Ketahuan zina.

"Hay Hen.. kamu pulang kok dadakan? kalau tau kamu mau pulang kan mas bisa jemput di bandara" Sulaiman menyapa adiknya begitu turun dan menghampiri nya.

"Ah tidak apa lah mas, aku bukan anak kecil, sebaiknya mas fokus ngurusin Azkia saja" jawab Heny.

Seolah Heny mengerti dengan apa yang sedang Azkia rasakan saat ini. Dan mendengar ucapan Umani nya itu, Azkia langsung menatap nya dengan sangat tajam, seakan dia ingin menyampaikan sesuatu namun dirinya tak mampu.

Menangkap mata Azkia tersebut, Heny juga bisa merasakan ada sesuatu yang sedang dipendam oleh Azkia.

"Mas.. leher kamu kenapa? masuk angin kah?" tanya Heny saat melihat ada beberapa tanda merah di lehernya Sulaiman.

"Ehh gawat.. ternyata Yulia meninggalkan bekas bibir nya di leher ku, bagaimana ini aku menjelaskan nya, apalagi disini ada Azkia" gumam Sulaiman dalam hatinya.

"Mas kamu kenapa? kok malah keringatan begitu, perasaan rumah ini tidak terlalu panas lah" Heny pun merasa semakin curiga melihat sikap Sulaiman itu.

"Permisi.. Selamat siang semuanya" suara Yulia yang menghampiri semua orang di ruang tamu, membuat mereka sangat terkejut. Tanpa terkecuali Sulaiman yang sampai membelalakkan kedua matanya saat melihat penampilan Yulia yang sangat sexy itu.

"Astaghfirullah ... Siapa kamu? kenapa kamu berpakaian minim seperti ini didalam rumah ini?" Melihat wanita yang begitu sexy dengan pakaian seperti itu, membuat Heny bangkit dan langsung menanyakan nya.

"Hmm saya..." saat Yulia ingin mengungkapkan jati diri nya yang sebenarnya, Sulaiman dengan cepat menyela.

"Oh dia sekretaris ku di kantor, karena aku lagi tidak sehat, jadi dia sengaja aku suruh ke rumah untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan" ujar Sulaiman menyela ucapan Yulia.

"Kalau cuma urusan pekerjaan kenapa tante itu ada di dalam kamar papa tadi?" mendengar ucapan Azkia itu, sontak Sulaiman dan Heny terkejut.

Sulaiman hanya mampu menelan air liurnya, sungguh dia tidak mengira kalau anaknya akan mengetahui Yulia berada dalam kamarnya.

"Apa? Kia tau dari mana kalau sekretaris nya papa ini di dalam kamarnya papa?" Heny tanpa banyak berfikir langsung mengorek informasi dari keponakan nya itu.

"Iya tadi Kia nggak sengaja dengar Uma, saat Kia mau ke kamar, terus Kia dengar ada suara-suara aneh dari kamar papa, pas Kia dengerin ternyata suara wanita, tapi nggak lama Uma datang, jadi Kia lupa deh" jawab Azkia menjelaskan apa yang dia ketahui.

"Ohhh begitu, ya sudah sekarang Azkia sebaiknya mandi sana, badan Kia bau walang sangit, apek banget, Uma nggak tahan mencium aroma nya" ucap Heny yang dengan sengaja menyuruh Azkia untuk masuk dalam kamarnya.

"Ih masa sih" jawab Azkia sembari mengendus bagian ketiak dan tubuh lainnya.

"Ehh iya bau keringat Uma hehehe.." lanjut Azkia yang kemudian beranjak dari tempat duduknya dan langsung naik ke lantai atas dan masuk dalam kamarnya.

Setelah memastikan bahwa Azkia tidak lagi mendengar perbincangan mereka dibawah, Heny pun segera menarik lengan Yulia dan membawa nya ke teras rumah itu.

"Heny.. Hen mau kamu bawa kemana dia??" Sulaiman yang panik pun berusaha mencegah nya dan berteriak kepada Heny.

"Kamu wanita, dan saya juga wanita. Melihat leher abang saya penuh dengan tanda merah, ditambah keponakan saya mendengar suara kamu dari dalam kamar abang saya, saya rasa pasti kalian sudah berbuat zina di rumah ini. Sebaiknya kamu keluar dan pergi dari sini, sebelum kesabaran saya habis" Ucapan Heny yang kasar dan tegas itu sama sekali tidak membuat Yulia takut.

Yulia justru menertawakan Heny dengan cukup keras. Sulaiman yang mendengar ucapan Heny juga hanya bisa diam tanpa membantah sama sekali.

"Kenapa kamu tertawa?" tanya Heny saat Yulia merespon ucapan nya dengan tawa lebar nya.

"Bagaimana aku tidak tertawa mendengar ucapan seorang wanita kolot seperti dirimu" ucapan Yulia membuat Heny menjadi berang. Sedangkan Sulaiman hanya bisa menelan air liur nya lagi dengan mata yang terbelalak.

"Jangan kamu kira dengan pakaian ku yang seperti ini, aku tidak akan mampu menghajar mu ya" hardik Heny dengan tegas.

"Ughh takut ... hahaha ..." bukan nya takut atau menyesali perbuatan nya, Yulia justru dengan sengaja meledek Heny dan menertawakan dirinya lagi.

"Bughhh ..." tanpa aba-aba, Heny langsung menjatuhkan tinju nya di wajah Yulia.

"Heny ... apa-apaan sih kamu, pulang dari pesantren tapi kelakuannya barbar sekali" hardik Sulaiman dengan sangat emosi.

"Kamu tidak apa-apa Yulia?" Sulaiman langsung menghampiri Yulia dan melihat kondisi Yulia yang sudah meneteskan darah dari lubang hidung nya.

"Mas, hidung ku berdarah mas, kasih pelajaran adikmu ini mas, biar dia nggak kasar terhadap aku mas, aku nggak terima dengan sikap nya ini" Yulia pun menjadi emosional setelah menyadari hidung nya mengeluarkan banyak darah.

"Sudah lah Yul, sebaiknya kita ke klinik saja sekarang, sebelum hidung mu semakin menghabiskan banyak darah" ujar Sulaiman yang ingin melerai pertengkaran Heny dan Yulia.

"Ya bawa dia pergi, aku sudah menyuruh nya untuk pergi, bukan? tapi dia bukan nya pergi, dia malah memilih untuk menentang ku" hardik Heny dengan penuh amarah.

"Kamu tunggu mas pulang, mas akan bahas masalah ini sampai tuntas dengan mu, ayo kita pergi" ucap Sulaiman kepada Heny dengan sangat tegas, kemudian Sulaiman membawa Yulia pergi dari rumahnya.

"Pergi yang jauh, sekalian kamu bawa dia ke neraka bersama mu mas.. cuihhh.. sungguh menjijikkan aku terlahir dengan rahim yang sama dengan kamu mas" hardik Heny yang begitu marah dan emosi dengan kelakuan abang nya tersebut.

"Hey..." Yulia berusaha ingin terus melawan Heny. namun Sulaiman mencegah nya, dan menariknya dengan paksa ke dalam mobilnya.

"Mas.. kenapa sih kamu diam saja adikmu bicara kasar seperti itu? kamu bilang adikmu mengajar di pesantren, tapi pesantren mana yang mempunyai guru seperti itu mas, sudah lah kasar, barbar lagi" ucap Yulia dengan deru nafas yang memacu begitu kencang.

"Tenang lah, jangan kamu terus menyiksa pikiran mu dengan hal yang tidak penting, sekarang aku akan membawamu ke klinik" jawab Sulaiman yang kemudian menjalankan mobilnya dan membawa Yulia ke klinik terdekat.

"Dasar manusia tak punya iman, bisa-bisanya berbuat zina di rumah nya sendiri" gerutu Heny saat melihat mobil Sulaiman keluar dari halaman rumah itu.

"Uma.. papa pergi ya?" Suara Azkia mengagetkan Heny, dan membuat Heny menarik nafas panjang agar tidak terbawa emosi berlarut-larut.

"Astaghfirullahalazim" Heny pun beristighfar begitu menyadari dirinya sudah dikuasai setan.

"Iya anak Uma, papa kamu sudah pergi dengan tante tadi" jawab Heny setelah berhasil meredam emosi nya dan menenangkan hatinya.

"Yahh pasti pulang nya malam lagi tuh" ucap Azkia sambil memberengut.

"Memang nya papa sering pulang malam yah?" tanya Heny yang penasaran.

"Hampir setiap malam Uma, bahkan hari ini Kia saja pulang nya jalan kaki, karena papa nggak jemput Kia" ucap Azkia yang semakin sedih.

"Apa? Kia pulang jalan kaki dari sekolah?" tanya Heny untuk memastikan apa yang baru saja dia dengar dari keponakan nya itu.

"Iya Uma, Kia sudah hubungi papa melalui ponsel miss Arin, tapi tidak di jawab sama papa, akhirnya Kia pulang jalan kaki saja, dari pada nunggu papa yang nggak datang untuk jemput Kia" ucap Kia mengeluhkan isi hatinya.

"Hmm maafin papa kamu ya nak, papa kan tadi bilang kalau papa lagi nggak enak badan, jadi mungkin papa kamu lupa" jawab Heny yang menutupi kesalahan Sulaiman dengan alasan sakit.

"Iya Uma, Kia sudah maafin papa" ucap Azkia.

"Ya sudah sekarang Uma temenin kamu makan siang yah" Heny pun mengajak Azkia untuk berjalan menuju dapur, dan mereka pun makan bersama di meja makan.

BERSAMBUNG....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!