"Hentikan, Frederick. Jangan berpikir kalau aku akan menyerahkan keperawanan ini untukku, meskipun Xavier belum menyentuhku, tapi bukan berarti kau bisa mempermainkan kakak iparmu sendiri. Jadi sekarang, biarkan aku ke luar dari tempat ini atau aku akan berteriak sampai Xavier dan yang lainnya melihat kita di sini," ancam Pandora dengan cepat.
Namun tetap saja, Frederick mengganggap semua ancaman itu tidaklah berguna. "Silahkan saja berteriak dengan sesuka hatimu, Pandora. Tapi jangan lupa, bahwa mereka hanya akan percaya padaku, bukan padamu karena bisa saja aku mengarang cerita jika di sini kaulah yang sedang berusaha menggoda ku. Xavier pun akan dengan mudahnya percaya."
"Frederick memang benar, karena bagaimanapun aku belum bisa mendapatkan kepercayaan Xavier sepenuhnya," batin Pandora yang mulai memikirkan semua konsekuensi atas sikapnya jika salah berbuat.
"Lalu jika bukan untuk menyentuhku, maka katakan niatmu mengajakku ke tempat gelap seperti ini. Perpustakaan ini sudah ditinggalkan cukup lama, tidak akan mungkin kau mengajakku begitu saja, bukan?"
"Tepat sekali! Inilah asalan ku untuk membawamu ke sini. Mungkin aku memang tidak banyak tahu tentang dunia luar, tapi apakah kau tahu dengan sebuah kalung liontin mahkota? Mungkin saja kau tahu karena kau pun berasal dari keturunan raja," tanya Frederick dengan serius.
"Liontin mahkota? Tunggu, kenapa tiba-tiba kau bertanya? Tapi, sebelum aku menjawabnya. Bisa sebutkan contohnya dulu? Meskipun aku sedikit tidak asing, tapi tetap saja aku ingin melihatnya dulu."
"Tentu, ayo ikut denganku," ajak Frederick sembari menggenggam tangan Pandora. Terlebih di tempat ini banyak debu juga Frederick merasa takut kalau misalnya ada binatang kecil melata.
Mengeluarkan sebuah buku tebal, dan langsung menuju ke halaman liontin. "Lihat gambar ini baik-baik. Aku sempat melihat serpihan dari liontin mahkota ini di lehernya Pythia saat aku menculiknya tadi ketika lampu padam. Itu sebabnya, aku sangat penasaran sekarang. Terlebih dia datang dengan tiba-tiba, dan langsung disebut sebagai titisan dewi, itu sangat aneh bukan?"
Pandora terdiam seperti mengetahui sesuatu. Ia menatap dengan begitu lama. "Tunggu aku di sini sampai aku kembali. Aku akan meminta seseorang untuk mengambil kalungku. Sepertinya serpihan liontin mahkota ini juga aku miliki, tapi warnanya seperti apa aku tidak mengingatnya dengan jelas karena sudah lama tidak aku pakai, dan terakhir aku memakainya saat diberikan hadiah ulang tahun ke sepuluh oleh ayahku."
"Aku akan ikut bersamamu, Pandora."
"Baiklah, kita akan bergerak sekarang."
"Oke, aku setuju."
Membawa buku tebal tersebut bersamaan dengan mereka. Lalu pergi melalui pintu belakang secara diam-diam. Niat keduanya tidak sadar kalau sudah terlihat oleh Baron yang masih siap siaga bertugas untuk mengawasi istana.
"Itu kan Ratu Pandora dan Frederick, mau ke mana mereka berdua? Tumben sekali bisa akur," gumam Baron dalam penuh kebingungan. Terlebih ia mengetahui jika dua orang yang ia lihat memang lebih sering bertengkar.
Rasa penasaran yang semakin tinggi, membawa Baron untuk segera menuju ke kamar Xavier.
"Maaf membuatku mengganggu, Baginda Raja. Ada yang aneh dengan apa yang aku lihat sebelumnya. Tadi itu Pandora dan Frederick aku lihat mereka pergi bersama dengan sangat terburu-buru sekali. Bahkan melalui pintu belakang. Aku takutnya ada hal buruk," bisik Baron karena menyadari keberadaan Pythia di dekat sang raja.
"Pastikan mereka tidak berbuat ulah. Baron, kau harus mencari tahu semuanya, aku tidak ingin satu pun informasi ada yang kurang," lanjut Xavier.
"Siap, Baginda Raja. Akan aku usahakan."
"Aneh sekali, Pandora dan Frederick pergi bersama. Bahkan Pandora yang manja itu jangankan mau ke luar dari pintu belakang, lewat pintu depan saja harus ada pengawal yang mendampinginya agar menarik gaunnya yang panjang. Rasaku memang ada sesuatu yang aneh," batin Xavier yang semakin yakin.
Pandora tiba di istananya dengan memasuki ruang bawah tanah yang langsung menembus jalan ke dalam kamarnya. Tanpa ia duga, bahwa Baron berusaha diam-diam mencari tahu semuanya.
Menatap ke arah serpihan liontin mahkota yang terlihat sangat mirip dengan gambar di dalam buku, dan semakin membuat Frederick yakin bahwa memang liontin ini sangat mirip dengan milik Pandora.
Mata mereka saling menatap. "Tidak ada bedanya, itu artinya ... kau dan Pythia-"
"Tidak, Frederick. Itu sama sekali tidak mungkin. Bagaimana mungkin aku bisa tiba-tiba menjadi saudara dari Pythia? Sedangkan selama berpuluh-puluh tahun kami tidak bertemu, dan warna kulitnya jauh sangat berbeda denganku. Terkecuali hanya ibuku yang memiliki warna kulit putih bersinar seperti Pythia."
"Bisa aku lihat foto kenangan milik keluargamu? Maksudku ibu dan ayahmu saja."
"Kami tidak memiliki foto, tapi hanya ada lukisan yang sangat mirip dengan foto. Ambilah ini. Memang aku menyimpan kenangan ini di kamarku," sahut Pandora.
"Di dalam lukisan ini saja hanya kau yang memiliki warna kulit sama dengan ayahmu, tapi ibumu tidak. Lalu ini lihatlah? Satu wajah asing dihapus. Ini sangat mustahil, bukan? Apa tidak sebaiknya kau cari tahu hal ini, Pandora? Jika memang kebenarannya kalau Pythia itu saudaramu, maka dia sudah jelas-jelas berbohong dengan menyebutkan dirinya sebagai titisan dewi. Aku pastikan hukuman mati akan ia dapatkan jika terbukti dengan kebohongan ini," desak Frederick dengan sangat keras.
Raut wajah Pandora terlihat penuh keraguan. "Frederick, tapi aku takut untuk berbicara dengan ayahku? Kami tidak saling mengobrol, bahkan di meja makan dulu, duduk sejauh dua meter padahal di dalam satu meja. Kau bisa membayangkan sendiri bagaimana aku jauh dengannya, kan?"
"Rumit sekali, tapi bagaimanapun itu kau tetaplah harus mencari tahu keberadaannya, Pandora. Jika memang ini benar, maka kau harus bertindak untuk membongkar semuanya. Aku pasti akan membantumu, percayalah," sahut Frederick dengan sangat baik.
"Terlebih sudah sejak lama aku menyayangimu, Pandora. Andaikan saja kau tahu betapa aku sangat mencintaimu, tapi aku tahu bahwa kebahagiaanmu justru hadir saat bersama dengan Xavier. Meskipun demikian, dia tidak boleh menyakitimu, jika memang terbukti Pythia bukanlah titisan dewi," batin Frederick yang memiliki sebuah rahasia besar tanpa berani ia utarakan.
"Rasanya aku tidak berdaya, Frederick. Bagaimana mungkin untukku bisa berbicara dengan ayahku?"
"Keraguan itu hanya akan terus membuatmu merasa dalam ketakutan, dan tidak akan bisa membuatmu melangkah jika saja ketakutan masih bersemayam di dalam hatimu, Pandora. Sekarang pikirkanlah tentang Xavier, kau sangat mencintainya, kan?" saran Frederick yang semakin berusaha keras membuat wanita itu tidak menyerah.
"Frederick, aku sangat -"
"Aku tahu kau sangat ketakutan, tapi jauh merasa takut jika aku berusaha merampas keperawanan mu sekarang. Maka pilihlah satu pilihan, Pandora. Pergilah sekarang untuk bertemu dengan ayahmu, atau sebaliknya, tetap bersamaku di sini dan layani diriku."
"Kau ini ... ish! Oke aku akan pergi, tapi kau jangan dulu pergi dari sini, ya!"
Sontak membuat Frederick terkekeh kecil saat melihat Pandora yang terlihat ketakutan dengan ancaman konyolnya. "Andaikan itu benar, tapi mana mungkin aku akan merampas keperawanan mu, terkecuali dengan izinmu sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments