Anak Terkutuk

Malam itu, badai menerpa seluruh kerajaan Vitsula. Hujan yang deras menyebabkan permukaan air di sungai meluap dan menghancurkan lahan pertanian di kota-kota kerajaan yang berada di tepi sungai. Banjir menenggelamkan kota-kota tersebut. Mereka yang terbangun segera menyelamatkan diri dan barang-barangnya. Setidaknya yang bisa mereka angkut.

Namun di tengah kepanikan malam itu, di sebuah rumah dengan dua lantai, seorang ibu sedang memeluk anaknya yang baru lahir. Di dalam ruangan yang sama, seorang lelaki paruh baya sedang memberikan sesuatu semacam ceramah. Di temani cahaya remang, dia memberikan khotbah kepada dua orangtua anak yang baru lahir tersebut.

"Bergembiralah wahai kalian. Oracle dari dewi telah sampai kepada kami. Di masa depan, anak laki-laki kalian ditakdirkan untuk mengakhiri bencana yang disebabkan oleh raja iblis. Karenanya, di usia lima tahun, kami akan mengambil anakmu dan memberikan pendidikan gereja untuknya."

Sesudah khotbah itu, lelaki paruh baya itu meninggalkan mereka bertiga, pergi menembus banjir dengan sebuah sampan menuju gereja tempat dirinya tinggal. Sejenak ia mengadah ke langit malam yang dipenuhi oleh gemuruh kilat dan petir.

"Ini adalah pertanda darimu, wahai dewi nan Agung."

...****...

Di saat yang sama, Fredrick sedang tidur, ditemani oleh ibunya. Dalam tidurnya, dia mengalami sebuah mimpi. Mimpi yang sangat aneh sekaligus menakutkan. Dirinya melihat seorang pria dengan rambut hitam, wajah yang amat tampan, dengan mata merah menyala, sedang berdiri di antara tumpukan mayat sembari mengayunkan pedangnya nan indah untuk mengalahkan musuh-musuhnya.

Melihat hal itu, Fredrick sangat ketakutan. Tapi di saat yang sama, dia terpukau dengan teknik berpedang yang orang itu mainkan. Gerakannya sangat halus, sederhana, namun indah. Semua musuh yang menghampirinya, manusia, monster, makhluk seperti manusia yang memiliki sayap, semuanya hancur di bawah pedangnya.

Tidak berapa lama kemudian, pria itu menghampiri Fredrick. Wajah dan pedangnya berlumuran darah. Matanya membinar saat ia mendekati Fredrick. Ia tersenyum. Perlahan jarak mereka semakin dekat. Fredrick kecil ingin menghindari pria itu namun kakinya tidak bisa bergerak.

Saat jarak diantara mereka telah mencapai dua jengkal, pria itu membungkukkan tubuhnya, dan mengatakan sesuatu.

"Jadi kau, anak dengan takdir yang malang itu. Betapa kasihannya. Masa depanmu akan dipenuhi oleh tragedi yang amat suram. Pengkhianatan, kemunafikan, pembantaian, dan mimpi-mimpi buruk lainnya. Semua itu akan terus mengitarimu, wahai anak kecil."

Fredrick semakin takut. Kakinya bergetar. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya orang itu bicarakan. Bahkan mulutnya terkunci sehingga dia tidak bisa mengatakan apapun.

"Namun entah bagaimana, kau terus berdiri. Kau terus hidup. Kau terus maju, membawa semua rasa sakit yang berada di hatimu, membawa segala beban berat yang bertengger di pundakmu. Tanpa menoleh ke belakang. Meskipun seluruh dunia memusuhimu, Meskipun para dewa dan dewi bodoh itu berniat menghancurkanmu.

"Kau adalah pria yang kuat, nak. Lebih kuat dari siapapun yang pernah kutemui. Tapi tenang saja, aku akan membimbingmu, mulai dari saat ini. Selamat mengarungi kerasnya dunia, kawan."

Pria itu menyentuh dahi Fredrick menggunakan jari telunjuknya. Seketika kepala Fredrick terasa ingin meledak. Ada banyak informasi yang masuk ke dalam kepalanya. Pria itu tersenyum dan melambaikan tangannya. Lantas, semuanya menjadi gelap.

Fredrick terbangun. Tubuh kecilnya penuh keringat dingin. Seluruh anggota badannya masih bergetar. Dia tidak bisa melupakan mimpi itu. Dengan penuh rasa takut, ia kembali berbaring dan memeluk ibunya yang sedang menemaninya tidur.

"Aku takut, ibunda. Aku takut."

Fredrick jarang menangis. Bahkan ketika dirinya terluka karena sedang berlatih atau karena terjatuh, dia tidak menangis. Seorang pewaris keluarga Heisenberg tidak boleh menangis karena masalah remeh, itulah yang ayahnya katakan. Tapi kali ini dia benar-benar tidak bisa menahan tangisnya.

Mungkin karena mendengar isak tangis, Carla terbangun. Betapa terkejut dirinya ketika melihat Fredrick menangis sambil memeluknya. Dengan cepat, Carla mengusap kepala Fredrick dan menenangkannya. usapan itu membuat Fredrick menjadi lebih tenang. Dan tidak butuh waktu lama untuk membuatnya kembali terlelap. Kali ini, tidak ada mimpi buruk yang menghantuinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!