera memacu mobilnya.
Kurang lebih 30 menit menempuh perjalanan, akhirnya kedua sejoli ini tiba di sebuah butik. Papan nama "Dream Wedding Organizer" terpasang dengan gagah di depannya. Dito pun segera memarkir mobilnya di halaman butik itu. Sarah bergegas keluar dan menarik Dito untuk masuk ke tempat itu.
"Aduh ya ampun Mbak Tika! Maaf banget! Kita telat banget ya! Aku tadi dapet nasabah rewel banget Mbak! Maaf banget ya Mbak!" Ucap Sarah memohon maaf karena tidak enak pada Mbak Tika, si pemilik Wedding Organizer yang akan menjadi vendor pernikahan mereka.
Ya memang seperti itulah Sarah. Tidak peduli apapun yang terjadi, dia tidak pernah menyalahkan Dito di depan orang lain. Baginya, biarlah setiap kesalahan yang Dito lakukan hanya ia yang mengetahuinya. Berkali-kali Sarah dengan sukarela meminta maaf kepada orang lain atas kesalahan Dito. Tidak boleh ada yang memandang Dito rendah, lemah dan julukan buruk lainnya. Jika baginya Dito adalah pria yang sempurna, maka setiap orang pun harus menganggapnya seperti itu. Karena itu, tidak peduli kesalahan apapun itu selalu disimpan rapat-rapat dan hanya diselesaikan di antara mereka berdua.
Mbak Tika hanya tersenyum dan mengatakan ke Sarah kalau semuanya bukan masalah. Sarah pun langsung tersenyum sumringah dan memulai fitting gaun pengantinnya.
"Yang, kamu tunggu disini ya! Aku fitting dulu di dalem, nanti abisnya baru kamu!" Ujar Sarah mengingatkan.
Dito hanya mengangguk sembari membuka pesan dari grup-grup kantornya. Memang kantornya sedang sibuk sekali akhir-akhir ini. Relokasi gedung lah. Dinas lapangan lah. Dan segala ***** bengek yang merepotkan lainnya. Sungguh kepala Dito sangat dipenuhi berbagai hal. Belum lagi persiapan pernikahannya dengan si pujaan hati yang makin hari makin dekat. Untunglah Sarah sangat bisa diandalkan dalam hal seperti ini. Jadi rasanya sudah separuh beban di kepala Dito terangkat karena kehadiran Sarah.
Sarah menatap dirinya di depan cermin sembari mengamati pantulan bayangannya dan Mbak Tika yang membantunya memakai pakaian pengantin. Ia memutar-mutar tubuhnya, melihat dan memeriksa setiap sisi pakaiannya. Apakah sudah pas? Apakah sudah cantik? Ah, rasanya semua pakaian disini begitu indah hingga Sarah bingung harus memilih yang mana. Kebaya keemasan yang ia kenakan rasanya sangat mewah dan indah. Tapi gaun berwarna merah maroon tadi pun juga tidak kalah indah.
"Gimana? Udah pas belum?" Tanya Mbak Tika menyadarkan Sarah yang tenggelam dalam perdebatan tunggalnya.
"Bagus semua ih Mbak. Aku bingung. Kalo ukurannya sih pas banget ini, cuma warnanya aku bingung antara yang ini sama yang maroon tadi deh." Sarah bimbang.
"Coba keluar dulu aja, tanya sama Mas Dito. Siapa tau dia bisa bantu pilih." Mbak Tika menyarankan.
Sarah pun segera keluar dari ruang fitting pakaian untuk menunjukkan gaunnya pada Dito. Tapi ia tak menemukan sosok Dito duduk di kursi tempatnya tadi. Matanya melihat ke berbagai penjuru butik, tak kunjung juga ia temukan pria bernama Dito ada disana.
"Dito dimana sih? Kok ngilang?" Sarah celingukan mencari kekasihnya.
Sarah meraih handphonenya dan langsung menelepon kekasihnya.
Nomor yang Anda tuju sedang sibuk.
"Loh Dito lagi nelpon siapa? Kok sibuk?" Sarah menatap ponselnya bingung
Sarah mendengus kesal dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia pun menunggu Dito sambil memainkan ponselnya. Tidak lama kemudian, Dito pun masuk ke butik dengan raut wajah murung. Sarah yang melihat sosoknya langsung menghampiri dan menanyakan pendapat Dito tentang gaun yang ia kenakan.
"Gimana Yang? Bagus ngga?" tanya Sarah langsung begitu melihat sosok Dito.
Dito hanya tersenyum mengangguk.
"Mendingan yang ini atau yang ini Yang?" Tanya Sarah sambil menunjukkan sebuah baju berwarna maroon yang tadi ia pilih.
"Terserah kamu, Yang. Dua-duanya cantik kok." Kata Dito meyakinkan Sarah.
Sarah yang merasa kekasihnya sedikit aneh pun langsung menghampirinya.
"Kamu kenapa, Yang? Kok badmood gini? Kelamaan nungguin aku ya?" Sarah khawatir melihat air muka Dito yang tampak gelap.
Dito menghembuskan nafas berat. Ia menyenderkan punggungnya sambil memijat-mijat keningnya.
"Ada yang mau aku omongin sama kamu."
...****************...
Sarah dan Dito hanya diam saja selama perjalanan. Keduanya tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Jantung Sarah berdegup kencang seperti bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Ia tidak sabar menunggu apa yang akan Dito katakan.
Tak lama kemudian, Dito menghentikan mobilnya. Sarah melihat ke sekitarnya. Oh, rupanya sekarang mereka ada di taman dekat rumah Sarah. Tapi kenapa Dito berhenti disini?
"Yang, aku mau ngomong sesuatu." Ucap Dito memecah keheningan.
"Ngomong apa? Kamu kenapa dari tadi kaya kusut banget Yang?" Sarah menjawab Dito dengan penuh rasa penasaran.
Dito menghela nafas. Berat.
"Susah banget aku ngomongnya. Tapi harus aku omongin juga"
Sarah menunggu kelanjutan kata-kata Dito. Dengan ragu Dito berbicara.
"Aku dipindah tugas, Yang..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments