Mereka masuk bersama-sama ke dalam ruangan dengan hati-hati, segera mereka berdiri berjejer dihadapan sang pimpinan. Tampak berbeda dengan ruangan-ruangan lain yang dipenuhi dengan nuansa kantor, ruangan ini memancarkan keunikan tersendiri.
Dindingnya terbuat dari susunan batu-bata imitasi yang memberikan kesan cokelat, meskipun sebenarnya hanya wallpaper. Seluruh ruangan didominasi oleh nuansa cokelat, mulai dari meja, kursi, hingga jendela besar yang melingkupi satu sisi ruangan.
Namun yang paling menarik perhatian Will adalah kehadiran pimpinan itu sendiri. Ia terpesona melihat sosok wanita yang begitu cantik, matanya berwarna merah, rambutnya bergradasi hitam dengan sentuhan merah yang memukau. Rambutnya berponi bangs dengan gaya yang begitu mempesona, dan dibagian belakang, rambutnya terikat rapi.
mengenakan kemeja dengan rompi Kevlar yang memberikan kesan profesional, paduannya dengan celana panjang hitam dan sepatu kantor pria menambah kekarismaannya. Wajah Will memerah saat ia melihatnya, seolah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Wanita itu melanjutkan dengan tatapan tajam yang menghujam Will. sontak ia terkejut oleh tatapannya dan terpaksa mengalihkan pandangannya.
Wanita itu mulai berbicara,
"Apa kalian tau, sekelompok penjahat super bernama Tyrant?" tanyanya memulai topik pembicaraan
Will melebarkan matanya, mengetahui siapa yang dimaksud,
"Ah, Tyrant ya... Penjahat dengan kekuatan luar biasa. Reputasi mereka menyebar hingga ke seluruh negara. Jangan bilang misi kali ini melawan mereka" gumamnya dalam hati
"Belakangan ini, kasus-kasus kematian yang mengerikan dan tak wajar terus terjadi," lanjut wanita itu sambil menunjukkan beberapa foto yang terletak di mejanya. Will dan timnya mendekat dan melihat dengan seksama foto-foto itu.
"besi panas, lift yang mendadak rusak dan jatuh, pembunuhan secara sadis. Semua ini terjadi dengan frekuensi yang mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Ada dua kemungkinan penyebabnya: entah itu ulah iblis atau anggota Tyrant...."
Wanita itu berhenti sejenak, memberikan ruang untuk kata-katanya meresap ke dalam pikiran tim yang mendengarkan dengan hati-hati.
"Oleh karena itu, aku ingin kalian menyelidiki penyebab kasus-kasus aneh yang terjadi di desa ini. Disana terdapat kasus paling banyak dengan kematian tak wajar" lanjutnya sambil menyerahkan sebuah laporan kepada mereka.
Dono, selaku ketua tim, mengambil laporan tersebut dengan hati-hati dan membukanya.
"Bagaimana jika ini merupakan iblis? kalaupun bukan iblis melainkan anggota Tyrant, itu tetap saja akan membuat kami semua terbunuh. Tugas kita adalah menjaga ketertiban dari penjahat-penjahat dengan kekuatan super yang beroperasi di bawah kegelapan malam. Penyihirlah yang bertanggung jawab menghadapi iblis, dan para pahlawanlah yang bertanggung jawab menghadapi anggota Tyrant" ucap Dono dengan serius, wajahnya mencerminkan ketegasan.
"Aku tidak meminta kalian untuk bertarung, melainkan hanya menyelidiki apa yang terjadi didalam desa tersebut. Kalau keadaan menjadi buruk, kalian bisa memanggil bantuan." jelas wanita itu, mengisyaratkan bahwa tugas ini adalah sangat mendesak dan harus segera ditangani
Dono melihat laporan itu. membacanya dengan seksama,
"Baiklah, akan kami laksanakan"
Wanita pimpinan itu mengangguk,
"Bila tidak ada hal lain yang harus ditambahkan, aku ingin kalian pergi ke desa itu dan menyelidiki apa yang terjadi. Semoga kalian beruntung," tambah wanita itu dengan nada tegas.
***
Will dan timnya segera melaksanakan perintah tersebut. Sesaat akan memasuki mobil di parkiran, Will bertanya pada Dono, selalu ketua,
"Apakah berhadapan dengan iblis sebegitu menakutkannya? aku paham kalau anggota Tyrant punya kekuatan luar biasa, tapi aku belum pernah menjumpai iblis sebelumnya" tanya Will polos sembari membuka pintu mobil,
Dono yang hendak memasuki mobil terhenti sejenak,
"Ya, berhadapan dengan iblis lebih menyusahkan ketimbang manusia super. kekuatan iblis terkadang melawan nalar manusia, tidak terdaftar dalam jenis kekuatan yang ada" jelas Dono, dia kemudian memasuki mobil
Begitu juga dengan Will, ia duduk di kursi penumpang. Segera diraihnya safety belt dan dipasangkan,
"Kekuatan tidak terdaftar ya, maka dari itu dibentuk organisasi penyihir untuk melawan mereka. Lalu apa yang terjadi seandainya misi ini adalah melawan iblis dan bukan manusia super?" tanya Will lagi,
Dono terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan tersebut di kepalanya.
"Dahulu, kekuatan super adalah sebuah ancaman yang besar, butuh usaha ekstra hingga ancaman itu terkendali, sampai membentuk kepahlawanan dan polisi pasukan khusus seperti kita.
Namun di saat satu terkendali, muncul satu ancaman lain. Ancaman yang lebih berbahaya dari apapun di dunia ini, iblis. Makhluk yang ntah muncul darimana, meneror ketakutan pada setiap benak semua orang.
Jikalau saja yang akan kita lawan ini adalah makhluk seperti itu, maka kemungkinannya adalah kita semua akan mati" jelasnya panjang lebar.
Will hanya mendengarkan dengan tatapan biasa, seolah tidak ingin memikirkan apa yang akan terjadi.
Tanpa waktu berlalu, mereka bergerak menuju desa tersebut. Ternyata desa tersebut berjarak jauh dan tersembunyi di pelosok. Perjalanan menghabiskan waktu dua jam dan telah melewati pukul 10 pagi. Ketika mereka hendak memasuki pintu selamat datang, mereka dihadang oleh beberapa warga desa.
"Berhenti! Berhenti!! Siapa kalian dan apa tujuan kedatangan kalian di sini?" ucap salah seorang dari mereka sambil mengetuk jendela sebelah kiri mobil. Will duduk di sisi kiri mobil sementara Dono menjadi sopir. Dono membuka jendela mobil.
"Mohon maaf, kami dari kepolisian datang untuk urusan penting di desa ini," ucap Dono sambil menunjukkan kartu identitas dengan tangan kanannya
Orang itu menundukkan kepala dan melongok ke dalam mobil, mencoba melihat kartu identitas Dono.
"Ah... dari kepolisian ya. Kami juga sudah diberitahu bahwa akan ada beberapa polisi yang datang hari ini... Baiklah, silakan masuk," ucap orang itu dengan ramah. Dia memberi isyarat kepada rekannya untuk menjauh dari mobil polisi dan mempersilahkan mereka untuk masuk.
Mereka masuk dan menepikan mobil di depan sebuah rumah di desa tersebut. Tim Will terdiri dari enam anggota dan dua mobil. Will melepaskan sabuk pengamannya dan membuka pintu mobil. Ketika dia keluar dari mobil, pandangannya terhenti sejenak pada pemandangan desa itu.
Desa itu menyelimuti suasana yang suram. Meskipun masih setengah sebelas pagi, tetapi seolah malam telah menjelang di sana. Pepohonan kering dan bambu-bambu berjajar di antara rumah-rumah, menciptakan gambaran yang mencekam. Seakan ada kabut tipis yang menyelimuti seluruh desa, memberikan sentuhan misteri
" suramnya desa ini. Padahal masih siang. Rasanya tidak nyaman dengan situasi ini," ucap Dono sambil mendekati Will. Dia membawa senjata M16 yang tergantung di dadanya menggunakan tali, siap untuk digunakan. Sementara itu, Will hanya membawa pistol Glock 22.
"Ya, aku merasa aneh juga, rasanya seperti ada yang mengawasi" balas Will.
Kedua pria itu melihat ke arah pepohonan kering dan sekeliling mereka. Ranting-ranting yang gundul dan kering menggantung dalam keheningan, mengisyaratkan kehidupan yang telah mati atau menghilang.
"Pimpinan kita cantik bukan William?" ucap Dono tiba-tiba.
Mendengar itu tentu membuat Will terkejut, segera ia menoleh,
"Y-ya, dia memang cantik, Dia tipeku" jawab Will malu-malu.
Dono tertawa terbahak-bahak. "Hahaha, anak muda memang bersemangat"
"Tapi, William... jangan sampai kau lengah. Wanita itu... dia berbahaya... jika saja kami memiliki cukup bukti," tambah Dono dengan serius.
Will menatap Dono dengan tatapan penuh pertanyaan. tidak sepenuhnya mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh Dono. Saat itulah, orang-orang yang menghadang Will dan timnya di depan pintu masuk mendekati mereka.
"Pak polisi, jika ada yang dapat kami bantu, katakan saja. Kami akan dengan senang hati membantu," ucap ketua dari orang-orang yang menghalangi Dono tadi, bersama dengan kedua rekannya.
"Ah, baiklah. Kalau begitu, mari kita mulai saja... Saya mendengar bahwa tiba-tiba terjadi beberapa kasus pembunuhan di desa ini. Apakah itu benar?" tanya Dono.
"Benar, itu dimulai sekitar dua minggu yang lalu. Anak Pak Galih tiba-tiba mengamuk dan membunuh anggota keluarganya. Kita dengan terpaksa harus mengambil tindakan untuk menghentikannya. Hal itu telah menyebabkan ketakutan di desa ini," jawab orang tersebut dengan suara yang pelan.
"Hingga hari ini, berapa kasus pembunuhan yang terjadi di antara penduduk desa?" tanya Dono lebih lanjut.
Orang itu terdiam sejenak, matanya membesar, dan pandangannya terarah ke bawah.
"S-sampai hari ini, ada 10 orang yang saling membunuh, dan yang paling mengerikan terjadi pada MALAM ITU. Malam itu, tepatnya malam Jumat. Aku baru saja pulang dari kota setelah membeli mainan untuk anakku sebagai hadiah. Ketika aku tiba di rumah, betapa terkejutnya diriku.
Yang kudapati bukanlah anak dan istriku yang sedang bercakap-cakap, melainkan seorang MONSTER. Aku melihat istriku sedang memakan tubuh anakku. Dia menoleh ke arahku dan melompat menyerang. Aku terjatuh dan berusaha menahannya. Wajah istriku pucat, matanya merah, dan giginya tajam, serta mulutnya yang berlumuran darah, aku berusaha melepaskan diri. Saat aku berhasil lepas, aku mengambil kapak di rumah dan menancapkan di kepalanya.
Hah, hah, hah... Kenapa... siapa yang berani melakukan hal seperti itu... Dosa apa yang telah kulakukan, hahahaha," jawab orang itu dengan nada yang semakin gila, tertawa terbahak-bahak.
Will, Dono, dan rekan-rekan orang itu segera mencoba menenangkannya. Mereka memintanya untuk duduk dan memberikan minum. Setelah situasi tenang, orang tersebut mulai berbicara lagi
"Hah, itu terjadi seminggu yang lalu. Sejak malam itu, aku tidak pernah bisa tidur dengan tenang. Aku bersiap untuk membunuh siapa pun yang menjadi gila di desa ini."
Dia kemudian tertidur duduk. Will dan timnya, yang terdiri dari enam orang, berkumpul di bawah perintah Dono, membentuk lingkaran.
"Ini sangat serius... Hal seperti ini di luar tugas polisi seperti kita," ucap Dono dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Ketua, b-bagaimana kalau kita memanggil bantuan? Ada sesuatu yang tidak beres di desa ini, bahkan dari cerita yang kita dengar saja sudah terasa sangat menakutkan," ucap salah satu anggota tim Dono yang berambut pirang.
"Iblis... Aku yakin ini adalah ulah iblis. Ayo, kita kabur saja, biarkan para penyihir yang menghadapinya," tambah salah satu anggota Dono yang lainnya.
Suasana tegang dan ketakutan terasa di antara mereka. Keputusan berat harus diambil, karena merasakan bahwa mereka berada di tengah-tengah kegelapan yang jauh lebih dalam daripada yang mereka duga.
"Sabar, semuanya. Tugas kita adalah mencari tau apa yang terjadi di desa ini. Kalau kita langsung memanggil bantuan disaat kita baru sampai, tentunya akan dicap sebagai pengecut oleh pimpinan," jawab Dono dengan tegas.
Anggota Dono yang lain beserta Will hanya terdiam.
"Tenang saja, kita akan mencari sebanyak mungkin informasi selama siang hari. Pada malam hari, kita akan berkumpul di titik ini dan bersiap untuk bertarung. Apakah kalian semua mengerti?" tambah Dono.
Anggota tim Dono dan Will hanya bisa mengangguk sebagai tanda persetujuan.
"Bagus. Sekarang, untuk mempercepat prosesnya, kita akan membagi tim menjadi dua. Kalian bertiga akan pergi ke utara dari jalan ini. Sementara itu, aku, Will, dan orang yang tertidur duduk itu akan pergi ke timur desa ini," lanjut Dono.
Mereka segera mengatur strategi dan membagi tugas, menyadari bahwa mereka harus bertindak cepat dan cerdas untuk menghadapi situasi yang mencekam di desa yang suram tersebut.
Mereka membagi diri menjadi dua tim dan menyebar ke kedua arah jalan desa. Sementara orang yang sebelumnya tertidur duduk akhirnya pulih dan bergabung dengan tim Dono,
"Perkenalkan, namaku Dono, dia William, dan disampingnya Farhan. Kalau boleh tau, nama bapak siapa ya?" tanya Dono dengan ramah, berusaha menjadi lebih akrab
"Ah, nama saya Ardianto pak, senang rasanya dapat bekerja sama" balasnya ramah juga
Sementara itu, dua rekan pak Ardianto bergabung dengan tim yang lain. Bersama-sama mereka mendatangi rumah-rumah penduduk desa, menanyakan berbagai pertanyaan. berusaha mencari petunjuk yang mereka butuhkan.
***
Sore hari pun merangkak perlahan menuju senja, Dono dan timnya akhirnya kembali ke tempat parkir mobil mereka. Namun, betapa terkejutnya mereka saat melihat pemandangan yang mengerikan. Mobil-mobil mereka hancur, Bagian depan penyok parah, kaca-kacanya pecah berantakan. Dono, yang pertama kali menyaksikan kerusakan itu, spontan mengisyaratkan "Siap-siap" kepada timnya, dengan gerakan tangannya yang cepat.
Dengan sigap, Dono meraih M16-nya dan melakukan pemeriksaan di sekitar mobil, sementara Will mengeluarkan pistol dari pahanya, dan anggota tim lain mengangkat AR 15-nya. Mereka bergerak terpisah, memastikan keamanan sekitar kendaraan. Saat mereka sedang memeriksa sekitar, tiba-tiba terdengar suara teriakan yang menggema...
AAAAAA...
Keempat orang itu terkejut dan segera terjun menuju arah teriakan tersebut. Ternyata, di sana mereka menemukan seseorang yang tengah memakan bagian tubuh manusia, sementara ada anak terduduk ketakutan di sebelahnya. posisi orang yang sedang memakan tubuh manusia itu membelakangi Dono dan timnya.
"ANGKAT TANGANMU ATAU KAMI TEMBAK!" teriak Dono dengan suara lantang. Dalam sekejap, Will, Dono, dan anggota tim lainnya memposisikan melebar, dan mengarahkan senjata mereka ke arah monster tersebut.
Will mendekat pelan-pelan ke arah anak kecil yang terduduk ketakutan, sedangkan Pak Ardianto siap dengan kapaknya di belakang mereka.
Monster itu berbalik, wajahnya pucat dan dipenuhi noda darah. Dengan gerakan yang cepat, ia melompat ke arah Will, membuatnya bereaksi instan, melemparkan tubuhnya ke belakang dan terjatuh terlentang di tanah. Dia berhasil menghindari serangan monster itu. Monster itu kemudian mengeluarkan raungan seperti zombie yang menakutkan.
"Tembak!" seru Dono tanpa ragu. Monster itu dihujani peluru hingga nyawanya tak tersisa. mereka menghentikan tembakan setelah monster itu tidak bergerak lagi. Will perlahan mendekati jasad monster itu, memastikan bahwa nyawa makhluk mengerikan itu sudah benar-benar terhenti. Ia mendekatinya dan menguji dengan menginjak kepalanya menggunakan kakinya, mencari tanda-tanda kehidupan.....jasad itu sudah tak berdaya.
Dono kemudian mendekati seorang anak kecil yang masih terduduk ketakutan di samping mayat monster itu.
"Kau baik-baik saja, Nak?" tanya Dono dengan suara lembut. Anak itu hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya, mukanya mengisyaratkan ketakutan yang mendalam.
"Baiklah, Pak Ardianto," ucap Dono dengan nada serak. "Tolong gendong dia. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi."
Sejenak Dono melihati monster itu.
"Apa istrimu menjadi seperti ini, pak Ardianto?" tanya Dono
"Ya, sama persis seperti itu. wajahnya menjadi pucat putih dilumuri darah" jawab pak Ardianto sembari menggendong anak kecil yang ketakutan tadi di punggungnya.
Tak lama setelahnya,
Tiba-tiba terdengar suara teriakan mengerikan yang mencabik-cabik udara! Seperti dikejutkan, mereka langsung bergerak cepat menuju sumber suara tersebut. Kali ini, pemandangan mengerikan menanti mereka—sekelompok orang desa melawan monster-monster mengerikan itu menggunakan sajam.
Tanpa ragu, Dono, Will, dan anggota satunya segera mengangkat senjata mereka dan menembaki monster-monster itu.
Drrr... rentetan suara tembakan penuh determinasi memecah suasana, sedikit demi sedikit bekas-bekas peluru berjatuhan.
"Kalian," seru Dono dengan suara yang penuh tekad. "Mulai saat ini, jangan ragu untuk menembaki siapa pun yang tidak terlihat seperti manusia... sial, apa yang sebenarnya sedang terjadi di sini?"
"Baik, Pak," serentak Will dan anggota lainnya menjawab.
Hari semakin gelap, memunculkan kesan mencekam di udara. Monster-monster itu berhasil dihabisi satu per satu, tetapi banyak orang yang terluka dalam pertempuran tersebut.
"Pak Ardianto," tanya Dono dengan napas terengah-engah, "apakah ada tempat aman di sekitar sini untuk bersembunyi?"
Pak Ardianto mengernyitkan dahinya, memikirkan jawaban yang tepat. "Sepertinya ada, Di dekat sungai, ada sebuah gua rahasia. Kita bisa berlindung di sana."
"Bagus," tambah Dono dengan suara bergetar. "Kita bisa memindahkan orang-orang ini ke sana untuk sementara waktu, kita tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya." ucap Dono. Dia kemudian memandang ke arah anak kecil yang digendong oleh Pak Ardianto.
"Kau baik-baik saja, nak?" tanya Dono dengan khawatir.
Anak itu menundukkan wajahnya di pundak Pak Ardianto, tidak membalas pertanyaan tersebut. dengan cepat dan tak terduga... anak itu menggigit leher Pak Ardianto!
membuatnya berteriak sangat kuat, anak kecil itu menggigit lehernya sampai berdarah banyak. Dono terperangah dan segera mengangkat senjatanya lagi, siap untuk menembak, namun keraguan muncul terhadap tindakannya, karena itu adalah seorang anak kecil.
Will datang dengan cepat dan tanpa ragu, dia menembak ke arah kepala anak kecil tersebut tiga kali dengan pistolnya. Dor dor dor...Bunyi tembakan memecah keheningan malam.
"Jangan ragu, bos. Jika kita ragu, kita akan langsung mati," ucap Will dengan nada tegas.
Tapi dibalik kata-katanya, espresinya menyulut pada sebuah kengerian, ia menyeringai, memperlihatkan sedikit giginya.
Leher Pak Ardianto yang tergigit segera diberi perban oleh salah satu anggota Dono. Namun, tiba-tiba, dengan gerakan yang mendadak, Pak Ardianto menggigit tangan anggota tersebut dengan kuat. Anggota itu berteriak kesakitan.
Will tidak lagi merasa ragu, dia menyadari bahwa keadaan memaksa mereka untuk bertindak tegas. Tanpa ragu, dia mengarahkan senjatanya ke arah Pak Ardianto.
"Dor, dor, dor!" Suara tembakan menghentikan hidup Pak Ardianto dalam sekejap.
Dono terdiam, terpaku oleh apa yang baru saja terjadi. Dia merenung sejenak, mempertanyakan alasan mereka datang ke tempat ini dan mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik semua ini. Pemikirannya pun berputar dan akhirnya ia sampai pada satu kesimpulan yang mendasar...
Dalam keadaan yang mencekam, semua orang di sekitar mulai berperilaku aneh. Tubuh mereka mengejan dan melengkung dengan cara yang tidak wajar, melawan sendi-sendi mereka, seperti cacing yang gelisah di atas tanah yang terik. Dono dan timnya merasakan kepanikan memuncak dan mereka menyiapkan langkahnya, bersiap menghadapi ancaman yang tak terduga.
Pandangan mereka terfokus pada kerumunan orang-orang yang tiba-tiba berbalik dan melihat ke arah mereka dengan pandangan yang kosong. Lalu, dengan gerakan yang kasar dan kejam, kerumunan itu mulai berlari menuju Dono dan timnya dengan keganasan yang menakutkan.
Tanpa ragu, mereka bertiga melarikan diri secepat kilat. rasa terkejut menghantam mereka dengan dahsyat. Semua orang yang sebelumnya melawan monster itu berubah menjadi monster itu sendiri. Jumlah mereka begitu banyak dan kini berada dalam jarak yang sangat dekat dengan Dono dan timnya.
Dalam situasi yang genting ini, Dono dan timnya merasa tidak mampu melawan jumlah yang luar biasa dan jarak yang begitu dekat. Mereka harus segera mencari jalan keluar untuk bertahan hidup.
Sambil berlari secepat mungkin, Dono merenungkan kembali alasan mereka berada di tempat itu. Pemikiran yang bergulir di benaknya membawanya pada satu kesimpulan yang mengejutkan — mereka telah dijebak sejak awal oleh wanita pemimpin yang mengirim mereka ke lokasi ini.
"Wanita itu... Wanita itu..." teriak Dono dalam hati, suaranya tercekik oleh hiruk-pikuk situasi yang semakin memanas.
Namun, dalam kepanikan dan kecepatan berlari, salah satu anggota tim Dono tersangkut tali, membuatnya terjatuh dengan keras. Will segera berhenti berlari dan tanpa ragu, ia melangkah mendekati rekannya yang terjatuh. Dalam momen yang kritis, Will meraih pisau yang tergantung di pinggangnya dan berusaha memotong tali yang menjerat anggota tim tersebut. Namun, monster-monster tersebut semakin mendekat dengan kecepatan mengerikan, mengejar waktu yang semakin sempit....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Tanata✨
Makin ke sini makin ke Action🤣
2023-06-24
1
Tanata✨
Jadi keinget final destination😆
2023-06-24
1