Sementara itu di kediaman Adinata, nyonya Murni nampak sedang berbicara dengan seseorang di telpon dan di hampiri oleh suaminya.
“Mami habis nelpon siapa?” tanya tuan Michael setelah melihat istrinya menaru kembali gagang telpon.
“Ini Pi telepon dari agen penyalur kerja, katanya sopir yang kita butuhkan belum ada. Soalnya kita udah keseringan gonta ganti sopir dan untuk itu mereka belum ada pengganti dalam waktu dekat” jawab nyonya Murni memberitahu.
“Lagian Papa heran, kenapa sih anak itu dikit-dikit maen pecat. Selalu saja seenaknya” ucap tuan Michael masih kesal pada anaknya tersebut.
“Mama juga heran, kenapa sih papa ini dikit-dikit marah-mara mulu sama anak sendiri. Harusnya papa itu ngertiin Leon, bagaiman pun Leon kan lagi sakit pa. Perlu perhatian lebih” ucap nyonya Murni membela anak kesayangannya.
“Tapi ma, Leon itu udah dewasa dan sakitnya itu bukan berarti dia bisa bersikap seenaknya. Mama itu terlalu memanjakan dia. Jadinya keras kepala, pemarah, egois dan kekanak kanakan” ucap Michael pada istrinya.
“Iya, sama kaya papa suka marah-marah dan nyalahin mama terus” ucap nyonya Murni membalikkan kata-kata suaminya tersebut.
“Mama…” pekik tuan Michael.
“Udah ah lebih baik mamah pergi ke belakang nyiramin tanaman. Cape dengerin papa ngomel-ngomel mulu” ucap nyonya Murni sambil melangkah meninggalkan suami tercintanya tersebut di tempat.
Sementara itu di kantor, Leon nampak termenung. Dia mulai kepikiran sesuatu di masa lalunya.
Pasalnya semenjak kejadian beberapa tahun lalu, Leon sering di hantui rasa bersalah dan rasa rindu yang mulai dia rasakan setelah kepergian orang yang selama ini dia anggap licik dan buruk.
Flashback on Leon
Malam itu tepat di malam pertama pernikahannya, setelah dari club malam dengan keadaan mabuk berat Leon pulang langsung menuju kamarnya.
Tapi dia tidak menyangka kalau gadis yang telah sah menjadi istrinya telah berani masuk ke dalam kamar pribadinya tanpa seizin darinya.
Meskipun sebenarnya tidak ada yang salah, toh gadis itu sudah menjadi istri sahnya.
Namun berbeda dengan pemikiran Leon yang lebih memilih menghakimi istrinya tersebut tanpa mau tahu kebenarannya.
Leon semakin berpikir negatif terhadap istrinya tersebut yang bernama Anggun.
Dia berpikir gadis yang selama ini dia anggap adik sendiri dan berbeda dengan gadis kebanyakan yang dia kenal, matre dan hanya tertarik pada kekayaannya saja rupanya sama saja dengan yang lainnya, pikir Leon.
Saat ini dia telah melihat Istrinya sudah berada di dalam kamar miliknya.
“Heemm .. dasar wanita murahan. Berani sekali dia masuk ke dalam kamar tanpa seizin dari ku” ucap Leon lirih dalam ke adaan mabuk.
“Aku yakin, pasti dia sengaja ingin menggodaku supaya aku masuk dalam perangkapnya. Kalau tidak, kenapa dia berani-beraninya hanya mengenakan handuk di tengah malam seperti ini dan di kamarku”lanjutnya saat melihat Istrinya tersebut hanya mengenakan handuk mini saat keluar dari kamar mandi miliknya.
Dan tanpa istrinya sadari, Leon sudah tepat berada di belakangnya.
Hingga membuat istrinya terkejut saat berbalik hendak melangkah pergi setelah mengambil pakaian ganti di tangannya.
“Aahh …. “ kaget Anggun.
“Mam.. mas Leon udah pulang?” ucap Anggun sedikit ketakutan saat berbalik dan melihat Leon sudah berada tepat di hadapannya.
Dengan wajah sayu dan nampak jelas terlihat mabuk, Leon mulai mengamati tubuh mulus istrinya tersebut dari ujung kaki hingga ujung kepala yang nampak terekspos.
Hingga membuat Leon sadar atau tidak, melakukan sesuatu yang kini tengah di sesali nya.
Bahkan hal itu dia lakukan dengan kasar dan brutal, seolah dia seperti binatang yang kerasukan.
Dan bukan hanya itu, setelah dia melakukan apa yang sejatinya tidak ingin dia lakukan terhadap istrinya, tapi pada saat yang sama hal tersebut dia gunakan untuk menjebak istrinya tersebut.
Di saat istrinya tengah tertidur pulas tanpa sehelai benang pun dan dengan hanya menggunakan penutup selimut, Leon segera mengambil foto dirinya bersama sang istri.
