"Bagaimana keadaanmu sayang, Mama dari tadi nyariin kamu kemana-mana tapi tidak bertemu. Maafin Mama ya sayang." Ucap Bu Ayu sembari mengecup kening putrinya yang saat ini masih terbaring.
"Michi gak apa-apa kok Ma. Oh ya Ma, apa tadi Mama bertemu Adrian dirumah?" Tanya Michi pada Mamanya yang duduk dikursi yang ada didekatnya.
"Iya Nak, Mama bertemu kok, bahkan sekarang juga Adrian ada disini kok. Sekarang ada diluar. Kamu tenang saja, Papa tidak akan berbuat kasar dengan Adrian." Jawab Bu Ayu sembari mengusap kepala putri tersayangnya.
Michi seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Mamanya, karena yang dia tahu selama ini Papanya sangat melarang Michi dekat dengan Adrian.
"Ma, apa boleh Michi bertemu dengan Adrian. Ada sesuatu hal yang mau Michi bicarakan dengan Adrian. Boleh ya Ma?" Pinta Michi dengan memasang wajah yang memelas.
Meski tampak sedikit ada keraguan dengan dirinya, sang Mama pun mengiyakan apa yang menjadi permintaan putrinya.
"Tentu dong sayang, lagian Adrian juga disini kok, sebentar ya sayang, Mama panggil Adrian dulu." Mengecup kening putrinya dan pergi keluar untuk memanggil Adrian.
Bu Ayu yang keluar dari kamar tempat Michi dirawat, dari depan pintu terlihat Adrian yang dipojokkan oleh Pak Andika yang berada tak jauh dari ruang rawat Michi. Bu Ayu yang melihatnya pun segera menghampiri mereka.
"Papa kenapa seperti itu dengan Adrian," ucap Bu Ayu yang sudah berdiri dibelakang Pak Andika.
"Mama! Gara-gara anak ini, putri kita sekarang dirawat dirumah sakit, Ma. Untuk apa Mama mengajaknya kemari. Bikin Papa tidak nyaman saja." Dengusnya yang terlihat kesal.
Meski dia terus disudutkan, Adrian yang merasa dirinya tak bersalah ingin sekali memberontak, akan tetapi karena kini dirinya sedang berada di Rumah Sakit, akhirnya dia mengurungkan niatnya.
Bu Ayu segera mendekati Adrian dan mengajaknya untuk menemui putrinya. Meski demikian, Pak Andika tak mampu berbuat apa-apa.
"Adrian, Michi mau bicara denganmu. Sekarang kamu temui Michi ya? Mungkin ada sesuatu yang ingin dibicarakan denganmu. Ibu beri waktu, tapi tidak lebih dari sepuluh menit, karena Michi juga harus beristirahat." Ucap Bu Ayu dengan senyumnya yang ramah.
Begitu senangnya, dengan isyarat menganggukkan kepalanya, Adrian pun bergegas masuk menemui Michi dengan ijin Bu Ayu. Pak Andika menatap tajam ke arah Adrian, sembari mengepalkan tangannya seolah ini adalah sebuah penghinaan bagi dirinya.
"Mas Adrian,"sapa Michi dengan senyum sumringahnya melihat sosok lelaki yang selama ini sangat dikaguminya berdiri disampingnya saat ini.
"Michi bagaimana dengan keadaanmu, untung ada Bu Ayu yang baik hati mau mengijinkan ku untuk menemui mu." Ucapnya sambil memegang erat tangan Michi.
Namun tiba-tiba Adrian melepaskan tangannya dari genggaman Michi, ketika dia ingat dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Pak Andika.
Melihat hal itu, sontak membuat Michi terkejut. Karena tak biasanya Adrian seperti itu. Mungkin Adrian masih sakit hati saat kata-kata Pak Andika yang sudah merendahkan keluarganya.
"Mas Adrian, ada apa Mas?" tanya Michi yang terkejut melihat sikap Adrian yang tiba-tiba berubah.
"Tidak ada apa-apa Michi, tidak enak saja jika Papa dan Mamamu melihatnya." Jawab Adrian yang masih berdiri disampingnya.
"Owh ya, kata Bu Ayu kamu tadi memanggilku, memangnya Michi mau ngomong apa?" tanya Adrian.
Sejenak Michi hanya terdiam, serasa sulit baginya untuk mengatakannya kepada Adrian. Sebelum semua terlambat, Michi memberanikan dirinya untuk berkata jujur kepadanya.
"Mas Adrian, apa Michi boleh bertanya sesuatu padamu Mas. Setelah apa yang baru saja terjadi, apa Mas Adrian masih mau melanjutkan hubungan kita Mas?" tanya Michi yang sudah berlinangan air mata.
Melihat Michi dalam kondisi terbaring itu sudah cukup membuat Adrian merasa sangat iba, namun mengingat perkataan Pak Andika membuat dirinya kembali berpikir ulang untuk melanjutkan hubungan mereka.
"Sekarang aku harus bagaimana? Jauh didalam lubuk hatiku, aku sangat mencintaimu Michi. Akan tetapi dengan aku mengingat apa yang sudah diucapkan oleh Papamu, rasa bimbang terus mengikuti." Ucapnya dalam hati.
"Memangnya apa yang kamu harapkan dari orang seperti diriku yang miskin ini. Dirimu berpendidikan tinggi, sedangkan aku ... hanya seorang anak petani yang sepertinya tak pantas untuk mendapatkan cintamu kembali.
Kini Michi yang terlihat semakin tak mampu untuk menahan air matanya untuk terus menetes.
"Mengapa Mas Adrian berkata seperti itu? Bukankah kita pernah saling mengucap janji untuk sama-sama berjuang mempertahankan hubungan kita." Dengan uraian air matanya perlahan melewati pipinya.
"Mas tahu Michi, tapi apakah orang tuamu akan menerimaku sebagai menantu, sedangkan keadaanku sekarang seperti ini." Sambung Adrian yang berdiri membelakangi Michi yang terbaring disana.
Ruang yang berisi mereka berdua sejenak hening tanpa terdengar suara diantara keduanya.
"Michi. Apakah kamu benar-benar mencintaiku dengan semua kekuranganku ini?" tanya Adrian sembari berjalan mendekati Michi.
Michi yang terbaring di bangsal mencoba untuk dapat duduk. Dengan dibantu oleh Adrian, akhirnya perlahan-lahan Michi dapat duduk. Diraihnya tangan Adrian dan memintanya untuk duduk berdua dibangsal itu. Michi menyandarkan kepalanya di bahu kanan Adrian.
Ingin menolaknya akan tetapi Adrian tak ingin membohongi hatinya, bahwa sebenarnya dirinya juga masih sangat berharap wanita yang saat ini ada disampingnya yang akan menjadi pendamping hidupnya.
"Mas! Michi gak pernah melihat Mas Adrian itu karena kekuranganmu. Tapi Michi mencintaimu karena ketulusanmu selama ini. Sampai kapanpun, Michi akan selalu menunggu Mas Adrian untuk menjemput ku di pelaminan." Ucapnya lirih dalam sandaran Adrian.
"Tapi, bagaimana dengan Papamu. Pasti beliau sangat kecewa, jika putrinya bersanding dengan laki-laki miskin sepertiku." Sahut Adrian sembari mengusap rambut Michi.
Perlahan Michi melingkarkan kedua tangannya dibagian pinggang Adrian. Membuat Adrian merasa khawatir. Adrian takut jika orang tua Michi melihatnya.
"Michi!!"
Tiba-tiba terdengar suara Pak Andika yang sudah berdiri di samping mereka berdua. Dengan cepat Michi melepaskan pelukannya. Pak Andika dengan cepat menarik tangan Adrian hingga tersungkur dari bangsal.
"Apa-apaan ini! Pantas saja saya menunggumu sedari tadi tidak keluar. Kamu malah dengan enaknya memeluk anakku. Dasar laki-laki b*jing*n kamu!!" Geramnya.
"Kamu benar-benar tidak tahu di untung. Sudah saya berikan kepercayaan padamu untuk menemui putriku, karena saya melihat kamu itu anak yang baik. Tapi, kamu sudah mengecewakanku Adrian. Sekarang juga kamu cepat pergi dari hadapanku. Sekarang!!" Sahut Bu Ayu.
"Adrian minta maaf Bu, Pak?" ucapnya sambil memohon kepada kedua orang tua Michi.
"Bukan salah Mas Adrian Pah, Mah. Semua salahku?" ucap Michi dengan isak tangisnya tiada henti.
"Kamu tidak usah membela orang tidak tahu diuntung ini Michi. Sekarang saya minta kamu pergi dari hadapan saya," ucap Pak Andika sembari menunjuk Adrian dengan tatapan penuh dengan amarahnya.
"Sekali lagi Adrian minta maaf Pak, Bu?" ucapnya dan tanpa berkata apa-apa lagi, Adrian pergi meninggalkan Michi dan orang tuanya yang berada disana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments