Meminta bantuan

...~Happy Reading~...

Kini, Arga dan Maira sudah berpindah tempat. Keduanya berada tepat di teras rumah milik abi Mike. Dengan sangat terpaksa, Maira mengakhiri pertemuan nya dengan gus Hilal. Maira berjanji akan memberikan jawaban besok ba’da ashar.

Dan hal itu langsung di setujui oleh gus Hilal. Walau sebenarnya, laki laki itu seolah sudah tahu dan memiliki firasat akan jawaban Maira. Namun, ia masih tetap Ber-huznudzon dan berharap Allah akan membukakan nya jalan terbaik.

“Jawaban apa sih yang kamu maksud tadi?” tanya Arga mengerutkan dahi menatap Maira, “Dan tadi siapa? Kamu pacaran? Emang boleh sama Umma? Sama Abi kamu, emang kamu—“

“Tujuan kamu datang ke sini apaan sih Ga? Mau interogasi aku? Atau mau kenalan sama gus Hilal?” ucap Maira dengan cepat memotong pertanyaan dari Arga yang begitu beruntun.

Bukankah tadi Arga mengatakan ingin meminta bantuan padanya, lantas mengapa kini laki laki itu justru mempertanyakan siapa gus Hilal dan urusan nya apa dengan nya. Bukankah itu sangat tidak jelas, bukan urusan Arga tentu nya.

“Gus Hilal?” jelas Arga seolah membenarkan pendengaran nya, “Dia anak kiai Abdul?” imbuh nya menebak.

“Arga!”

“Astagfirullah, aku Cuma nanya Mai. Lagian, aku juga Cuma penasaran kok dia udah pulang, ku kira dia akan menetap di Jakarta. Kenapa—“

“Kamu jadi mau minta tolong gak sih? Gak jelas banget deh,” cetus Maira lagi lagi harus memotong pertanyaan dari Arga, “Kalau gak jadi, mending aku masuk. Dan kamu mendingan pulang!”

“Kok malah aku di usir? Aku jauh jauh dari Jakarta ke Bandung buat ketemu kamu loh Mai, kok di usir?” kata Arga sedikit mendengus seolah tak terima.

Arga sendiri, tanpa sadar diri mengapa Maira bisa bersikap ketus pada nya. Seharusnya, ia menyadari akan kesalahan nya, mengapa sikap Maira bisa berubah pada nya.

Sementara Maira, tentu saja gadis itu sedang mencoba menjaga jarak kepada Arga. Karena ia tidak mau merusak atau mengganggu hubungan Arga dengan kekasih nya.

Terlebih, laki laki itu akan segera melangsungkan pernikahan, jadilah ia tidak mau lagi terlalu dekat dengan nya.

Dan mungkin, tadi seharusnya ia segera mengiyakan tawaran gus Hilal sebelum berpisah. Agar dirinya tidak lagi goyah dan tidak lagi mengingat Arga.

“Arga, jadi nanya atau gak?” tanya Maira mengalah, dan kini sudah memelankan intonasi suara nya.

“Mai ... “ Arga menarik napas nya dengan cukup panjang. Laki laki itu menundukkan kepala memasang wajah sesedih mungkin karena memang dirinya sangat lah sedih.

Pernikahan nya akan di langsungkan beberapa hari lagi. Lebih tepat nya dua hari dari sekarang. Tapi, hingga saat ini, Arga belum menemukan keberadaan kekasih nya, Rahel.

Setelah pertemuan antara keluarga besar beberapa waktu yang lalu. Sikap Rahel berubah menjadi sangat manja, dan agak berlebihan. Arga yang memang mencintai gadis itu pun selalu menuruti semua kemauan nya.

Namun, beberapa hari terakhir, memang Arga di sibukkan dengan pekerjaan. Hingga membuat waktu nya jarang ada untuk Rahel. Tanpa Arga sadari bahwa ketika dirinya sampai seharian tidak menghubungi Rahel gadis itu menghilang.

Tiga hari sudah, Arga mencari keberadaan Rahel, namun tidak ketemu. Apartemen, rumah bahkan hotel milik keluarga nya juga tidak ada. Nomor ponsel nya tidak ada, gadis itu benar benar menghilang bak di telan bumi.