Bukan untuk di simpan sebagai kenang-kenangan melainkan untuk merekayasa supaya istrinya tersebut terlihat seperti wanita murahan di hadapan papanya nanti.
Hal itu dia lakukan supaya papanya percaya bahwa gadis yang selama ini dia rawat dan dia beri kasih sayang tidak seperti yang papanya bangga-bangga kan selama ini.
Entah apa yang membuat Leon begitu membencinya setelah dia di paksa menikah dengan istrinya tersebut oleh papanya.
Hingga akhirnya terlintas di benaknya untuk mempermalukan sang istri di hadapan banyak orang, supaya dia dapat terlepas dari ikatan pernikahan yang tengah di paksakan.
Leon mulai menghubungi seseorang dan mengirimkan foto yang baru saja dia ambil sebelum istrinya tersebut terbangun. Dan dengan senyum semiriknya sambil menatap wajah sang istri, Leon mulai bangun dari tempat tidurnya dan meninggalkan sang istri di tempat.
Hingga beberapa saat kemudian waktunya mereka untuk sarapan dan dengan waktu yang bersamaan kedua orang tuanya pun sudah kembali dari luar kota.
“Tumben cepet banget pa pulangnya?” tanya Leon yang sudah berada di kursi meja makan untuk sarapan.
“Iya, katanya mama mu gak betah lama-lama di sana” jawab tuan Michael.
“Kok tumben ma, biasanya mama paling suka ke luar kota biar bisa jalan-jalan dan shoping” ucap Leon yang sudah tahu dengan kebiasaan mamanya tersebut.
“Mama juga tadinya mikir begitu, ehh tau nya malah di bawa meeting ke kampung. Ya mana bisa mama jalan-jalan sama shoping” ucap mama Murni bersungut-sungut sambil bersiap-siap untuk ikut sarapan di meja makan.
“Istri mu mana, Leon?” tanya papa Michael pada anaknya sambil menggeser kursi untuk dia tempati.
“Mungkin masih tidur” ucap Leon masa bodo dengan keadaan istrinya tersebut.
Sambil mengutak atik tablet yang biasa di gunakan Leon untuk bekerja, dia nampak sedang menscroll tabletnya melihat-lihat sesuatu.
Sementara itu di kamar, Anggun nampak sudah terbangun. Dia keluar dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat habis menangis. Di lihatnya di cermin, sebagian tubuhnya nampak terlihat memar dan membiru.
Dia tahu siapa yang telah melakukannya hingga membuat tubuhnya seperti itu. Tapi apalah daya dia pun tidak dapat menghindar, terlebih yang melakukan adalah suaminya sendiri.
Bahkan dia sendiri tidak tahu harus membencinya atau tidak. Karena apa yang dilakukan suaminya tersebut sudah menjadi haknya dalam sebagian tapi tidak dengan kekerasan, tapa boleh buat.
Anggu segera berganti pakaian dan menyusul suaminya untuk sarapan di bawah.
Namun sesuatu terjadi, belum sempat dia menyapa papa mertuanya di meja sarapan, tiba-tiba Leon membentak dan berteriak seperti orang gila saat melihat Anggun baru turun dari tangga.
Membuat papa dan mamanya yang sedang menikmati sarapan tiba-tiba terhenti dan merasa kaget.
Begitupun juga dengan Anggun, merasa kaget dan tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada Leon.
“Anggun!!!…” teriak Leon dengan marahnya, membuat kedua orang tuanya saling menatap satu sama lain, merasa bingung dengan teriakan anaknya tersebut.
“Apa maksudnya ini!?” Lanjut Leon bertanya sambil menunjukkan apa yang telah di lihatnya di dalam berita pagi ini di tablet miliknya.
Mendengar suaminya berteriak dan bertanya seperti itu, tentu membuat Anggun merasa kaget dan bingung.
Sama hal nya seperti tuan Michael juga nyonya Murni.
“Leon, apa-apaan sih kamu ini. Pagi-pagi sudah buat onar” tanya papa michael pada putranya.
“Papa lihat aja sendiri” ucap Leon sambil segera menghidupkan layar televisi yang tidak jauh dari meja sarapan. Menunjukkan berita seseorang yang menyatakan bahwa ada seorang gadis remaja yang tengah menjajakan tubuhnya pada seorang pengusaha.
Namun wajah pengusaha tersebut masih menjadi rahasia karena foto yang mereka dapatkan hanya menampakkan foto sang gadis yang kini membuat tuan Michael terbelalak tak percaya dengan apa yang tengah di lihatnya.
Foto yang di lihatnya tersebut merupakan gadis yang selama ini dia bangga-bangga kan yakni Anggun Larasati.
“Lihat itu pa. Lihat baik-baik” titah Leon pada papanya yang masih mematung tak percaya dengan apa yang di lihatnya.
“Anak yang selama ini papa rawat dan papa bela nyatanya hanya seorang gadis murahan dan tidak tahu malu” lanjut Leon berbicara seenak jidatnya.
Yang pada kenyataannya dia sendiri tahu siapa foto laki-laki yang tengah di blur dan hanya menampakkan wajah Anggun. Pada hal laki-laki tersebut adalah dirinya sendiri.
Begitu teganya Leon melakukan hal tersebut supaya papanya membenci Anggun yang kini telah menjadi istrinya.
Sementara itu Anggun yang melihat berita gosif tersebut, mengenai seorang pengusaha yang membawa-bawa dirinya hanya dapat terpaku tak percaya.
Dia sendiri tidak tahu kapan fotonya di ambil, bahkan Anggun tidak sadar bahwa sebenarnya yang ada di foto tersebut adalah foto dirinya dengan sang suami.
Membuatnya merasa bahwa dirinya sedang di fitnah dan itu adalah berita hoax, pikir Anggun.
Namun sebelum Anggun berbicara dan menyangkal berita tersebut, papa Michael sudah lebih dulu terkena serangan jantung hingga membuatnya harus segera di bawa ke rumah sakit.
Mama Murni yang dari tadi ingin berbicara kasar dan menuduh Anggun yang tidak-tidak, terhenti saat melihat suaminya terkena serangan jantung.
Leon yang melihat hal tersebut segera menghampiri papanya.
Sementara Anggun yang hendak mendekati papa Michael, segera di halangi oleh Leon dan kembali harus menerima kata-kata kasar dari sang suami yang menuduhnya, hal tersebut terjadi karena dirinya.
“Berhenti!! Jangan kau sentuh papa ku dengan tangan kotor mu itu. Ini semua gara-gara kau. Dasar wanita murah, lebih baik kau pergi dari rumah ini dan jangan kembali lagi. Aku tidak sudi beristrikan istri j***ng seperti dirimu” ucap Leon dengan kata-kata kasarnya tidak perduli hal tersebut membuat sakit hati orang yang di hinanya meskipun Leon tahu yang sebenarnya.
“Ta..tapi Mas. Aku tidak pernah melakukannya. Kecuali…” ucap Anggun terbata-bata sambil menangis mencoba meyakinkan namun di akhir kalimat ucapannya terhenti. Bagaimana bisa dia akan mengatakan bahwa kecuali baru saja semalam dia di paksa melakukannya oleh suaminya tersebut.
“Kenapa kau diam?!… Apa maksudmu, kecuali foto itu, hah?!!” ucap Leon menambah kesalahpahaman.
“Sudahlah Leon… Lebih baik kita segera bawa papa ke rumah sakit. Mama gak mau terjadi sesuatu sama papa mu” ucap mama Murni sambil menangis, takut terjadi sesuatu pada sang suami.
Leon pun segera membopong papanya bersama beberapa penjaga rumah yang telah datang.
Sementara itu, Anggun hanya dapat menangisi nasibnya. Dia tidak mengira jadinya akan seperti ini. Apa lagi saat ini dia juga khawatir dengan papa Michael yang selama ini percaya padanya kini harus terkena serangan jantung gara-gara dirinya, pikir Anggun.
Beberapa jam kemudian, setelah Leon mengantarkan papanya ke rumah sakit, dia kembali ke rumah.
Anggun yang masih terisak-isak, segera menghampiri sang suami saat melihatnya sudah kembali.
“Mas… papa gimana. Dia baik-baik aja, kan mas?” tanya Anggun sambil menyeka air matanya, dan penasaran juga khawatir pada papa mertuanya tersebut.
“Kenapa kau masih ada disini” ucap Leon dengan nada marahnya tanpa memperdulikan pertanyaan sang istri.
“Mbo … mbo… kenapa wanita j***ng ini belum keluar juga?!. Apa kalian ingin aku pecat!?. Cepat bereskan barang-barangnya dan usir dia dari rumah ini!!” teriak Leon pada art di rumahnya.
Mendengar sang suami berbicara seperti itu di hadapannya, Anggun pun pasrah dan tidak dapat berbuat apapun lagi. Toh dia juga hanya menumpang dan kini dia telah membuat orang yang selama ini baik padanya kini tengah meregang nyawa karna dirinya, pikir Anggun.
Anggun pun di usir dan tanpa belas kasih, Leon sendiri yang menyeret koper milik Anggun dan mengeluarkannya dengan di lempar begitu saja keluar dari dalam rumah.
Beberapa pelayan yang mengenal Anggun dengan baik hanya dapat melihatnya, merasa kasihan dan iba namun apa daya, mereka tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan hal tersebut.
Sementara Leon merasa dirinya telah berhasil mengusir dan mengeluarkan Anggun dari rumah dan dari kehidupannya. Dan dengan senyuman semiriknya, Leon menatap kepergian Anggun dengan senang dan bangga.
Flashback off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments